Makassar (Antaranews sulsel) - Stigma bahwa seniman itu hanya sibuk dengan dunianya sendiri, sudah mulai terpatahkan pada empat tahun terakhir. Hal itu bermula ketika program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) mulai dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2015.
Kini GSMS sudah tahun keempat dan secara bergiliran daerah-daerah di Indonesia menerapkan program tersebut di sekolah-sekolah yang menjadi binaan para seniman.
Khusus 2018, Kota Makassar baru mendapatkan program itu dan sebanyak 36 seniman yang terpilih telah melaksanakan tugasnya melakukan pendampingan ke 36 sekolah di Makassar dengan bidang keahlian masing-masing.
Gerakan Seniman Masuk Sekolah merupakan salah satu program penguatan karakter yang menjadi misi Presiden Joko Widodo dalam program Nawacita.
Dalam Nawacita yang disusun oleh Presiden Joko Widodo dilansir bahwa Pendidikan Dasar itu harus 70 persen pendidikan karakater dan 30 persen transfer pengetahuan.
Artinya, siswa di sekolah tidak hanya diajarkan tentang baca, tulis, dan hitung saja, namun juga diajarkan tentang estetika, keindahan, dan keterampilan yang nota bene dapat menentukan karakter seorang anak.
Hanya saja di lapangan, konsep diatas kertas tidak selamanya mampu dijalankan di lapangan. Karena itulah, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng para seniman yang menjalankan seni sebagai panggilan dan jiwa untuk ikut terlibat dalam pemajuan kesenian di Indonesia lewat GSMS.
Menengok program GSMS 2017, sebelum seniman diturunkan ke sekolah-sekolah, terlebih dahulu mengikuti workshop sebagai bekal menghadapi siswa dengan berbagai latar belakang dan strata sosial yang berbeda.
Ketika itu, sebanyak 208 peserta yang berasal dari 26 provinsi di Indonesia mengikuti kegiatan Workshop diGerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2017.
Sementara pada 2018, di Makassar terdapat 36 seniman yang terseleksi untuk kegiatan itu dan masing-masing mendapatkan satu sekolah.
Salah seorang seniman yang tergabung dalam GSMS 2018, Abduh mengatakan sangat senang mendampingi siswa dalam mengembangkan bakat seninya. Termasuk mengenal corak dan karakter budaya di suatu daerah.
"Kebetulan saya menggeluti bidang seni lukis dan Alhamdulillah banyak peminatnya di SMP Negeri 10 Makassar," katanya.
Menurut dia, suka duka mendampingi dan membina siswa dalam menekuni seni lukis selama tiga bulan berjalan, memperkaya pengalaman dan mencoba mendekatkan seniman dengan siswa.
Karena itu, lanjut dia, jika selama ini terkesan ada jarak antara seniman dan masyarakat, karena hanya karya seniman yang bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat, kini stigma itu perlahan-lahan pupus.
Sementara itu, Icha yang membina siswa SMP Negeri 4 Makassar dalam menekuni seni tari dan teater, mengaku sangat bangga dengan antusiasme siswa dampingannya mempelajari seni budaya.
"Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki bakat seni, tinggal diarahkan dan dibantu mengembangkannya," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, program GSMS yang merupakan sebuah program yang dijalankan oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menumbuhkembangkan bakat seni siswa, sekaligus membantu pelestarian budaya.
Kolaborasi seniman dan pihak sekolah dalam memberikan pembelajaran kesenian pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (SD hingga SMA/SMK) akan menjadi modal utama dalam pembentukan karakter generasi muda.
Seniman yang dimaksud di sini ialah orang yang memiliki bakat seni dan berhasil menciptakan dan menyelenggarakan karya seni (perupa, penyair, penyanyi, dan sebagainya). Sementara pembelajaran seni yang diajarkan antara lain seni pertunjukan, seni rupa, seni sastra, maupun seni media.
Selain itu, GSMS ini juga bertujuan untuk membantu memfasilitasi keterbatasan sekolah dalam menghadirkan guru seni kebudayaan dan memperkuat karakter pelajar Indonesia dengan cara memberikan pembelajaran seni di sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah-sekolah tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun di tempat ruang terbuka publik lainnya yang telah ditentukan oleh Direktorat Provinsi dan Dinas Kab/Kota Penyelenggara GSMS.
Dorong Sektor Pariwisata
Gerakan Seniman Masuk Sekolah yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertujuan mengembangkan bakat siswa sekaligus mendorong sektor pariwisata.
"Kegiatan GSMS 2018 yang digagas kementerian merupakan bagian dari pendidikan karakter, sekaligus memperkenalkan siswa pada seni budaya," kata Staf Ahli Bidang I Pemkot Makassar A Azis Hasan menanggapi program GSMS di Kota "Anging Mammiri" ini.
Dia mengatakan, program GSMS 2018 ini menyasar 36 sekolah yang didalamnya adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Menurut dia, bakat seni di kalangan siswa jika diasah dan dikembangkan akan menjadi potensi besar dalam mendukung sektor pariwisata di daerah ini.
Dengan mengajak seniman masuk sekolah, lanjut dia, siswa dapat mengenal lebih dekat dengan penggiat seni sekaligus menimba ilmu dan pengalamannya.
Sementara itu, salah seorang seniman yang ikut program GSMS 2018 Rusdin Tompo mengatakan, kegiatan ini dapat menjadi model pariwisata dengan pendekatan "city tour" untuk menikmati hasil karya seni budaya siswa yang tak kalah dengan penggiat seni budaya dari sanggar seni.
Realisasi dari program kementerian itu, terwujud dari pementasan seni tari, teater, musik, sastra dan pameran lukisan dari siswa binaan GSMS selama tiga bulan terakhir.
Sementara itu, salah seorang siswa SMP Negeri 4 Makassar, Nur Kholishah mengatakan, sangat senang mengikuti kegiatan ini karena dapat menambah wawasan dan lebih mengenai seni budaya warisan leluhur.
Selain itu, lanjut dia, juga dapat saling kenal dengan siswa dari sekolah lain untuk mempererat silaturrahim.
Sementara itu, salah seorang siswa SMP Tunas Bangsa Yosua mengaku sangat senang ikut pentas apalagi memperkenalkan alat musik tradisional khas Bugis Makassar yakni kecapi.
Dengan mengenal alat musik tradisional ini, ungkap dia, juga dapat melestarikan budaya, khususnya seni budaya khas Bugis Makassar.
Semoga program GSMS ini terus berkesinambungan dalam membangun karakter generasi bangsa. Generasi milineal yang tetap cinta seni budaya dan mengharga karya leluhur. Bukan generasi yang melupakan hasil rasa, cipta dan karsa para leluhurnya.