PON XXI - Jakarta kokoh di puncak klasemen medali, Jabar dan Jatim mengintai
Deli Serdang, Sumatera Utara (ANTARA) - Provinsi DKI Jakarta kian kokoh di puncak klasemen sementara perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 per Senin, pukul 08.45 WIB.
DKI Jakarta kini mengoleksi 106 medali emas, 89 perak, dan 87 perunggu. Mereka berjarak sembilan medali emas dengan peringkat kedua Jawa Barat yang mengumpulkan 97 emas, 95 perak, dan 98 perunggu.
Perolehan Jawa Barat ditempel oleh Jawa Timur di tempat ketiga dengan 94 medali emas, 87 perak, dan 85 perunggu. Adapun tuan rumah Sumatera Utara dan Aceh menduduki peringkat keempat dan kelima.
Sumatera Utara mendulang 50 medali emas, 26 perak, dan 56 perunggu, sedangkan Aceh meraup 42 emas, 35 perak, dan 40 perunggu.
Sementara itu, sebanyak delapan provinsi masih belum memperoleh medali emas, yakni Kalimantan Tengah, Maluku, Papua Selatan, Sulawesi Barat, Bengkulu, Papua Barat Daya, Maluku Utara, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sepanjang Minggu (15/9), Jakarta menambah pundi-pundi medali emas melalui sejumlah cabang olahraga. Di terbang layang, Jakarta menyegel dua medali emas lewat Wahyu pada nomor terbang ketahanan dual seater putra dan Monica pada nomor ketahanan terbang dual seater putri.
Atlet wushu Jumanta menambah emas DKI Jakarta dari nomor sanda kelas 60kg putra usai menghentikan perlawanan atlet Jawa Tengah Bintang Reindra Nada Guitara dalam dua babak langsung.
Atlet muda Andi Sultan Altaf Mirza juga menyumbang emas untuk Jakarta melalui taekwondo kategori freestyle individu putera.
Jakarta juga mendapat emas tambahan dari cabang olahraga soft tenis setelah pasangan Siti Nur Arasy dan Julia Michelle Sanger memenangi final ganda putri usai mengalahkan pasangan Jawa Barat Beatrice Chandra dan Dwi Rahayu Pitri.
Jawa Barat menambah perolehan medali emas, di antaranya melalui Ade Permana dari wushu sanda kelas 48kg putra, soft tenis nomor ganda putra lewat pasangan Fernando Sanger/Tio Juliandi, lalu anggar nomor degen beregu putri yang diraih oleh Raden Nasyha Fadilla, Kathrin Ghea Endarwati, dan Aghna Firashya.
Perenang Aflah Fadlan Prawira turut menyumbang medali emas nomor 400 meter gaya ganti perorangan putra. Dua emas lainnya untuk Jawa Barat diperoleh dari nomor 12 crew putra 500 meter dan 12 crew putri 500 meter cabang olahraga perahu naga.
Sementara itu, Jawa Timur mendulang emas antara lain melalui cabang gantole yang meraih empat emas melalui nomor ketepatan mendarat (KTM) kelas B, lintas alam (XC) perorangan kelas A, XC perorangan kelas B, dan XC beregu kelas A.
Emas lainnya dari Jawa Timur diperoleh dari Atlet panahan Diananda Choirunisa di nomor tim recurve putri dan mixed recurve serta tim beregu wushu Akbar Dwi Affandi/Nicholaus Karanka Adinugroho/Muhammad Zaki Ikbaar Ramadhan dan Natalie Chriselda Tanasa/Benedicta Rafaella Karolusia Prasetyo yang menyegel emas duilian putra dan putri.
Tercipta rekor
Sejumlah rekor juga tercipta sepanjang Minggu. Perenang Jawa Timur Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi tampil mengesankan pada nomor 800 meter gaya bebas putri dengan 8 menit 59,41 detik.
Catatan waktu tersebut sekaligus memecahkan rekor PON milik kompatriotnya Adinda Larasati Dewi Kirana di PON XX/2021 Papua dengan 8 menit 59,78 detik.
pemecahan rekor PON juga terjadi pada nomor 4x200 meter gaya bebas estafet putra. DKI Jakarta melalui Putra M Randa, Nicholas Karel Subagyo, Dwiki Anugrah, dan Joe Aditya Wijaya Kurniawan sukses mencatatkan waktu 7 menit 34,78 detik.
Hasil tersebut sekaligus mempertajam rekor PON yang diciptakan DKI pada PON XX/2021 Papua dengan 7 menit 38,31 detik.
Atlet atletik Sumatera Utara Muhammad Syahrial Bakti berhasil meraih emas sekaligus memecahkan rekor Pekan Olahraga Nasional (PON) melalui nomor tolak peluru putra, dalam PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Dalam pertandingan itu dia melakukan tolakan sejauh 16,68 meter. Dia berhasil melampaui rekor PON yang dipegang Sukraj Singh, sejak 26 Desember 2000 atau PON XV Jawa Timur (Jatim). Saat itu, Sukraj yang juga berasal dari Sumut menorehkan tolakan sejauh 16,06 meter.
Usut pemukulan wasit
Terjadi kontroversi pada pertandingan sepak bola putra antara Aceh kontra Sulawesi Tengah yang berlangsung di Stadion Dimurthala, Banda Aceh pada Sabtu (14/9) malam WIB.
Wasit Eko Agus Sugih Harto dinilai mengambil sejumlah keputusan kontroversial dengan puncaknya saat memberikan dua tendangan penalti untuk tim Aceh beberapa menit sebelum laga usai.
Keputusan wasit direspons pemain Sulawesi Tengah dengan aksi pemukulan hingga wasit terkapar dan dilarikan dengan ambulans.
Buntut dari peristiwa tersebut, PSSI menegaskan bahwa sanksi terberat mengancam pemain dan wasit yang terlibat.
"Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat!" kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
Erick mengatakan akan melakukan investigasi mendalam dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh kejanggalan. Di samping itu reaksi yang sangat tidak sportif pemain juga dipastikan berbuah sanksi terberat.
Sanksi larangan seumur hidup pun mengancam wasit dan pihak-pihak lain bila terbukti mengatur hasil laga. Namun, Erick menegaskan pula bahwa tak ada justifikasi bagi pemain untuk melakukan aksi pemukulan.
PSSI menilai peristiwa ini mencoreng kehormatan sepak bola Indonesia yang mulai menunjukkan titik cerah. Demi muruah dan untuk mencegah peristiwa serupa tidak terulang, Erick menjamin hukuman yang diberikan menjadi salah satu hukuman paling berat.
Guna menghindari peristiwa serupa berulang, wasit dari Liga 1 dan Liga 2 akan memimpin laga semifinal dan final sepak bola putra.
DKI Jakarta kini mengoleksi 106 medali emas, 89 perak, dan 87 perunggu. Mereka berjarak sembilan medali emas dengan peringkat kedua Jawa Barat yang mengumpulkan 97 emas, 95 perak, dan 98 perunggu.
Perolehan Jawa Barat ditempel oleh Jawa Timur di tempat ketiga dengan 94 medali emas, 87 perak, dan 85 perunggu. Adapun tuan rumah Sumatera Utara dan Aceh menduduki peringkat keempat dan kelima.
Sumatera Utara mendulang 50 medali emas, 26 perak, dan 56 perunggu, sedangkan Aceh meraup 42 emas, 35 perak, dan 40 perunggu.
Sementara itu, sebanyak delapan provinsi masih belum memperoleh medali emas, yakni Kalimantan Tengah, Maluku, Papua Selatan, Sulawesi Barat, Bengkulu, Papua Barat Daya, Maluku Utara, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sepanjang Minggu (15/9), Jakarta menambah pundi-pundi medali emas melalui sejumlah cabang olahraga. Di terbang layang, Jakarta menyegel dua medali emas lewat Wahyu pada nomor terbang ketahanan dual seater putra dan Monica pada nomor ketahanan terbang dual seater putri.
Atlet wushu Jumanta menambah emas DKI Jakarta dari nomor sanda kelas 60kg putra usai menghentikan perlawanan atlet Jawa Tengah Bintang Reindra Nada Guitara dalam dua babak langsung.
Atlet muda Andi Sultan Altaf Mirza juga menyumbang emas untuk Jakarta melalui taekwondo kategori freestyle individu putera.
Jakarta juga mendapat emas tambahan dari cabang olahraga soft tenis setelah pasangan Siti Nur Arasy dan Julia Michelle Sanger memenangi final ganda putri usai mengalahkan pasangan Jawa Barat Beatrice Chandra dan Dwi Rahayu Pitri.
Jawa Barat menambah perolehan medali emas, di antaranya melalui Ade Permana dari wushu sanda kelas 48kg putra, soft tenis nomor ganda putra lewat pasangan Fernando Sanger/Tio Juliandi, lalu anggar nomor degen beregu putri yang diraih oleh Raden Nasyha Fadilla, Kathrin Ghea Endarwati, dan Aghna Firashya.
Perenang Aflah Fadlan Prawira turut menyumbang medali emas nomor 400 meter gaya ganti perorangan putra. Dua emas lainnya untuk Jawa Barat diperoleh dari nomor 12 crew putra 500 meter dan 12 crew putri 500 meter cabang olahraga perahu naga.
Sementara itu, Jawa Timur mendulang emas antara lain melalui cabang gantole yang meraih empat emas melalui nomor ketepatan mendarat (KTM) kelas B, lintas alam (XC) perorangan kelas A, XC perorangan kelas B, dan XC beregu kelas A.
Emas lainnya dari Jawa Timur diperoleh dari Atlet panahan Diananda Choirunisa di nomor tim recurve putri dan mixed recurve serta tim beregu wushu Akbar Dwi Affandi/Nicholaus Karanka Adinugroho/Muhammad Zaki Ikbaar Ramadhan dan Natalie Chriselda Tanasa/Benedicta Rafaella Karolusia Prasetyo yang menyegel emas duilian putra dan putri.
Tercipta rekor
Sejumlah rekor juga tercipta sepanjang Minggu. Perenang Jawa Timur Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi tampil mengesankan pada nomor 800 meter gaya bebas putri dengan 8 menit 59,41 detik.
Catatan waktu tersebut sekaligus memecahkan rekor PON milik kompatriotnya Adinda Larasati Dewi Kirana di PON XX/2021 Papua dengan 8 menit 59,78 detik.
pemecahan rekor PON juga terjadi pada nomor 4x200 meter gaya bebas estafet putra. DKI Jakarta melalui Putra M Randa, Nicholas Karel Subagyo, Dwiki Anugrah, dan Joe Aditya Wijaya Kurniawan sukses mencatatkan waktu 7 menit 34,78 detik.
Hasil tersebut sekaligus mempertajam rekor PON yang diciptakan DKI pada PON XX/2021 Papua dengan 7 menit 38,31 detik.
Atlet atletik Sumatera Utara Muhammad Syahrial Bakti berhasil meraih emas sekaligus memecahkan rekor Pekan Olahraga Nasional (PON) melalui nomor tolak peluru putra, dalam PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Dalam pertandingan itu dia melakukan tolakan sejauh 16,68 meter. Dia berhasil melampaui rekor PON yang dipegang Sukraj Singh, sejak 26 Desember 2000 atau PON XV Jawa Timur (Jatim). Saat itu, Sukraj yang juga berasal dari Sumut menorehkan tolakan sejauh 16,06 meter.
Usut pemukulan wasit
Terjadi kontroversi pada pertandingan sepak bola putra antara Aceh kontra Sulawesi Tengah yang berlangsung di Stadion Dimurthala, Banda Aceh pada Sabtu (14/9) malam WIB.
Wasit Eko Agus Sugih Harto dinilai mengambil sejumlah keputusan kontroversial dengan puncaknya saat memberikan dua tendangan penalti untuk tim Aceh beberapa menit sebelum laga usai.
Keputusan wasit direspons pemain Sulawesi Tengah dengan aksi pemukulan hingga wasit terkapar dan dilarikan dengan ambulans.
Buntut dari peristiwa tersebut, PSSI menegaskan bahwa sanksi terberat mengancam pemain dan wasit yang terlibat.
"Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat!" kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
Erick mengatakan akan melakukan investigasi mendalam dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh kejanggalan. Di samping itu reaksi yang sangat tidak sportif pemain juga dipastikan berbuah sanksi terberat.
Sanksi larangan seumur hidup pun mengancam wasit dan pihak-pihak lain bila terbukti mengatur hasil laga. Namun, Erick menegaskan pula bahwa tak ada justifikasi bagi pemain untuk melakukan aksi pemukulan.
PSSI menilai peristiwa ini mencoreng kehormatan sepak bola Indonesia yang mulai menunjukkan titik cerah. Demi muruah dan untuk mencegah peristiwa serupa tidak terulang, Erick menjamin hukuman yang diberikan menjadi salah satu hukuman paling berat.
Guna menghindari peristiwa serupa berulang, wasit dari Liga 1 dan Liga 2 akan memimpin laga semifinal dan final sepak bola putra.