New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street bervariasi pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor memantau dengan cermat simposium ekonomi tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming, untuk mencari petunjuk tentang kebijakan moneter AS ke depan.
Dilansir Xinhua, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 49,51 poin atau 0,19 persen, menjadi berakhir di 26.252,24 poin. Indeks S&P 500 turun 1,48 poin atau 0,05 persen, menjadi ditutup di 2.922,95 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 28,82 poin atau 0,36 persen, menjadi berakhir di 7.991,39 poin.
Pasar berharap bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan mengklarifikasi sikap bank sentral mengenai penurunan suku bunga dan mengkonfirmasi ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif dalam simposium.
Powell dijadwalkan menyampaikan pidatonya pada Jumat waktu setempat.
The Fed memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Juli untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2008. Sementara mengutip ketidakpastian ekonomi dan perdagangan, Powell menekankan pada konferensi pers setelah pertemuan bulan lalu bahwa penurunan suku bunga hanya "penyesuaian siklus tengah" daripada awal serangkaian kebijakan yang lebih akomodatif.
Menurut risalah pertemuan bank sentral Juli yang dirilis pada Rabu (21/8/2019), para pejabat Fed terpecah atas apakah akan memotong suku bunga.
Ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga lagi pada September berada di 93,5 persen, menurut alat FedWatch Chicago Mercantile Exchange Group.
Sementara itu, indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur AS tercatat 49,9 pada Agustus, turun dari 50,4 pada Juli dan di bawah ambang batas 50,0 netral untuk pertama kalinya sejak September 2009, menurut IHS Markit pada Kamis (22/8/2019). Setiap pembacaan di bawah 50 menandakan kontraksi.
Tim Moore, direktur asosiasi ekonomi di IHS Markit, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa data survei Agustus memberikan sinyal yang jelas bahwa pertumbuhan ekonomi terus melunak pada kuartal ketiga.
"PMI untuk manufaktur dan jasa tetap jauh lebih lemah daripada pada awal 2019 dan secara kolektif menunjukkan pertumbuhan PDB tahunan sekitar 1,5 persen," kata Moore.
"Perusahaan manufaktur terus merasakan dampak dari melambatnya kondisi ekonomi global, dengan penjualan ekspor baru turun pada laju tercepat sejak Agustus 2009," tambahnya.
Data ekonomi yang lemah menambah kekhawatiran pasar untuk resesi ekonomi AS, yang telah menjadi topik hangat untuk sementara waktu.
Berita Terkait
Idemitsu FIM Asia Road Racing Championship 2023 di Mandalika
Jumat, 11 Agustus 2023 13:41 Wib
Presiden Jokowi secera resmi membuka Papua Street Carnival
Jumat, 7 Juli 2023 9:26 Wib
Presiden Jokowi dijadwalkan temui pelajar dan resmikan Papua Street Carnival
Jumat, 7 Juli 2023 8:54 Wib
Polda Metro Jaya menggelar "Street Boxing" untuk kurangi kenakalan remaja
Sabtu, 25 Februari 2023 11:23 Wib
Wamenparekraf: Bogor Street Festival merangkum kearifan lokal
Senin, 6 Februari 2023 8:43 Wib
Barcelona kembali jual 15 persen saham hak siarnya kepada Sixth Street
Sabtu, 23 Juli 2022 6:43 Wib
Miguel Oliveira juara MotoGP Mandalika 2022
Minggu, 20 Maret 2022 19:02 Wib
Warga antusias menonton langsung MotoGP Grand Prix Indonesia di Mandalika
Sabtu, 19 Maret 2022 21:39 Wib