Bekraf dorong pertumbuhan industri teknologi aplikasi dan games
Makassar (Antaranews Sulsel) - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus mendorong pertumbuhan industri teknologi aplikasi dan games untuk terus berkembang di Indonesia dengan menghasilkan produk digital yang diciptakan anak muda kreatif yang berinovasi.
"Saya melihat banyak sekali talenta muda disini ibarat mutiara yang belum bersinar. Saya percaya anak muda Makassar mampu lebih sukses," kata Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari kepada wartawan disela acara Bekraf Developer Day (BDD) di hotel Four Poin by Sheraton Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Salah satu rencana dalam mengakomodir karya anak bangsa di Makassar dengan kerja sama PT Telkom menghadikan Makassar Digital Value. Kegiatan Bekraf kali kedua ini diharapkan keluarannya akan lebih banyak mencapai kesuksesan.
Menurutnya, penyelenggaraan BDD tersebut dimaksudkan untuk membangun ekosistem ekonomi digital subsektor aplikasi, games dan BoT yang mendorong tumbuh dan berkembangnya industri aplikasi dana penciptaan games di Indonesia yang kini bertumbuh sekitar delapan persen.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini, lanjut Hari, mengenalkan Bekraf kepada pelaku ekonomi kreatif subsektor aplikasi dan games di seluruh Indonesia. Mendorong sinergi pemerintah, industri, akademisi dan komunitas aplikasi dan games.
Selain itu meningkatkan kapasitas dan kompetensi para pelaku developer apilikasi dan games. Dan menciptakan ekosistem bagi para pelaku subsektor aplikasi, games, website dan BoT termasuk ajang kolaborasi para developer dalam satu platform.
"Kegiatan ini diperuntukkan pelaku ekonomi kreatif untuk menciptakan ekosistem yang berkualitas bagi para startup. Tercatat ada seribu lebih peserta hadir. Tidak hanya pemaparan sesi paripurna dan secara parrelel tapi sekaligus dilaksanakan pameran," tambahnya.
Berdasarkan data data dari situs Newzoo pada 2104, industri game di Indonesia sudah bernilai Rp2-3 trilun, dan setiap tahun sekitar 100 game baru dilahirkan para developer games lokal.
Pencipta games 'Dread Out' Rachmat Imron kini menjabat CEO Digital Happiness mengatakan, awalnya games tersebut dibuat untuk memberikan kesan tersendiri bagi penikmat game, namun ternyata mendapat respon positif pemain games dari luar negeri.
"Games ini mengangkat histori tentang hantu-hantu seperti pocong, kuntilanak dan lainnya yang sudah populer di Indonesia, tapi diluar negeri tidak. Sehingga untuk lebih mendongkraknya sementara ini diproses produksi ke layar lebar," beber dia.
Meski demikian, games ini khusus dimainkan melalui komputer dan belum ke Android. Hanya saja, sebut dia, pembeli games ini secara resmi masih minim di Indonesia, tetapi yang membajak banyak, sementara diluar negeri justru peminatnya banyak dengan membeli sacara sah," beber dia.
Dengan hadirnya BDD ini, sebagaia orang yang lebih dulu sukses, dirinya telah membagikan pengalaman dan kisah-kisahnya jatuh bangun dalam membangun sistem games digital termasuk dengan upaya hak ciptanya harus didapatkan secara paten agar tidak dibajak orang.
Sementara COO Dicoding Indonesia, Kevin Kurniawan pada kesempatan itu menyampaikan, pihaknya membantu Bekraf dalam memberikan wadah bagi pelaku ekonomi kreatif subsektor aplikasi dan games untuk terus dikembangkan. Mengingat jumlah penikmat games di dunia mencapai 899 juta orang.
Selain itu, saat ini ada 170 perusahaan games, dan akan terus bertambah karena bisnis ini cukup menjanjikan karena jumlah penikmatnya menghampiri satu miliar orang. Sedangkan penciptaan aplikasi games di Indonesia tumbuh sekitar delapan persen per tahun.
"Developer untuk games sendiri di Indonesia sudah mencapai 100 ribu developer. Dengan hadirnya BDD ini dihadiri lebih dari seribu orang tentu akan teridentifikasi siapa saja talenta terbaik sehingga bisa dibantu," paparnya.
Kevin menambahkan, Dicoding Indonesia mempunyai akademi, mengajarkan tantangan serta networking dalam bekerja dengan sistem, tidak hanya itu Dicoding juga mengeluarkan sertifikat bagi pesertanya yang dinyatakan lulus.
"Kami percaya di Makassar banyak anak muda bertalenta handal dan mampu menjadi sukses, hanya saja belum diasah kemampuannya secara maksimal," tambahnya.
"Saya melihat banyak sekali talenta muda disini ibarat mutiara yang belum bersinar. Saya percaya anak muda Makassar mampu lebih sukses," kata Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari kepada wartawan disela acara Bekraf Developer Day (BDD) di hotel Four Poin by Sheraton Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Salah satu rencana dalam mengakomodir karya anak bangsa di Makassar dengan kerja sama PT Telkom menghadikan Makassar Digital Value. Kegiatan Bekraf kali kedua ini diharapkan keluarannya akan lebih banyak mencapai kesuksesan.
Menurutnya, penyelenggaraan BDD tersebut dimaksudkan untuk membangun ekosistem ekonomi digital subsektor aplikasi, games dan BoT yang mendorong tumbuh dan berkembangnya industri aplikasi dana penciptaan games di Indonesia yang kini bertumbuh sekitar delapan persen.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini, lanjut Hari, mengenalkan Bekraf kepada pelaku ekonomi kreatif subsektor aplikasi dan games di seluruh Indonesia. Mendorong sinergi pemerintah, industri, akademisi dan komunitas aplikasi dan games.
Selain itu meningkatkan kapasitas dan kompetensi para pelaku developer apilikasi dan games. Dan menciptakan ekosistem bagi para pelaku subsektor aplikasi, games, website dan BoT termasuk ajang kolaborasi para developer dalam satu platform.
"Kegiatan ini diperuntukkan pelaku ekonomi kreatif untuk menciptakan ekosistem yang berkualitas bagi para startup. Tercatat ada seribu lebih peserta hadir. Tidak hanya pemaparan sesi paripurna dan secara parrelel tapi sekaligus dilaksanakan pameran," tambahnya.
Berdasarkan data data dari situs Newzoo pada 2104, industri game di Indonesia sudah bernilai Rp2-3 trilun, dan setiap tahun sekitar 100 game baru dilahirkan para developer games lokal.
Pencipta games 'Dread Out' Rachmat Imron kini menjabat CEO Digital Happiness mengatakan, awalnya games tersebut dibuat untuk memberikan kesan tersendiri bagi penikmat game, namun ternyata mendapat respon positif pemain games dari luar negeri.
"Games ini mengangkat histori tentang hantu-hantu seperti pocong, kuntilanak dan lainnya yang sudah populer di Indonesia, tapi diluar negeri tidak. Sehingga untuk lebih mendongkraknya sementara ini diproses produksi ke layar lebar," beber dia.
Meski demikian, games ini khusus dimainkan melalui komputer dan belum ke Android. Hanya saja, sebut dia, pembeli games ini secara resmi masih minim di Indonesia, tetapi yang membajak banyak, sementara diluar negeri justru peminatnya banyak dengan membeli sacara sah," beber dia.
Dengan hadirnya BDD ini, sebagaia orang yang lebih dulu sukses, dirinya telah membagikan pengalaman dan kisah-kisahnya jatuh bangun dalam membangun sistem games digital termasuk dengan upaya hak ciptanya harus didapatkan secara paten agar tidak dibajak orang.
Sementara COO Dicoding Indonesia, Kevin Kurniawan pada kesempatan itu menyampaikan, pihaknya membantu Bekraf dalam memberikan wadah bagi pelaku ekonomi kreatif subsektor aplikasi dan games untuk terus dikembangkan. Mengingat jumlah penikmat games di dunia mencapai 899 juta orang.
Selain itu, saat ini ada 170 perusahaan games, dan akan terus bertambah karena bisnis ini cukup menjanjikan karena jumlah penikmatnya menghampiri satu miliar orang. Sedangkan penciptaan aplikasi games di Indonesia tumbuh sekitar delapan persen per tahun.
"Developer untuk games sendiri di Indonesia sudah mencapai 100 ribu developer. Dengan hadirnya BDD ini dihadiri lebih dari seribu orang tentu akan teridentifikasi siapa saja talenta terbaik sehingga bisa dibantu," paparnya.
Kevin menambahkan, Dicoding Indonesia mempunyai akademi, mengajarkan tantangan serta networking dalam bekerja dengan sistem, tidak hanya itu Dicoding juga mengeluarkan sertifikat bagi pesertanya yang dinyatakan lulus.
"Kami percaya di Makassar banyak anak muda bertalenta handal dan mampu menjadi sukses, hanya saja belum diasah kemampuannya secara maksimal," tambahnya.