Luwu Utara, Sulsel (NTARA Sulsel) - Pelabuhan Munte yang berada di Desa Munte Kecamatan Tana Lili Luwu Utara, Sulawesi Selatan direncanakan sudah siap beroperasi sekaligus membantu peningkatkan ekonomi masyarakat desa pada 2017.
Kepala Desa Munte, Suryanto di Luwu Utara, Senin, mengatakan pelabuhan rakyat ini nantinya akan disandari berbagai jenis perahu kayu dengan ukuran kecil untuk mengangkut berbagai kebutuhan masyarakat.
"Rencananya memang sudah bisa dioperasikan pada 2017. Untuk perahu yang akan sandar nanti, memang untuk ukuran yang tidak terlalu besar," katanya.
Ia menjelaskan, untuk pelabuhan ini sendiri awal pembangunannya dimulai sejak 2011. Selama kurang lebih lima tahun ini, sudah dilengkapi berbagai fasilitas termasuk kantor para petugas pelabuhan.
Tempat sandar untuk perahu juga sudah disiapkan dan tentunya diharapkan bisa segera diaktifkan demi meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di desa pesisir tersebut.
"Kami tentu berharap dengan keberadaan pelabuhan ini memberikan ruang atau peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat Desa Munte. Ini tentu akan membuat perekonomian masyarakat bisa terbantu," jelasnya.
Sementara terkait alasan pembangunan pelabuhan rakyat di Desa Munte, dirinya mengaku ada beberapa alasan termasuk dari sejarah Desa Munte itu sendiri.
Pada jaman dulu, kata dia, desa ini memang menjadi tujuan transmigrasi dan mendarat pertama kalinya di daerah tersebut, sebelum akhirnya disebar keberbagai kabupaten di Luwu Raya.
Selain itu, lanjut dia, karena Desa Munte itu memang satu-satunya daerah di Luwu Utara yang berbatasan langsung dengan laut atau Teluk Bone.
"Desa Munte itu jantungnya Luwu Utara. Sebab daerah ini memang satu-satunya desa yang berbatasan langsung dengan laut," ujarnya.
Sementara itu, petani rumput laut di Desa Munte, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan menjerit atau keluhkan penurunan harga rumput laut yang hingga kini beum mampu diatasi pihak terkait.
Harga rumput lain yang merupakan hasil panen para petani di desanya saat ini masih dipatok dengan hrga Rp6.000 perkilo (untuk rumput laut kering) atau hampir dua kali lipat dari harga normal sebelumnya yakni Rp11 ribu perkilo.
"Untuk kesempatan ini, kami berharap agar harga rumput laut yang sejak 2015 mengalami penurunan agar bisa segera dinormalkan. Para petani kami begitu kesultan jika ini tiak berubah, apalagi harganya menag jauh menurun dari harga jual secara normal," katanya.

