Makassar (ANTARA) - Organisasi Forum Keluarga Spesial Indonesia (Forkesi) Chapter Makassar, Sulawesi Selatan, memberikan edukasi kepada orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan menghadirkan psikolog untuk menstimulus tumbuh kembang anak sejak dini hingga beranjak remaja dan menjadi mandiri.
"Ada sesi orang tua (parents talk) yang bisa mengungkapkan apa yang dirasa selama merawat anaknya didampingi psikolog agar bisa manajemen diri," kata Ketua Forkesi Chapter Makassar Haerani Nur disela halal bihalal Forkesi di Aula Balai Sentra Wirajaya Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Selain sesi parent talk, kata dia, sesi edukasi lainnya tentang sibling talk atau pembicaraan antarsaudara dilakukan. Hal ini agar bagaimana kemudian anak spesial tersebut merasa diperhatikan dan menjadi bagian utuh dari keluarganya.
"Ada juga sesi siblling talk, di sana didampingi psikolog untuk anak-anak, saudara dari individu berkebutuhan khusus itu dalam mengungkapkan perasaannya, serta bisa mengenali dirinya untuk mendukung saudaranya berkebutuhan khususi," tutur Haerani.
Pada sesi bikin-bikin, anak spesial didampingi orang tuanya juga diajari membuat sate buah dan ikat rambut serta gantungan ponsel, tujuannya melatih motorik anak spesial untuk berkreasi.
"Harapannya dari kegiatan ini, kami bisa berkumpul, bersilaturahmi, saling mengenal untuk melihat kondisi masing-masing dengan saling menguatkan satu sama lain, orang tua dan anak berkebutuhan khusus," paparnya.
Forkesi merupakan organisasi yang menjadi wadah orang tua memiliki anak spesial untuk saling berbagi pengalaman dan bagaimana memperjuangkan masa depan anak-anak ABK.
"Jadi sebenarnya kami berkumpul di sini sama-sama memperjuangkan anak-anak kami yang berkebutuhan khusus, sama-sama menjalin kekuatan, saling mendukung untuk menemukan potensi mereka, mengembangkan diri mereka sehingga bisa menjalani kehidupannya dengan mandiri," ujar dia.
Sementara itu, psikolog dari Universitas Negeri Makassar (UNM) Widya Astuti yang menjadi nara sumber pada kegiatan halal bihalal tersebut mengemukakan, bahwa biar bagaimana pun orang tua dapat menerima kondisi anak yang ditakdirkan spesial.
"Pertama itu adalah penerimaan dulu, lalu menerima bahwa dititipi sesuatu yang khusus. Kemudian, meregulasi emosi sendiri dan dia (orang tua) menerima dirinya sendiri, mencintai dirinya supaya bisa mencintai keluarganya, anak dan semuanya. Terakhir ke anak juga jauh lebih baik," kata Widya.
Menurut dia, secara emosional sebagai orang tua yang memiliki anak spesial harus mematangkan diri. Salah satu cara mematangkan diri adalah dengan menerima apa yang diberikan Tuhan kepadanya.
"Jadi, itu menjadi ladang amal ibadah, karena Allah menitipkan anak yang khusus ini kepada orang tua bahwa Allah tahu mereka sanggup dititipi," ucapnya menekankan.
Mengenai dengan pola asuh anak ABK, menurut dia, apabila mendapat pengasuhan yang baik maka akan bisa berproduksi dan akan jauh lebih baik. Sebab, banyak anak-anak spesial menjadi orang yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain.