Makassar (ANTARA) - Program elektrifikasi pertanian PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi raih penghargaan tertinggi di Nusantara CSR Awards.
"Ini sebagai bentuk komitmen PLN UIP Sulawesi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui program 'Menanam Harapan di Bawah Menara',” kata Senior Manager PLN UIP Sulawesi, Nur Akhsin di Makassar, Kamis.
Dia mengatakan, atas inisiatif tersebut, PLN UIP Sulawesi meraih penghargaan Platinum dalam ajang bergengsi Nusantara CSR Awards 2025 untuk kategori Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Penghargaan diserahkan dalam seremoni yang digelar di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, dan diterima langsung oleh Senior Manager PLN UIP Sulawesi, Nur Akhsin, yang hadir mewakili manajemen perusahaan.
General Manager PLN UIP Sulawesi, Wisnu Kuntjoro Adi mengimbuhkan, penghargaan ini adalah bentuk nyata dari transformasi PLN yang tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat sekitar proyek.
“PLN tidak hanya membangun pembangkit dan jaringan listrik. Lebih dari itu, kami hadir untuk memastikan bahwa listrik menjadi penggerak ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya.
Melalui elektrifikasi sektor pertanian seperti di Batui, pihak PLN berhasil mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya bagi petani lokal.
Ini bukti bahwa infrastruktur dan kesejahteraan bisa berjalan beriringan.
Wisnu mengatakan, Program yang dijalankan sejak 2024 ini menyasar kelompok tani kopi “Batui Oishi” di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Berawal dari pemanfaatan lahan di bawah jaringan transmisi 150 kV yang menghubungkan GI 150 kV PLTMG Luwuk ke GI 150 kV Luwuk, program ini mengintegrasikan bantuan alat pertanian modern, bibit kopi unggul, pelatihan barista, dan pendampingan bisnis dari hulu hingga hilir.
Menurut dia, salah satu inovasi penting adalah penerapan Electrifying Agriculture yang memungkinkan petani beralih dari mesin diesel ke listrik untuk operasional kebun.
Muh Fadly, Ketua Kelompok Tani Batui Oishi, menyampaikan dampak signifikan program terhadap kesejahteraan petani. Sebelum ada bantuan PLN, harus mengeluarkan biaya sekitar Rp20.000 untuk solar tiap kali menyiram kebun.
Sekarang, dengan listrik, cukup Rp1.000 saja—hemat 95 persen. Produksi kami juga meningkat signifikan; dari hanya sekitar 50 kg biji kopi per bulan menjadi lebih dari 120 kg setelah bantuan alat dan pelatihan.
"Bahkan kopi kami sudah dipasarkan sampai luar daerah,” ujar Fadly.

