Timika (Antara Sulsel) - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan operasi penumpasan Kelompok Kriminal Bersenjata-Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (KKB-TPN OPM) di wilayah Kimbeli dan Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, pada Jumat (17/11) semata-mata demi menyelamatkan masyarakat sipil.
"Gerakan separatis ini sudah melakukan pembunuhan. Kemudian melakukan penyanderaan. Penyanderaan itu bukan disekap dalam satu ruangan, tetapi di suatu lokasi dan membuat mereka tidak bisa kemana-mana, tidak mendapat layanan apapun, baik pendidikan, kesehatan, dan lainnya," kata Jenderal Gatot Nurmantyo di Tembagapura, Minggu.
Panglima TNI bersama sejumlah pejabat teras Mabes TNI secara khusus datang ke Tembagapura, Timika, pada Sabtu (18/11) dalam rangka menganugerahkan kenaikan pangkat luar biasa kepada 58 prajurit TNI yang terlibat langsung dalam tim penumpasan KKB-TPN OPM.
Para prajurit TNI yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa itu berasal dari kesatuan Batalyon Infanteri 751 Rider Jayapura, Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Kostrad.
Upacara penganugerahan kenaikan pangkat luar biasa kepada puluhan prajurit TNI itu berlangsung di Kampung Utikini Lama, Distrik Tembagapura, Minggu pagi.
Jenderal Gatot mengatakan sedianya pemberian kenaikan pangkat luar biasa itu dilaksanakan di Kampung Kimbeli atau Kampung Banti.
Namun rencana iti dibatalkan lantaran akses jalan ke dua kampung itu dalam kondisi rusak berat lantaran digali menggunakan alat berat oleh pihak KKB-TPN OPM, beberapa waktu lalu.
Panglima TNI menegaskan selama ratusan warga sipil diisolasi di Kimbeli, Banti dan area longsoran dekat Kali Kabur, warga mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari KKB-TPN OPM.
"Para sandera juga terintimidasi, bahkan 12 wanita dilaporkan mengalami kekerasan seksual," ujar orang nomor satu di jajaran TNI itu.
Tidak itu saja, sebagian warga sipil mengaku dijarah dan dirampas harta bendanya.
Berdasarkan data yang diterima pihak kepolisian, jumlah uang yang dirampas mencapai Rp107,5 juta, emas hasil dulangan yang dijarah sebanyak 254,4 gram, dan sebanyak 200-an telepon genggam disita oleh KKB.
Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan tindakan tersebut tidak bisa dibiarkan terus berlangsung sehingga negara melalui aparat TNI dan Polri harus hadir untuk menyelamatkan masyarakat sipil.
"Urgensinya, karena penyanderaan sudah dilakukan sejak tanggal 1 November dan semakin hari kesehatan para sandera semakin menurun, kelaparan karena persediaan logistik mereka sudah mulai habis sehingga harus segera diambil tindakan tegas," ujar Panglima TNI.
Tindakan tegas itu harus segera dilakukan mengingat berbagai upaya pendekatan telah dilakukan oleh Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar bersama para tokoh tapi tidak juga meluluhkan hati para anggota kelompok separatis bersenjata itu.
"Pak Kapolda sudah menggunakan berbagai macam cara untuk negosiasi, baik melalui tokoh gereja, tokoh masyarakat, Pemda dan semua upaya dilakukan," kata Gatot.
Berita Terkait

TNI AD bantu air bersih kepada warga korban gempa Sulbar
Sabtu, 6 Maret 2021 20:56 Wib

Marsekal Hadi: TNI-Polri ujung tombak tekan penyebaran COVID-19
Jumat, 5 Maret 2021 15:12 Wib

Panglima TNI lepas Satgas MTF TNI KontiNgen Garuda XXVII M menuju Libanon
Jumat, 5 Maret 2021 14:15 Wib

Panglima TNI pimpin Sertijab Pangkohanudnas dari Marsda Khairil ke Novyan
Rabu, 3 Maret 2021 14:26 Wib

450 prajurit Kodam XIV/Hasanuddin ikut vaksinasi COVID-19 tahap II
Selasa, 2 Maret 2021 20:00 Wib

Kasad: TNI AD terus kawal pemulihan Sulawesi Barat pascagempa
Selasa, 2 Maret 2021 17:55 Wib

Pengungsi gempa mulai berkurang datangi Posko Kesehatan TNI di Mamuju
Minggu, 28 Februari 2021 21:37 Wib

Pomdam Jaya kawal kasus penembakan prajurit TNI oleh oknum polisi
Kamis, 25 Februari 2021 16:17 Wib