Kupang (ANTARA Sulsel) - Usaha warung makan dengan menu khusus daging babi bakar di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam beberapa bulan terakhir ini mulai bertambah marak sedangkan para konsumen tak peduli terhadap isu flu babi.
"Sekarang, kita tidak perlu lagi ke Baun untuk mencari sei babi (daging babi yang disayat kemudian diasap sampai matang) atau daging babi panggang. Sekarang di kota (Kupang) sudah sangat banyak usaha warung babi seperti di Baun," kata Benny (43), seorang warga Kelurahan Oepura Kupang, Senin.
Baun, adalah sebuah wilayah pemukiman penduduk yang jaraknya sekitar 27 km selatan Kota Kupang. Disana ada sebuah pasar tradisional yang biasanya menyediakan daging babi bakar serta sei babi bakar bagi para konsumen yang datang dari Kupang.
Setiap Jumat dan Sabtu, warga Kota Kupang biasanya ke Baun untuk menikmati daging babi bakar serta sei babi di tempat itu.
Sekarang, kata Benny, orang sudah jarang ke Baun untuk mencari daging babi bakar atau sei babi, karena usaha warung babi seperti di Baun itu sudah bertambah marak di Kota Kupang.
Ketika menjelang jam makan siang, para pegawai pemerintah serta swasta menyerbu warung-warung makan yang menyediakan babi panggang serta sei babi itu, seperti di Jalan WJ Lalamentik Kupang dan Jalan Perintis Kemerdekaan Oebufu yang terkenal dengan sebutan "Bambu Kuning".
Tatkala flu babi menyerang warga Meksiko dan menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO) akan menyebar ke seluruh dunia seperti dalam kasus flu burung, para konsumen yang doyan dengan daging babi bakar atau panggang tidak terlalu perduli dengan kasus flu babi yang mematikan itu.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, flu babi tidak akan menyerang manusia jika daging dimasak lebih dari 80 derajat Celcius untuk mematikan kuman-kuman penyakit yang ada ada dalam daging babi.
Sementara babi yang dibakar atau dipanggang pun, harus masak betul sampai suhu maksimal 80 derajat. Sementara sei babi yang diolah di Kupang, umumnya diasap dengan api sampai matang, kemudian dipanggang lagi sampai masak sebelum dikonsumsi.
Dinas Kesehatan maupun Dinas Peternakan NTT belum menemukan adanya kasus yang timbul dari kebiasaan masyarakat Kupang dan NTT seluruhnya mengkonsumsi daging babi bakar maupun daging babi panggang atau sei tersebut.
(T.L003/A011)

