Adonara, NTT (ANTARA Sulsel) - Usaha pertambakan garam rakyat yang dilakukan kelompok petani Desa Pleno di wilayah pantai Watoose di Pulau Adonara bagian timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, masih terganjal masalah pemasaran sejak dirintis pada Agustus 2013.
"Sejak diproduksi pada Agustus 2013, kami belum bisa memasarkan usaha garam beriodium itu secara bebas ke pasaran umum, kecuali hanya mempromosikan ke pasar-pasar rakyat yang ada," kata Laurens Tokan, ketua kelompok petani usaha garam beriodium tersebut, Jumat.
Usaha pertambakan garam rakyat yang sempat dikunjungi Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat mengisi liburan Lebaran itu, dapat dikembangkan sampai 10 hektare dari posisi usaha saat ini hanya seluas 0,5 hektare.
"Potensinya cukup menjanjikan, namun karena tidak ada pemasaran yang jelas mengakibatkan usaha garam rakyat itu terkesan hanya berjalan di tempat," kata Laurens.
Menurut dia, produksi garam rakyat mencapai empat ton setiap kali panen dalam durasi sepekan, namun hasil produksi yang ada hanya bisa disimpan dalam karung.
Produksi garam yang sudah disiapkan dalam bentuk kemasan berlabel "produksi garam rakyat putra Adonara" itu, kemudian dibagikan Laurens kepada pengunjung sebagai bentuk lain dari sosialisasi dan promosi akan keberadaan tambak garam rakyat tersebut.
Ia mengatakan pihaknya mendapat bantuan teknologi olah garam beriodium dari Dinas Perindustrian Flores Timur, namun pemerintah daerah tidak membuka akses pasar bagi usaha tersebut.
Kadis Perindustrian Flores Timur Frans Fernandez menyarankan kelompok tani usaha pertambakan garam rakyat itu ke pasar-pasar tradisonal, karena untuk menjualnya ke pasaran bebas harus membutuhkan produksi yang banyak.
Menurut dia, usaha pertambakan yang hanya setengah hektare dengan produksi empat ton/minggu itu belum memenuhi kebutuhan industri, sehingga perlu diperluas lagi areal pengolahannya.
"Anggaran untuk pengembangan usaha tersebut sudah disiapkan, namun pada saat pembahasan anggaran, anggota dewan asal Adonara jarang menyuarakannya bahkan tidak hadir saat pembahasan anggaran," katanya.
"Kami mendukung sepenuhnya usaha pertambakan garam tersebut, karena potensinya sangat menjanjikan. Tinggal bagaimana peran anggota dewan asal Adonara untuk menyuarakannya saat pembahasan anggaran bersama DPRD Flores Timur," demikian Ciku--panggilan akrab Frans Fernandez.
Poliqarpus Kopong Belolo, salah seorang anggota dewan asal Adonara dari F-PDI Perjuangan mengatakan pihaknya selalu meminta perhatian pemerintah untuk mendukung pengembangan usaha pertambakan rakyat di Pantai Watoose, namun terkesan kurang ada kepedulian.
"Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat banyak, selalu kami menyuarakan di dewan, sehingga tidak benar kalau kami dinilai kurang berpihak pada kepentingan rakyat," kata Kopong Belolo. F. Assegaf
Berita Terkait
Polresta Mamuju menetapkan tersangka kasus dugaan korupsi dana desa
Selasa, 7 Mei 2024 19:14 Wib
16 desa terisolir di Kabupaten Luwu jadi perhatian khusus BNPB
Selasa, 7 Mei 2024 18:07 Wib
Dinsos Takalar mendorong pemdes verifikasi data DTKS
Selasa, 7 Mei 2024 0:54 Wib
21 desa wisata di Sulbar dukung kampanye wajib halal
Selasa, 7 Mei 2024 0:50 Wib
SAR Gabungan mengevakuasi delapan warga terisolasi pascabencana di Luwu
Senin, 6 Mei 2024 17:28 Wib
Kemenag Lutra berkomitmen sukseskan program wajib halal di desa wisata
Minggu, 5 Mei 2024 23:37 Wib
BPPMDT Kemendes PDTT memberi pelatihan Desa Wisata di Bone
Jumat, 3 Mei 2024 22:15 Wib
Pemkab Bulukumba : Pemerintah desa mulai menerapkan transaksi non tunai
Kamis, 2 Mei 2024 5:51 Wib