Beijing, (Antara/Reuters) - Keluarga penumpang asal Tiongkok pesawat Malaysia Airlines yang hilang, berunjuk rasa di luar Kedutaan Besar Malaysia pada Selasa, menuntut penjelasan dari maskapai penerbangan itu dan menuding pemerintah Malaysia telah "mencurangi" mereka.
Puluhan anggota keluarga meneriakkan kata-kata "Pemerintah Malaysia telah mencurangi kita" dan "Malaysia, kembalikan keluarga kami", saat mereka berunjuk rasa secara damai dan memegang poster.
Polisi membentuk pagar betis diluar gedung untuk mencegah mereka mendekati gedung Kedubes Malaysia.
Para anggota keluarga penumpang itu membawa poster bertuliskan "MH370, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!" dan "1,3 juta orang menunggu untuk menyambut pesawat itu". Mereka mengenakan kaos bertuliskan "Selamat berjuang untuk MH370, kembalilah dengan selamat".
"Kami telah menunggu selama 18 hari dan masih menunggu, Anda membuat kami menunggu. Berapa lama lagi kami harus bertahan?" seorang perempuan yang hanya dikenali sebagai Zhang mengatakan kepada Reuters.
Foto-foto yang diunggah di media sosial Tiongkok menunjukkan para pengunjuk rasa tengah memegang spanduk bertuliskan "Malaysia Airlines! Anda berhutang penjelasan pada kami."
Seorang pejabat di Kedubes Malaysia mengatakan bahwa "kami sedang menangani masalah ini dan belum mengeluarkan informasi apapun."
Sebelumnya, sebuah pernyataan dari keluarga penumpang mengecam pemerintah Malaysia dan maskapai penerbangan negara itu sebagai pembunuh.
Emosi yang diluahkan keluarga penumpang itu menunjukkan reaksi buruk yang terus menyebar di Tiongkok terhadap Malaysia, tujuan wisata paling populer bagi turis negara itu. Namun pemerintah Malaysia dalam pandangan kebanyakan warga Tiongkok telah menangani krisis tersebut dengan buruk.
Sebagian besar penumpang pesawat yang menuju Beijing tersebut adalah warga Tiongkok.
Jatuh di Samudra Hindia
Sebelumnya pada Selasa, beberapa jam setelah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa pesawat telah jatuh di Samudra Hindia, seorang anggota keuarga yang tak dikenal membacakan peryataan di hotel Beijing tempat mereka menginap, yang mengecam pihak maskapai, pemerintah Malaysia dan militernya karena "terus menerus mencoba menunda, menyembunyikan dan menutupi kebenaran".
Itu adalah "upaya untuk membohongi keluarga penumpang dan upaya membohongi masyarakat dunia", kata pernyataan tersebut yang kemudian diunggah di laman mikroblog setempat oleh "Komite Keluarga Malaysia Airlines MH370".
Dalam pernyataan selanjutnya, keluarga mengatakan bahwa mereka akan bergerak menuju Kedubes Malaysia di Beijing untuk "memprotes, mencari kebenaran dan meminta kembali keluarga mereka."
Keluarga dalam pernyataannya mengatakan mereka akan "mengambil semua cara yang mungkin" untuk mencari "kesalahan yang tak termaafkan" dari maskapai, pemerintah dan militer Malaysia.
"Tindakan jahat ini bukan hanya membodohi dan menghancurkan secara fisik dan mental keluarga 154 penumpang China, namun juga telah membelokkan dan menunda operasi penyelamatan, membuang-buang tenaga serta kehilangan waktu yang berharga untuk upaya penyelamatan."
"Jika 154 orang yang kami cintai dalam pesawat itu hilang nyawa akibat hal ini, maka Malaysia Airlines, pemerintah Malaysia dan militernya adalah pembunuh yang sebenarnya,".
Cuaca buruk dan ombak besar pada Selasa memaksa ditundanya operasi pencarian serpihan pesawat yang diyakini jatuh di lokasi terpencil di Samudra Hindia dengan seluruh penumpang dinyatakan tewas.
Pada Senin malam, situasi di hotel tersebut histeris dengan beberapa anggota keluarga tampak meratap dan dibawa keluar dengan kursi roda.
Malaysia Airlines berjanji membawa keluarga penumpang ke Australia yang menjadi pusat pencarian.
Menteri Pertahanan Australia David Johnston mengatakan Perdana Menteri Tony Abbott ingin membantu keluarga penumpang yang mayoritas berasal dari Tiongkok.
"Saya tahu perdana menteri sangat prihatin sehingga kami menyiapkan setiap bantuan yang mungkin," kata Johnston kepada radio Fairfax.
"Mereka sudah mengalami gejolak emosional selama dua minggu, hati saya bersama mereka. Kami akan melakukan apapun yang kami bisa untuk memberi mereka semacam penutup, atas apa yang kita tahu merupakan bencana serius. (Uu.SYS/C/S. Haryati/A/A. Krisna)