Makassar (ANTARA) - Seorang petani berusia senja tampak sumringah saat sekarung pupuk urea dinaikkan ke atas motornya. Pupuk itu dibonceng dan melaju menuju sawahnya sebelum matahari makin menampakkan sinarnya.
Senyum wujud kebahagiaan itu jelas terlihat dari muka petani bernama Sabrang Daeng Sama asal Kelurahan Tetebatu, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, itu. Ia menebus pupuk subsidi untuk memperbaiki proses pertumbuhan tanaman padi di sawah garapannya.
Daeng Sama sebelumnya merasa khawatir jika harus antre untuk menebus pupuk, sementara pemupukan harus segera dilakukan. Namun, yang terjadi di luar dugaannya, hanya berbekal KTP yang disodorkan ke pemilik toko tani, kurang dari 10 menit, ia langsung bisa membeli dan membawa pulang pupuk yang diinginkan
"Gampang dan hanya sebentar. Pas kita datang, cuma diminta KTP dan bayar. Kalau dulu biasa antri, kadang juga dicek kuotanya. Saya pernah kehabisan, jadi harus beli pupuk yang lebih mahal harganya (non-subsidi). Sekarang bagian saya (pupuk) lebih banyak," katanya dengan dialek Makassar yang kental.
Bersama seorang petani lainnya, bernama Nurdin Mappa yang merupakan Ketua Kelompok Tani Garassi asal Kabupaten Gowa banyak berkisah tentang dinamika petani dalam pemenuhan nutrisi tanamannya, khususnya saat mengakses pupuk subsidi.
Diakui, banyak perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun sesuai kebijakan Pemerintah Pusat, sementara bagi petani ada pula yang tidak mampu mengikuti kebijakan tersebut.
Perubahan yang dirasakan Nurdin, sejak 2024 sistem untuk menebus pupuk subsidi yang sebelumnya dinilai cukup sulit kini berganti dengan sistem yang lebih mudah, cepat dan transparan.
Semuanya melalui aplikasi yang bisa dipantau langsung dan kapan saja melalui ponsel pintarnya.
Melalui edukasi dari para pengecer pupuk subsidi, petani diminta mengunduh aplikasi i-Pubers (Pupuk Bersubsidi) untuk menebus pupuk subsidi. Aplikasi ini dikembangkan Kementerian Pertanian bersama Pupuk Indonesia guna memudahkan petani menebus pupuk subsidi hingga mengurangi risiko penyimpangan terhadap penerima pupuk subsidi yang tidak berhak.
Berbeda dengan tahun 2023, diakui pria berusia 63 tahun itu, bahwa dia sempat mengalami kesulitan memperoleh pupuk subsidi untuk sawahnya, selain kuota pupuk dibatasi, harga pupuk saat itu juga terbilang mahal.
"Pernah juga sukar dapat pupuk, waktu itu pernah minta, tapi tidak dikasih karena pupuk tidak cukup. Kalau pun ada mahal, bisa sampai Rp135 ribu/karung. Padahal sekarang harganya hanya Rp112.500 per karung," ucap Nurdin, mengenang.
Nurdin mengakui bahwa inovasi pada sistem penebusan pupuk saat ini sangat membantu kerja petani, karena pupuk subsidi semakin cepat sampai ke tangan petani, sangat gampang dan efisien kendati harus menggunakan ponsel.
Jika petani tidak memiliki ponsel, mereka juga bisa mengecek jatah pupuknya melalui pengecer sesuai lokasinya dengan membawa KTP.
Saat ini, penyaluran pupuk subsidi dari kios ke petani sudah dilakukan secara digital melalui aplikasi i-Pubers. Keberadaan aplikasi ini tidak hanya memudahkan petani, tetapi juga pemilik kios atau pengecer.
Petani cukup membawa KTP, yang kemudian namanya akan dicek melalui aplikasi. Jika terdaftar di e-RDKK, maka petani akan mengetahui berapa jatah pupuk yang diperoleh selama setahun. Sementara dari sisi pemilik kios, aplikasi i-Pubers juga memudahkan dalam administrasi penyaluran.

Mudahkan distribusi pupuk
Kemudahan menebus pupuk dengan sistem digital, rupanya tidak hanya dirasakan oleh para petani. Perbaikan distribusi pupuk subsidi, khususnya penyaluran pada sektor distributor hingga pengecer juga diakui lantaran menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam menyalurkan pupuk ke petani.
Haji Lalang, pemilik Toko Harapan, pengecer yang telah berkecimpung dalam bisnis jual beli pupuk subsidi sejak 20 tahun silam mengakui hal itu.
Dia yang menangani penyaluran pupuk subsidi di tujuh desa di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa mengungkapkan bahwa sepanjang karirnya menjadi pengecer pupuk subsidi, sistem saat ini yang terbaik, mudah dan risiko curang sangat minim.
"Dulu harus ke bank untuk bisa mendapat jatah pupuk, sekarang bisa pencet, pupuk sudah datang karena kita bisa transfer. Kita juga dapat memantau stok pupuk di gudang," kata pria paruh baya ini.
"Pesan hari ini, datang hari ini" menjadi kalimat yang disematkan Haji Lalang terhadap distribusi pupuk subsidi, sebab pesanannya selalu datang tepat waktu, tidak menunggu lama dan sesuai permintaan.
Permintaan Haji Lalang pun bervariasi, mulai dari 15 ton, 20 ton hingga 25 ton. Namun ini juga ditentukan oleh musim tanam, yang kebutuhan pupuk subsidi meningkat dan menurun pada waktu-waktu tertentu.
Tidak sampai di situ, digitalisasi yang terus dikembangkan Pupuk Indonesia, diakui meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penyaluran pupuk. Hal ini pun berimbas kepada para pengecer.
"Saya juga dipuji oleh petani karena penyaluran pupuk tepat sasaran dan hanya bagi yang terdaftar. Sistem ini betul-betul tidak bisa diakali, jadi peluang curang hampir tidak ada," ujarnya.
Efisien dan mudahnya penyaluran pupuk subsidi dirasakan pula Syahriani yang merupakan distributor pupuk subsidi pada empat kecamatan di Kabupaten Gowa, yakni Pallangga, Bontonompo Selatan, Tompobulu dan Manuju.
Laporan yang kerap dianggapnya membuatnya repot karena harus ditulis tangan, tak lagi ditemui di zaman digitalisasi seperti sekarang.
Melalui pengembangan sistem yang disiapkan Kementerian Pertanian bersama Pupuk Indonesia, Syahriani hanya mengunduh beberapa berkas pelaporan untuk penebusan pupuk, seperti surat jalan dan berita acara penebusan pupuk subsidi.
Baginya, semua sangat terasa mudah dan sangat efisien dalam penggunaan waktu. Permintaan pupuk yang langsung berhubungan dengan Pupuk Indonesia tidak lagi seribet dulu, yang harus mencetak laporan dan dibawa ke Kantor Pupuk Indonesia yang berada di Makassar.
"jika kita pesan di aplikasi, keluar kode booking langsung bayar. Pengantaran pupuk selalu sesuai pesanan, bahkan Minggu pun memberikan pelayanan. Ini tentu agar pupuk bisa segera sampai ke tangan petani," ujarnya.
Alokasi pupuk subsidi
Kuota pupuk subsidi yang disiapkan pemerintah melalui Pupuk Indonesia terbilang meningkat signifikan untuk Provinsi Sulawesi Selatan pada 2025.
Pupuk Indonesia merilis alokasi pupuk subsidi untuk Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kenaikan sebesar 11 persen pada 2025, dari sebanyak 834.341 ton pada 2024 meningkat menjadi 922.370 ton pupuk subsidi di 2025. Penambahan alokasi ini untuk menunjang swasembada pangan, khususnya di Sulawesi Selatan.
Pupuk Indonesia berkomitmen menyediakan pupuk bersubsidi agar dapat diterima petani sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Guna mendukung ketersediaan stok pupuk bersubsidi di Sulsel, Pupuk Indonesia memiliki empat Gudang Lini 2 provinsi, dan 41 unit gudang lini 3 di kabupaten-kabupaten di Sulsel. Pupuk Indonesia memiliki 52 distributor dan 1.221 kios yang tersebar di seluruh Sulsel.
Pupuk Indonesia menerapkan prinsip 6 Tepat agar pendistribusian pupuk lancar hingga diterima petani, yakni Tepat (Jenis, Jumlah, Tempat, Waktu, Mutu, dan Harga).
Secara rinci, alokasi penambahan pupuk subsidi dari 2024 ke 2025 pada masing-masing jenis pupuk yaitu Urea dari 407.492 ton menjadi 424.887 ton, NPK dari 370.193 menjadi 386.741 ton dan pupuk organik 14.538 ton menjadi 71.492 ton.
Sementara pupuk NPK Kakao untuk Sulsel mengalami penurunan, dari 42.118 ton menjadi 39.250 ton. Penurunan alokasi ini mencapai 7 persen. Hal ini didasarkan pada realisasi di 2024 yang hanya mencapai 30 persen atau 12.751 ton.
"Kami selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mengevaluasi kelancaran penyaluran pupuk bersubsisi di daerah," kata Senior Manager Pupuk Indonesia untuk wilayah Sulamapua (Sulawesi, Maluku dan Papua), Sukodim.
Digitalisasi dalam distribusi pupuk, utamanya pupuk bersubsidi, telah dirasakan manfaatnya oleh petani di Sulsel. Kecepatan dan ketepatan distribusi sangat membantu petani dalam menggarap lahan untuk bisa berproduksi secara maksimal.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Digitalisasi dukung kepastian petani dapat pupuk bersubsidi