Makassar (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) selama 11 hari, mulai 12-22 Januari 2023 di Sulawesi Selatan dalam rangka mengurangi potensi bencana hidrometeorologi.
Direktur Pendukung Sumber Daya Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian di Makassar, Minggu mengatakan, penanggulangan bencana hidrometeorologi di Sulsel mengerahkan satu unit pesawat penyemaian dengan pesawat Cessna Grand Caravan 208 dengan registrasi PK-SNM.
“Pelaksanaan berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan mengamati cuaca dan awan. Ini tergantung situasi, kajian bisa 900 Kg sampai 1 ton per Penerbangan minimal 800 kilogram," kata Rustian.
Pesawat yang digunakan bisa terbang dalam dua jam sekali sortie dengan 800 - 1.000 kg benih per sortie, yang dalam sehari bisa mencapai tiga penerbangan. Sebanyak 16.500 Kg bahan bibit telah "Penerbangan penaburan
diarahkan ke sisi Barat Laut, Barat dan Barat Daya untuk menghalau potensi awan yang mengarah ke daratan," katanya.
Potensi hujan awan di atas perairan Selat Makassar sehingga dapat mengurangi jumlah curah hujan yang masuk ke daratan.
Teknik modifikasi cuaca ini pertama kali diterapkan di Sulsel. Hal itu diharapkan dapat memitigasi bencana banjir, erosi dan tanah longsor di wilayah Sulsel.
Sebelumnya, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengajukan permohonan TMC ke BNPB dalam rangka pengurangan risiko bencana hidrometeorologi dan telah berlangsung selama 11 hari dan telah ditutup pada Minggu, 22 Januari 2023.
Pelaksanaan TMC sebelumnya menargetkan Pulau Jawa untuk Natal. dan Tahun Baru. Provinsi Sulsel sendiri merupakan provinsi pertama di luar Pulau Jawa.
“Alhamdulillah dengan koordinasi yang baik, kegiatan TMC ini dapat kita laksanakan sebagai upaya mengurangi resiko bencana hidrometeorologi di Sudan Selatan,” kata Gubernur Sudan Selatan.
Untuk itu, Andi Sudirman mengucapkan terima kasih kepada BNPB, BPBD Sulsel, BMKG, BRIN, Lanud Hasanuddin Makassar dan PT Songo Aviasi Indonesia (SAI) serta operator PT Smart Cakrawala Aviation.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Selo Selatan Amson Padolo mengatakan, data yang dirilis sebelumnya menunjukkan sejak 12 hingga 21 Januari lalu, Selo Selatan berada di zona ekstrim.
“Menurut hasil TMC, cuaca ekstrim dapat kita atasi, sehingga dapat terhindar dari bahaya terkait bencana hidrometeorologi,” kata Amson.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul :BNPB melakukan TMC di Sulsel untuk mengurangi potensi bencana hidrometeorologi