Imam Besar Istiqlal: Islam agama kemanusiaan
Makassar (Antaranews Sulsel) - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar mengatakan Islam adalah agama kemanusiaan yang menyebarkan kedamaian untuk seluruh alam semesta, rahmatan lil alamin.
"Dalam Islam tidak ada kamus bunuh diri, nabi dan sahabat tidak pernah mencontohkan, bahkan dalam hadis disebutkan orang yang bunuh diri itu mati kafir," kata Nasaruddin dalam Forum Grup Diskusi (FGD) bertajuk "Islam Bukan Agama Teroris" yang diselenggarakan PMII Sulawesi Selatan di Makassar, Senin.
Menurutnya, agama Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan untuk berdakwah atau memaksakan kehendaknya agar orang lain mengikuti kemauannya.
Apalagi, yang terjadi beberapa waktu lalu, insiden bom bunuh diri dengan dalih membawa agama Islam.
Dalam ajaran Al Quran, bila ditarik kesimpulan adalah cinta. Sesungguhnya tidak "qurani" apabila berdakwah tapi mengumbar kebencian mengatasnamakan Al Quran, bahkan sampai mengkafirkan atau "membidahkan" (bid`ah) seseorang yang berbeda dengan ideologinya.
"Sedikit-sedikit bidah, musyrik, kafir, ini tahap awal berjangkitnya radikalisme. Jadi, saya mengimbau dalam berdakwah janganlah mengkafirkan orang," kata dia.
Ia berharap masyarakat Sulsel bisa mempertahankan nilai-nilai lokal budaya Sulsel, dipadu dengan ajaran Islam yang moderat. Itu lebih dari cukup untuk menangkal paham radikal.
Kegiatan FGD yang dipandu Zulfikar Limolang itu juga dihadiri Irjen Gatot Eddy Pramono, staf ahli Kapolri bidang Sosial Ekonomi, sekaligus sebagai narasumber.
Menurut Gatot muntuk memutus paham radikal menyebar di tengah masyarakat diperlukan kerja sama semua pihak mulai dari mahasiswa pemuda, tokoh masyarakat hingga ulama.
Ideologi Pancasila, kata dia, harus terus disebarluaskan dan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh radikalisme.
"Gerakan dan ajaran terorisme itu tentu tidak ada sama sekali kaitannya dengan agama. Islam bukan agama teroris, Islam adalah rahmatan lil alamin," katanya.
Ketua PKC PMII Sulsel Ahmad Sirajul Munir pada kesempatan itu berterima kasih kepada Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono beserta jajarannya yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.
"Bagaimana menangkal radikalisme ini, kita butuh kerja sama dengan kepolisian, juga mahasiswa Islam maupun bukan Islam, sehingga paham radikal itu tidak berkembang di Sulsel," kata Ahmad.
"Dalam Islam tidak ada kamus bunuh diri, nabi dan sahabat tidak pernah mencontohkan, bahkan dalam hadis disebutkan orang yang bunuh diri itu mati kafir," kata Nasaruddin dalam Forum Grup Diskusi (FGD) bertajuk "Islam Bukan Agama Teroris" yang diselenggarakan PMII Sulawesi Selatan di Makassar, Senin.
Menurutnya, agama Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan untuk berdakwah atau memaksakan kehendaknya agar orang lain mengikuti kemauannya.
Apalagi, yang terjadi beberapa waktu lalu, insiden bom bunuh diri dengan dalih membawa agama Islam.
Dalam ajaran Al Quran, bila ditarik kesimpulan adalah cinta. Sesungguhnya tidak "qurani" apabila berdakwah tapi mengumbar kebencian mengatasnamakan Al Quran, bahkan sampai mengkafirkan atau "membidahkan" (bid`ah) seseorang yang berbeda dengan ideologinya.
"Sedikit-sedikit bidah, musyrik, kafir, ini tahap awal berjangkitnya radikalisme. Jadi, saya mengimbau dalam berdakwah janganlah mengkafirkan orang," kata dia.
Ia berharap masyarakat Sulsel bisa mempertahankan nilai-nilai lokal budaya Sulsel, dipadu dengan ajaran Islam yang moderat. Itu lebih dari cukup untuk menangkal paham radikal.
Kegiatan FGD yang dipandu Zulfikar Limolang itu juga dihadiri Irjen Gatot Eddy Pramono, staf ahli Kapolri bidang Sosial Ekonomi, sekaligus sebagai narasumber.
Menurut Gatot muntuk memutus paham radikal menyebar di tengah masyarakat diperlukan kerja sama semua pihak mulai dari mahasiswa pemuda, tokoh masyarakat hingga ulama.
Ideologi Pancasila, kata dia, harus terus disebarluaskan dan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh radikalisme.
"Gerakan dan ajaran terorisme itu tentu tidak ada sama sekali kaitannya dengan agama. Islam bukan agama teroris, Islam adalah rahmatan lil alamin," katanya.
Ketua PKC PMII Sulsel Ahmad Sirajul Munir pada kesempatan itu berterima kasih kepada Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono beserta jajarannya yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.
"Bagaimana menangkal radikalisme ini, kita butuh kerja sama dengan kepolisian, juga mahasiswa Islam maupun bukan Islam, sehingga paham radikal itu tidak berkembang di Sulsel," kata Ahmad.