OJK: Industri keuangan non bank di Sulsel masih berkinerja positif
Makassar (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan Industri keuangan non bank di Sulawesi Selatan pada posisi Oktober 2021 masih tetap menunjukkan kinerja positif di tengah masa pandemi COVID-19 seperti bulan-bulan sebelumnya.
"Hal itu tergambar dari kinerja dana pensiun yang mampu tumbuh positif, tercermin dari total aset dan investasi yang masing-masing tumbuh 6,41 persen yoy dan 6,66 persen yoy menjadi Rp1,17 triliun dan Rp 1,12 triliun," kata Kepala OJK Kantor Regional 6 Sulawesi, Maluku dan Papua Moh Nurdin Subandi di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan selain aset dan investasi yang masih tumbuh, juga piutang yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan yang juga masih tumbuh 5,13 persen yoy menjadi Rp12,67 triliun.
Sementara Jamkrida Sulsel juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi untuk aset dan outstanding penjaminan sebesar 96,53 persen yoy dan 143,65 persen yoy.
Sedang total aset Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) tumbuh 73,79 persen yoy menjadi Rp1,77 triliun.
Adapun pinjaman yang disalurkan mengalami perlambatan sebesar -3,69 persen yoy menjadi Rp971,72 miliar. Pinjaman yang disalurkan oleh Pegadaian terkoreksi melambat -14,66 persen yoy menjadi Rp4,33 triliun.
Sampai dengan 17 November 2021, total jumlah penyelenggara "fintech peer-to-peer lending" atau "fintech lending" yang terdaftar dan berizin di OJK adalah sebanyak 104 penyelenggara, termasuk 8 platform dengan sistem syariah.
Jumlah rekening penerima pinjaman di Sulsel hingga Oktober 2021 mencapai 207.913 rekening, dengan total outstanding pinjaman sebesar Rp0,49 triliun dan TWP 90 atau Non Performing Loan Rate sebesar 1,74 persen.
Hal itu sejalan OJK secara konsisten melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama dengan Pemerintah, otoritas terkait, serta para stakeholders dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Termasuk mendorong momentum akselerasi pemulihan ekonomi di Sulsel melalui berbagai program dan kegiatan untuk menggerakkan UMKM, KUR klaster, Bank Wakaf Mikro dan percepatan vaksinasi massal.
"Hal itu tergambar dari kinerja dana pensiun yang mampu tumbuh positif, tercermin dari total aset dan investasi yang masing-masing tumbuh 6,41 persen yoy dan 6,66 persen yoy menjadi Rp1,17 triliun dan Rp 1,12 triliun," kata Kepala OJK Kantor Regional 6 Sulawesi, Maluku dan Papua Moh Nurdin Subandi di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan selain aset dan investasi yang masih tumbuh, juga piutang yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan yang juga masih tumbuh 5,13 persen yoy menjadi Rp12,67 triliun.
Sementara Jamkrida Sulsel juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi untuk aset dan outstanding penjaminan sebesar 96,53 persen yoy dan 143,65 persen yoy.
Sedang total aset Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) tumbuh 73,79 persen yoy menjadi Rp1,77 triliun.
Adapun pinjaman yang disalurkan mengalami perlambatan sebesar -3,69 persen yoy menjadi Rp971,72 miliar. Pinjaman yang disalurkan oleh Pegadaian terkoreksi melambat -14,66 persen yoy menjadi Rp4,33 triliun.
Sampai dengan 17 November 2021, total jumlah penyelenggara "fintech peer-to-peer lending" atau "fintech lending" yang terdaftar dan berizin di OJK adalah sebanyak 104 penyelenggara, termasuk 8 platform dengan sistem syariah.
Jumlah rekening penerima pinjaman di Sulsel hingga Oktober 2021 mencapai 207.913 rekening, dengan total outstanding pinjaman sebesar Rp0,49 triliun dan TWP 90 atau Non Performing Loan Rate sebesar 1,74 persen.
Hal itu sejalan OJK secara konsisten melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama dengan Pemerintah, otoritas terkait, serta para stakeholders dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Termasuk mendorong momentum akselerasi pemulihan ekonomi di Sulsel melalui berbagai program dan kegiatan untuk menggerakkan UMKM, KUR klaster, Bank Wakaf Mikro dan percepatan vaksinasi massal.