Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan melalui menggelar kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting Tahap I di Luwu Timur, dan hasilnya angka kasus kekerdilan di daerah tersebut, pada 2022 sebesar 22,6 persen.
Staf Ahli Pembangunan Luwu Timur Rapiuddin Tahir melalui keterangannya diterima di Makassar, Jumat, mengatakan, Pemerintah Pusat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 menargetkan persentase stunting berada di angka 14 persen.
"Ini sudah menjadi RPJMN dan targetnya itu berada di angka 14 persen. Yang pasti, semua program kita akan maksimalkan termasuk kunjungan, pendampingan dan pengawasan oleh para kader posyandu kepada para balita, baik yang terkena stunting maupun tidak," ujarnya.
Rapiuddin menjelaskan tujuan dari Diseminasi Audit Kasus Stunting Tahap I agar Pemkab Lutim lebih dini mengetahui penyebab terjadinya kasus stunting di wilayah masing-masing dan mencegah terjadinya kasus yang serupa nantinya.
Menurut dia, hingga saat ini Pemkab Lutim telah banyak membangun fasilitas umum dan memberikan bantuan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan dengan baik.
"Adanya permasalahan stunting karena kekurangan gizi yang terjadi pada anak lambat ditangani dan kurangnya pemahaman masyarakat serta jauhnya lokasi rumah masyarakat dengan fasilitas umum sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama di sini untuk berkumpul dan berdiskusi dengan tim pakar bagaimana kita bersama menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat,” katanya.
Kepala Dinas DPPKB Kabupaten Luwu Timur, Puspawati Husler menjelaskan, masalah stunting menjadi isu prioritas nasional yang sudah menjadi kewajiban daerah untuk melanjutkan program pusat tersebut.
“Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional, komitmen ini terwujud masuknya stunting dalam RPJMN 2024," ujarnya.
Ia mengharapkan semua pihak bisa bahu membahu dalam penurunan angka stunting di Luwu Timur yang angkanya pada 2022 berada di angka 22,6 persen.
Puspawati menargetkan, tahun ini semua pihak harus bekerja keras karena pada 2022 itu, ada kenaikan angka prevalensi dari 2021 sebesar 2,7 persen.
"Dari 2021 ke 2022 itu ada kenaikan 2,7 persen. Waktu itu kan puncak-puncaknya COVID-19. Tapi, tahun ini kita harapkan bisa kembali ditekan hingga berada di angka 14,6 persen sehingga pada 2024, angka stunting bisa di bawah 14 persen," tuturnya.
Ia mengungkapkan, data terbaru yang telah dirilis oleh Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting Kabupaten Luwu Timur mengalami kenaikan pada 2022 yaitu sebesar 22,6 persen atau naik 2,7 persen dari angka 19,9 persen pada 2021.
Meski begitu, menurut dia, angka prevalensi kasus stunting di Luwu Timur dibandingkan kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan relatif lebih kecil. yakni berada di urutan kelima terendah dari 24 kabupaten/kota di Sulsel.