BaKTI dan Unicef kolaborasikan inspeksi akses sanitasi aman
Makassar (ANTARA) - Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) bersama Lembaga UNICEF berkolaborasi melibatkan stakeholder terkait Pemerintah Kota serta Kementerian Kesehatan dengan melaksanakan inspeksi akses sanitasi aman rumah tangga di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
"Hari ini kami sudah melakukan kolaborasi kegiatan survei lapangan dengan membagi tujuh kelompok peserta serta melakukan survei ke 105 rumah tangga di Kelurahan Antang," kata Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulsel Eko Nugroho di Hotel Best Westren Makassar, Selasa.
Ia menjelaskan, kolaborasi inspeksi akses sanitasi aman tersebut melibatkan pihak terkait dari Sanitarian Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas PU, Dinas PMD, UPTD PALD, dan mahasiswa Poltekes Kemenkes untuk turun langsung ke lapangan mengumpulkan data terkait sanitasi.
"Data yang di input tim di lapangan langsung dikirim ke aplikasi sistem informasi manajemen pengelolaan air limbah domestik (SIMPALD) untuk menjadi penunjang pendukung usaha mana saja yang sudah layak maupun belum layak," katanya.
Melalui pelibatan mahasiswa Poltekes program studi Kesehatan lingkungan, kata dia, akan menjadi pejuang sanitasi karena untuk menuju sanitasi aman tidak mudah, sebab target yang ditetapkan pada 2030 yakni 30 persen, dan saat ini jauh dari target itu.
"Makanya dibutuhkan sumber daya manusia yang dikuatkan dari awal untuk melihat permasalahan yang mendasar di tengah masyarakat khususnya di Kota Makassar terkait upaya kita menjadikan kota sanitasi aman," paparnya.
Hal senada disampaikan Staf UPTD PAL (Pengelola Air Limbah) Muhammad Arif dengan menyebutkan, terkait data sanitasi di Kota Makassar yang masuk kategori layak itu sudah 97 persen dan 30 persen masih dianggap tidak layak.
Sementara untuk perhitungan akses sanitasi awal itu masuk di angka 5,7 persen dari target 15 persen 2028, karena penyedotan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) tidak dianggap untuk masuk kategori sanitasi awal.
"Tetapi upaya Dinas PU Kota Makassar terus melakukan pembenahan atau pergantian tangka septik kepada warga yang tidak memiliki tangka septik maupun tangki septik yang dianggap belum layak," ujarnya.
Sejauh ini program Pemkot Makassar untuk sanitasi aman, kata dia, terbagi menjadi dua jenis yakni pergantian tangki septik individual dan pembangunan IPAL Komunal. Saat ini di Kota Makassar telah hadir IPAL Perkotaan atau IPAL Losari dengan jumlah sambungan rumah sekitar 21 ribu," katanya menyebutkan.
Arif menjelaskan, pentingnya sanitasi aman pertama, menjaga dari segi Kesehatan. Kedua, meningkatkan kesehatan lingkungan di wilayah masing-masing. Sebab, bila melihat kondisi faktual di Kota Makassar banyak tangki septik yang terbuat dari bus beton atau cubluk dimana lantai bawahnya tidak di beton.
"Sehingga terjadi rembesan air di bawah tangki yang bisa mengalir ke sumur-sumur, dampaknya air tidak layak untuk dikonsumsi karena terkontaminasi pencemaran diakibatkan limbah (virus e-coli). Oleh karena itu penyedotan lumpur tinja sebaiknya disedot tiga tahun sekali," ujarnya.
Tim IT dan Konsultan BaKTI-UNICEF Hasmin mengemukakan, kegiatan kolaborasi inspeksi ini telah menggunakan aplikasi SIMPALD untuk memudahkan pengumpulan data dari lokasi survei, sehingga proses rekapitulasi manajemen dan input terintegrasi dengan sistem informasi geografis yang berbasis visualisasi peta digital.
"Ini menjadi lebih mudah dan proses pengambilan keputusan oleh pihak terkait apakah Dinas PU, Kementerian Kesehatan untuk pengembangan kebijakan bisa dilakukan lebih baik lagi. Inilah aplikasi dalam tiga tahun terakhir dikembangkan BaKTI-UNICEF untuk membantu inspeksi," ucapnya.
Staf BaKTI-UNICEF Hamzah Sinring menambahkan, kolaborasi inspeksi tersebut untuk menyamakan presepsi dan upaya pihak terkait dalam satu tujuan mewujudkan sanitasi aman rumah tangga sesuai standar yang tepat, mulai kloset, tangka septik hingga layanan penyedotannya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BaKTI-Unicef kolaborasikan inspeksi akses sanitasi aman
"Hari ini kami sudah melakukan kolaborasi kegiatan survei lapangan dengan membagi tujuh kelompok peserta serta melakukan survei ke 105 rumah tangga di Kelurahan Antang," kata Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulsel Eko Nugroho di Hotel Best Westren Makassar, Selasa.
Ia menjelaskan, kolaborasi inspeksi akses sanitasi aman tersebut melibatkan pihak terkait dari Sanitarian Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas PU, Dinas PMD, UPTD PALD, dan mahasiswa Poltekes Kemenkes untuk turun langsung ke lapangan mengumpulkan data terkait sanitasi.
"Data yang di input tim di lapangan langsung dikirim ke aplikasi sistem informasi manajemen pengelolaan air limbah domestik (SIMPALD) untuk menjadi penunjang pendukung usaha mana saja yang sudah layak maupun belum layak," katanya.
Melalui pelibatan mahasiswa Poltekes program studi Kesehatan lingkungan, kata dia, akan menjadi pejuang sanitasi karena untuk menuju sanitasi aman tidak mudah, sebab target yang ditetapkan pada 2030 yakni 30 persen, dan saat ini jauh dari target itu.
"Makanya dibutuhkan sumber daya manusia yang dikuatkan dari awal untuk melihat permasalahan yang mendasar di tengah masyarakat khususnya di Kota Makassar terkait upaya kita menjadikan kota sanitasi aman," paparnya.
Hal senada disampaikan Staf UPTD PAL (Pengelola Air Limbah) Muhammad Arif dengan menyebutkan, terkait data sanitasi di Kota Makassar yang masuk kategori layak itu sudah 97 persen dan 30 persen masih dianggap tidak layak.
Sementara untuk perhitungan akses sanitasi awal itu masuk di angka 5,7 persen dari target 15 persen 2028, karena penyedotan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) tidak dianggap untuk masuk kategori sanitasi awal.
"Tetapi upaya Dinas PU Kota Makassar terus melakukan pembenahan atau pergantian tangka septik kepada warga yang tidak memiliki tangka septik maupun tangki septik yang dianggap belum layak," ujarnya.
Sejauh ini program Pemkot Makassar untuk sanitasi aman, kata dia, terbagi menjadi dua jenis yakni pergantian tangki septik individual dan pembangunan IPAL Komunal. Saat ini di Kota Makassar telah hadir IPAL Perkotaan atau IPAL Losari dengan jumlah sambungan rumah sekitar 21 ribu," katanya menyebutkan.
Arif menjelaskan, pentingnya sanitasi aman pertama, menjaga dari segi Kesehatan. Kedua, meningkatkan kesehatan lingkungan di wilayah masing-masing. Sebab, bila melihat kondisi faktual di Kota Makassar banyak tangki septik yang terbuat dari bus beton atau cubluk dimana lantai bawahnya tidak di beton.
"Sehingga terjadi rembesan air di bawah tangki yang bisa mengalir ke sumur-sumur, dampaknya air tidak layak untuk dikonsumsi karena terkontaminasi pencemaran diakibatkan limbah (virus e-coli). Oleh karena itu penyedotan lumpur tinja sebaiknya disedot tiga tahun sekali," ujarnya.
Tim IT dan Konsultan BaKTI-UNICEF Hasmin mengemukakan, kegiatan kolaborasi inspeksi ini telah menggunakan aplikasi SIMPALD untuk memudahkan pengumpulan data dari lokasi survei, sehingga proses rekapitulasi manajemen dan input terintegrasi dengan sistem informasi geografis yang berbasis visualisasi peta digital.
"Ini menjadi lebih mudah dan proses pengambilan keputusan oleh pihak terkait apakah Dinas PU, Kementerian Kesehatan untuk pengembangan kebijakan bisa dilakukan lebih baik lagi. Inilah aplikasi dalam tiga tahun terakhir dikembangkan BaKTI-UNICEF untuk membantu inspeksi," ucapnya.
Staf BaKTI-UNICEF Hamzah Sinring menambahkan, kolaborasi inspeksi tersebut untuk menyamakan presepsi dan upaya pihak terkait dalam satu tujuan mewujudkan sanitasi aman rumah tangga sesuai standar yang tepat, mulai kloset, tangka septik hingga layanan penyedotannya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BaKTI-Unicef kolaborasikan inspeksi akses sanitasi aman