Makassar (ANTARA) - Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Shodiqin menghimbau masyarakat, khususnya pasangan usia subur (PUS) untuk mengatur kelahiran anak secara sehat guna mencegah stunting pada anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.
"Penting menjaga jarak kelahiran anak, agar kelak anak-anak bertumbuh dan berkembang dengan baik," kata Shodiqin disela pengarahan kegiatan Promosi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah khusus bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI, Hj Aliyah Mustika Ilham di Pulau Barang Lompo, Kecamatan Sangkarrang, Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, dengan menggunakan KB, resiko lahir bayi stunting dapat kita cegah, sebab dengan mengatur kelahiran anak, ibu-ibu dan bapak-bapak akan memilik banyak waktu dan kesempatan untuk memaksimalkan pengasuhan anak, ASI eksklusi bisa maksimal diberikan dan kesehatan ibu juga bisa meningkat.
Shodiqin menyebutkan ada 7 jenis alat kontrasepsi modern yang disediakan pemerintah melalui BKKBN, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek meliputi pil KB, suntik KB dan kondom. Kemudian metode kontrasepsi jangka panjang meliputi IUD, implat atau susuk KB, vasektomi dan tubektomi.
Data Sensus Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 angka prevalensi stunting Sulsel sebesar 27,2 persen, angka ini masih di atas nasional yaitu 21,6 persen, sedangkan Kota Makassar 18,4 persen.
"Untuk itu kami memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Makassar atas kesuksesan menurunkan angka stunting dan termasuk terendah kedua di Sulsel setelah Kabupaten Barru," ungkapnya.
Selain mengatur kelahiran anak, pola asuh dan pola makan juga perlu di perhatikan agar anak tidak lahir stunting. Asupan makanan bergizi dimaksimalkan di 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak dimulai saat dalam kandungan, bahkan saat sebelum menikah, 3 bulan gizi ibu harus disiapkan dan memperhatikan usia ideal menikah, yakni wanita 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.
Menurut dia, program KB menjadi kunci penting dalam menurunkan angka stunting. Untuk itu BKKBN terus berupaya meningkatkan kesertaan ber-KB masyarakat dan menghindari kehamilan berisko yaitu terlalu muda melahirkan di bawah 20 tahun, terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun, terlalu rapat melahirkan di bawah 2 tahun, dan terlalu sering melahirkan.
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah faktor 4 terlalu (terlalu muda melahirkan, terlalui tua melahirkan, terlalu sering atau dekat jarak melahirkan, serta terlalu banyak anak), selain itu pernikahan pada usia dini juga berpotensi melahirkan anak stunting.
Dengan Program KB, angka kematian ibu dan bayi bisa kita turunkan bersama, status kesehatan ibu dan anak meningkat terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan dan menjarangkan jarak kelahiran anak.
Berita Terkait
Dinsos Sulsel bantu BKKBN sosialisasikan Gerakan Peduli Stunting
Minggu, 7 April 2024 2:16 Wib
BKKBN RI kembalikan 114 PPPK formasi 2022 untuk bertugas di Sulsel
Senin, 12 Februari 2024 20:50 Wib
BKKBN Sulsel melakukan penguatan program Dashat di Kampung KB
Kamis, 8 Februari 2024 1:00 Wib
BKKBN sosialisasikan program "piring nasimu" guna tekan angka stunting
Jumat, 2 Februari 2024 18:56 Wib
BKKBN Sulsel mengoptimalkan upaya penurunan stunting
Sabtu, 27 Januari 2024 1:04 Wib
BKKBN Sulsel melibatkan remaja sebagai promotor pencegahan stunting
Rabu, 24 Januari 2024 0:30 Wib
Kepala BKKBN: Pendidikan seksual pada anak bukanlah hal yang tabu
Minggu, 21 Januari 2024 11:37 Wib
BKKBN Sulsel mengembangkan Program SMART Lansia untuk ketahanan keluarga
Minggu, 14 Januari 2024 0:32 Wib