Pemkab Sinjai bersama tim dari Jepang berkolaborasi budi daya rumput laut
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sinjai berkolaborasi dengan Asia Livelihood Network Japan Mrs. Fumiko Kawae serta ahli dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas dalam budi daya rumput laut yang ramah lingkungan.
Kepala Dinas Perikanan Sinjai Syamsul Alam melalui keterangannya diterima di Makassar, Rabu, menjelaskan bahwa program kolaborasi itu lahir atas keprihatinan terhadap tingginya potensi cemaran lingkungan dalam satu tahun akibat sampah plastik, utamanya botol plastik.
"Jadi kami berkolaborasi dengan banyak pihak, tim dari Jepang, FIKP Unhas, LSM Macca dan juga pihak SMK Negeri 4 Sinjai dalam budidaya rumput laut secara ramah lingkungan," ujarnya.
Syamsul Alam mengatakan kegiatannya juga memberikan edukasi kepada masyarakat akan penanganan masalah sampah plastik, yang dihasilkan dari aktivitas budi daya rumput laut yang tidak ramah lingkungan dan marak dikerjakan pembudidaya di wilayah pesisir
“Ini berangkat dari keprihatinan atas budi daya rumput laut yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan pelampung dari botol bekas dan juga tali nilon plastik. Bayangkan dalam setahun sebanyak 2,5 ton botol plastik terbuang ke laut,” katanya.
Ia mengaku dengan keprihatinan itulah kemudian pihaknya mendorong tim yang tergabung dalam proyek kolaborasi hutan dan laut memutuskan akan melakukan pendampingan ke para pembudidaya.
Tujuannya agar menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan misalnya pelampung dari kayu yang harganya ekonomis, mudah ditemukan, ringan, dan yang terpenting tidak membebani para pembudidaya.
“Ini sudah dikomunikasikan ke pihak-pihak terkait, seperti UPTD KPH Tangka, DLHK, dan juga kami di Dinas Perikanan, kita akan identifikasi kayu yang cocok yang tentunya tidak membebani para pembudidaya rumput laut,” terangnya.
Alternatif penggunaan bahan alami ini rencananya akan diujicobakan ke pembudidaya rumput laut yang ada di Kecamatan Pulau Sembilan mulai tahun ini.
“Mulai tahun ini kita akan uji cobakan di perairan Pulau Sembilan. Ini kita akan mengedukasi dan mengadvokasi kelompok pembudidaya yang ada di lokasi tersebut,” tuturnya.
Harapannya agar ke depan, bukan hanya ekosistem laut yang terjaga, namun juga meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat pesisir.
“Harapannya semoga ke depan dapat mengurangi cemaran di laut, juga agar perkembangan satwa di laut tidak terganggu dan sampah bioplastik dapat berkurang. Kami juga harapkan program ini dapat meluas diterapkan seluruh kelompok pembudidaya rumput laut,” ucap dia.
Kepala Dinas Perikanan Sinjai Syamsul Alam melalui keterangannya diterima di Makassar, Rabu, menjelaskan bahwa program kolaborasi itu lahir atas keprihatinan terhadap tingginya potensi cemaran lingkungan dalam satu tahun akibat sampah plastik, utamanya botol plastik.
"Jadi kami berkolaborasi dengan banyak pihak, tim dari Jepang, FIKP Unhas, LSM Macca dan juga pihak SMK Negeri 4 Sinjai dalam budidaya rumput laut secara ramah lingkungan," ujarnya.
Syamsul Alam mengatakan kegiatannya juga memberikan edukasi kepada masyarakat akan penanganan masalah sampah plastik, yang dihasilkan dari aktivitas budi daya rumput laut yang tidak ramah lingkungan dan marak dikerjakan pembudidaya di wilayah pesisir
“Ini berangkat dari keprihatinan atas budi daya rumput laut yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan pelampung dari botol bekas dan juga tali nilon plastik. Bayangkan dalam setahun sebanyak 2,5 ton botol plastik terbuang ke laut,” katanya.
Ia mengaku dengan keprihatinan itulah kemudian pihaknya mendorong tim yang tergabung dalam proyek kolaborasi hutan dan laut memutuskan akan melakukan pendampingan ke para pembudidaya.
Tujuannya agar menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan misalnya pelampung dari kayu yang harganya ekonomis, mudah ditemukan, ringan, dan yang terpenting tidak membebani para pembudidaya.
“Ini sudah dikomunikasikan ke pihak-pihak terkait, seperti UPTD KPH Tangka, DLHK, dan juga kami di Dinas Perikanan, kita akan identifikasi kayu yang cocok yang tentunya tidak membebani para pembudidaya rumput laut,” terangnya.
Alternatif penggunaan bahan alami ini rencananya akan diujicobakan ke pembudidaya rumput laut yang ada di Kecamatan Pulau Sembilan mulai tahun ini.
“Mulai tahun ini kita akan uji cobakan di perairan Pulau Sembilan. Ini kita akan mengedukasi dan mengadvokasi kelompok pembudidaya yang ada di lokasi tersebut,” tuturnya.
Harapannya agar ke depan, bukan hanya ekosistem laut yang terjaga, namun juga meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat pesisir.
“Harapannya semoga ke depan dapat mengurangi cemaran di laut, juga agar perkembangan satwa di laut tidak terganggu dan sampah bioplastik dapat berkurang. Kami juga harapkan program ini dapat meluas diterapkan seluruh kelompok pembudidaya rumput laut,” ucap dia.