Bank Mandiri dorong sektor industri pengolahan sulsel
Makassar (Antaranews Sulsel) - Bank Mandiri berkomitmen mendorong pertumbuhan di sektor industri pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan menyediakan pembiayaan bagi perusahaan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memiliki prospek usaha yang baik.
"Bank Mandiri terus mengidentifikasi dan menjaring perusahaan maupun usaha UKM yang layak dibiayai agar dapat maju dan berkembang," papar Department Head Office of Economic Bank Mandiri Dendi Ramdani, dalam Forum Grup Discusion (FGD) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.
Menurutnya, melalui FGD tersebut dilaksanakan Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel bekerja sama Bank Mandiri dihadiri Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulsel, Dinas Perindustrian, Bappeda dan pengamat ekonomi, pelaku usaha serta kalangan jurnalis dari berbagai media, diharapkan menjadi masukan.
"Dengan kegiatan ini kami tentu mendapat masukan dari berbagi unsur terkait, industri mana saja yang layak mendapat pembiyayaan dalam meningkatkan usaha serta industrinya," tambah Dendi.
Sementara Ketua Kadin Sulsel, HM Zulkarnain Arief mengemukakan, Kadin senantiasa mensupport pengembangan industri di Sulsel. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang melakukan pengembangan industri di luar Pulau Jawa, salah satunya di Sulsel dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia.
"Industri itu harus memang didekatkan dengan bahan bakunya. Di Sulsel itu, ada komoditas unggulan, seperti kopi, kakao, jagung, rumput laut, dan lainnya. Untuk menopang industrialisasi di Sulsel dibutuhkan dukungan seluruh stakeholder," papar dia.
Dalam pertemuan kali ini, lanjutnya, stakeholder sudah ada lima serangkai, yaitu pemerintah, dunia usaha, perbankan, dan serta pers atau media punya kontribusi besar dalam mendukung pembanguan ekonomi di Sulsel.
Meski demikian, kata dia, untuk pengembangan industri butuh dukungan finansial, salah satunya dari perbankan. Sebab tidak bisa dipungkiri banyak bank hanya konsen pada pembiayaan pegawai. Mungkin karena mudah dan jelas pengembalian kreditnya.
"Tetapi kita harapkan itu tidak terjadi pada Bank Mandiri. Mudah-mudahan melalui wadah diskusi ini, salah satu pintu Bank Mandiri masuk ke sektor industi," harapnya.
Zulkarnain mengatakan, guna mendorong percepatan industrialisasi di Sulsel, maka kelima unsur tersebut harus segera melakukan langkah kongret dan riil.
"Makanya, unsur-unsur terkait ini mesti melakukan identifikasi dan pembinaan. Agar industri di kabupaten kota di Sulsel tumbuh dan berkembang serta lebih terarah," ucapnya.
Hal senada dikemukakan Kepala Dinas Perindustrian Sulsel, H Ahmadi Akil, dengan mengatakan era modernisasi saat ini negara bertumpu pada sektor industri. Sebab kontribusi sektor tersebut sangat luar biasa menopang pembangunan dan kesejahteraan petani serta masyarakat.
Di Provinsi Sulsel memiliki potensi besar menjadi daerah industri, hal ini ditunjang SDA yang sangat memadai, termasuk nilai histori yang dimilikinya. Untuk itu, saatnya Sulsel beralih ke industrialisasi bahkan sudah ditekankan pemerintah pusat.
"Dulunya itu, kebijakan Pemerintah Pusat untuk industri 60-40, 60 persen berpusat di Pulau Jawa dan 40 persen luar Pulau Jawa. Namunsekarang kebijakan Presiden Jokowi justru terbalik 40-60, dimana difokus pengembangan industri di daerah termasuk di Sulsel, ini harus disambut positif," jelasnya.
Potensi industri di Sulsel, kata Ahmadi, sangat besar dengan bahan baku yang tersedia. Dinas Perindustrian Sulsel sudah menetapkan ada enam industri unggulan, yaitu kopi, pengolahan kakao, pengeloahan rumput laut, pengolahan kain sutera, pengolahan markisa, dan pengolahan hasil hutan.
"Target kita di 2019 industrialisasi harus sudah jalan. Tahun ini kita lakukan invetarisasi dengan penataan selanjutnya bila semua rampung maka dilakukan kerja sama dengan pihak perbankan," tambahnya.
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Sulsel, Ardin Tjahjo pada kesempatan itu menuturkan, tidak semua daerah di Sulsel dapat dijadikan lokasi industri, namun ada daerah tertentu yang menjadi sentralnya.
"Kalau semua daerah dibanguni industri, lalu dimana memproduksi bahan bakunya. Kalau sudah ada tujuh daerah industri di Sulsel, maka itulah yang didukung untik dimaksimalkan," ungkapnya.
Ketua PJI Sulsel Abdullah Rattingan mengatakan FGD ini bertujuan menggali lebih jauh potensi pengembangan sektor industri di Sulsel. Terkait tantangan dan hambatan yang ditemui dalam akselerasi industrialisasi, serta solusi dan strategi mengatasi tantangan dan hambatan tersebut.
"FGD ini akan melibatkan stakeholders terkait seperti Pemda, pelaku usaha, perbankan, dan universitas. Dalam diskusi ini dirumuskan solusi konstruktif dan strategi jitu untuk pengembangan bisnis dan strategi sektor industri pengolahan di Sulsel," tambah pria disapa akrab doelbeckz itu.
"Bank Mandiri terus mengidentifikasi dan menjaring perusahaan maupun usaha UKM yang layak dibiayai agar dapat maju dan berkembang," papar Department Head Office of Economic Bank Mandiri Dendi Ramdani, dalam Forum Grup Discusion (FGD) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.
Menurutnya, melalui FGD tersebut dilaksanakan Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel bekerja sama Bank Mandiri dihadiri Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulsel, Dinas Perindustrian, Bappeda dan pengamat ekonomi, pelaku usaha serta kalangan jurnalis dari berbagai media, diharapkan menjadi masukan.
"Dengan kegiatan ini kami tentu mendapat masukan dari berbagi unsur terkait, industri mana saja yang layak mendapat pembiyayaan dalam meningkatkan usaha serta industrinya," tambah Dendi.
Sementara Ketua Kadin Sulsel, HM Zulkarnain Arief mengemukakan, Kadin senantiasa mensupport pengembangan industri di Sulsel. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang melakukan pengembangan industri di luar Pulau Jawa, salah satunya di Sulsel dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia.
"Industri itu harus memang didekatkan dengan bahan bakunya. Di Sulsel itu, ada komoditas unggulan, seperti kopi, kakao, jagung, rumput laut, dan lainnya. Untuk menopang industrialisasi di Sulsel dibutuhkan dukungan seluruh stakeholder," papar dia.
Dalam pertemuan kali ini, lanjutnya, stakeholder sudah ada lima serangkai, yaitu pemerintah, dunia usaha, perbankan, dan serta pers atau media punya kontribusi besar dalam mendukung pembanguan ekonomi di Sulsel.
Meski demikian, kata dia, untuk pengembangan industri butuh dukungan finansial, salah satunya dari perbankan. Sebab tidak bisa dipungkiri banyak bank hanya konsen pada pembiayaan pegawai. Mungkin karena mudah dan jelas pengembalian kreditnya.
"Tetapi kita harapkan itu tidak terjadi pada Bank Mandiri. Mudah-mudahan melalui wadah diskusi ini, salah satu pintu Bank Mandiri masuk ke sektor industi," harapnya.
Zulkarnain mengatakan, guna mendorong percepatan industrialisasi di Sulsel, maka kelima unsur tersebut harus segera melakukan langkah kongret dan riil.
"Makanya, unsur-unsur terkait ini mesti melakukan identifikasi dan pembinaan. Agar industri di kabupaten kota di Sulsel tumbuh dan berkembang serta lebih terarah," ucapnya.
Hal senada dikemukakan Kepala Dinas Perindustrian Sulsel, H Ahmadi Akil, dengan mengatakan era modernisasi saat ini negara bertumpu pada sektor industri. Sebab kontribusi sektor tersebut sangat luar biasa menopang pembangunan dan kesejahteraan petani serta masyarakat.
Di Provinsi Sulsel memiliki potensi besar menjadi daerah industri, hal ini ditunjang SDA yang sangat memadai, termasuk nilai histori yang dimilikinya. Untuk itu, saatnya Sulsel beralih ke industrialisasi bahkan sudah ditekankan pemerintah pusat.
"Dulunya itu, kebijakan Pemerintah Pusat untuk industri 60-40, 60 persen berpusat di Pulau Jawa dan 40 persen luar Pulau Jawa. Namunsekarang kebijakan Presiden Jokowi justru terbalik 40-60, dimana difokus pengembangan industri di daerah termasuk di Sulsel, ini harus disambut positif," jelasnya.
Potensi industri di Sulsel, kata Ahmadi, sangat besar dengan bahan baku yang tersedia. Dinas Perindustrian Sulsel sudah menetapkan ada enam industri unggulan, yaitu kopi, pengolahan kakao, pengeloahan rumput laut, pengolahan kain sutera, pengolahan markisa, dan pengolahan hasil hutan.
"Target kita di 2019 industrialisasi harus sudah jalan. Tahun ini kita lakukan invetarisasi dengan penataan selanjutnya bila semua rampung maka dilakukan kerja sama dengan pihak perbankan," tambahnya.
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Sulsel, Ardin Tjahjo pada kesempatan itu menuturkan, tidak semua daerah di Sulsel dapat dijadikan lokasi industri, namun ada daerah tertentu yang menjadi sentralnya.
"Kalau semua daerah dibanguni industri, lalu dimana memproduksi bahan bakunya. Kalau sudah ada tujuh daerah industri di Sulsel, maka itulah yang didukung untik dimaksimalkan," ungkapnya.
Ketua PJI Sulsel Abdullah Rattingan mengatakan FGD ini bertujuan menggali lebih jauh potensi pengembangan sektor industri di Sulsel. Terkait tantangan dan hambatan yang ditemui dalam akselerasi industrialisasi, serta solusi dan strategi mengatasi tantangan dan hambatan tersebut.
"FGD ini akan melibatkan stakeholders terkait seperti Pemda, pelaku usaha, perbankan, dan universitas. Dalam diskusi ini dirumuskan solusi konstruktif dan strategi jitu untuk pengembangan bisnis dan strategi sektor industri pengolahan di Sulsel," tambah pria disapa akrab doelbeckz itu.