Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengungkapkan sekitar 100 hingga 200-an anak terkonfirmasi positif COVID-19 per harinya dan datanya terus berfluktuasi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Jiwa Dr dr Fidiansjah Sp.KJ, MPH dalam keterangannya mengenai kesehatan jiwa anak yang disampaikan melalui telekonferensi di Jakarta, Rabu, menyebutkan data per tanggal 2 Agustus 2020 sebanyak 8,3 persen kasus positif COVID-19 terjadi pada anak atau total 9.390 kasus positif anak usia 0-18 tahun.
Dari sejumlah itu, 8,1 persen dirawat di rumah sakit, 8,7 persen sembuh, dan 1,9 persen meninggal dunia.
Berdasarkan tren kasus positif COVID-19 yang dialami oleh anak sejak 1 Juli hingga 2 Agustus 2020 angkanya fluktuatif dengan paling rendah 101 kasus per hari dan terbanyak 213 kasus per hari.
Fidiansjah menambahkan bahwa dampak COVID-19 tidak hanya berimplikasi langsung pada kesehatan anak, tetapi juga pada psikososialnya. Pada masa pandemi COVID-19, anak juga memiliki risiko yang meningkat terhadap gangguan kesehatan jiwa karena dampak tidak langsung dari COVID-19 seperti efek belajar dari rumah, hingga tidak mendapatkan perhatian dari orang tua.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan 47 persen anak merasa bosan tinggal di rumah, 35 persen khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen merasa tidak aman, 34 persen merasa takut terinfeksi virus COVID-19, 20 persen merindukan teman-temannya, dan 10 persen merasa khawatir terhadap penghasilan orang tua yang mulai berkurang.
Dari penerapan sistem pembelajaran jarak jauh tersebut, Kemenkes mencatat sebanyak 32 persen anak tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun sedangkan 68 persen anak memiliki akses.
Dalam masa pandemi di mana sistem pembelajaran dilakukan dari jarak jauh, Kemenkes mencatat 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajarnya, 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, 21 persen anak tidak memahami instruksi dari guru.
Selain itu, Fidiansjah juga memberikan catatan dikarenakan adanya sistem pembelajaran jarak jauh melalui daring meningkatkan kekerasan fisik terhadap anak (11 persen), dan kekerasan verbal pada anak (62 persen).
Menurut Fidiansjah, hal itu dikarenakan beban orang tua yang bertambah untuk memberikan pelajaran kepada anak sementara harus menuntaskan pekerjaan sehari-harinya.
Berita Terkait
Forkesi Chapter Makassar mengedukasi tumbuh kembang anak
Sabtu, 4 Mei 2024 18:07 Wib
Kementerian PPPA: Telah ada UPTD PPA di 34 provinsi di Indonesia
Jumat, 3 Mei 2024 22:37 Wib
Pokja Sulsel tingkatkan kualitas anak usia dini melalui Gebyar PAUD 2024
Jumat, 3 Mei 2024 11:00 Wib
Pansus DPRD Sulsel terus matangkan Raperda Kesehatan Ibu dan anak
Kamis, 2 Mei 2024 18:27 Wib
Bunda PAUD Sulsel menggelar baksos operasi celah bibir anak
Rabu, 1 Mei 2024 13:24 Wib
Koalisi Perempuan Sulsel dan DPP IMMIM kolaborasi tekan perkawinan anak
Rabu, 1 Mei 2024 11:46 Wib
LPAI serukan kepada pemerintah blokir gim daring yang mengandung kekerasan
Sabtu, 27 April 2024 19:57 Wib
Jaksa KPK akan memanggil istri dan anak SYL untuk beri keterangan di persidangan
Rabu, 24 April 2024 22:21 Wib