New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lagi lebih dari satu dolar AS per barel pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah ekspektasi lebih banyak minyak mentah mencapai pasar setelah kesepakatan kompromi antara produsen OPEC terkemuka dan data mingguan yang sangat buruk pada permintaan bahan bakar Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menetap di 73,47 dolar AS per barel, terpangkas 1,29 dolar AS atau 1,7 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 1,48 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi ditutup pada 71,65 dolar AS per barel,
Penurunan melanjutkan kerugian pada Rabu (14/7/2021) dengan minyak mentah AS dan Brent masing-masing merosot 2,8 persen dan 2,3 persen, setelah Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah mencapai kesepakatan yang akan membuka jalan bagi kesepakatan untuk memasok lebih banyak minyak mentah ke pasar minyak yang ketat.
Kesepakatan belum dipadatkan dan kementerian energi UEA mengatakan musyawarah terus berlanjut.
"Itu masih 'gajah besar di dalam ruangan' (masalah kontroversial sangat besar) - kami punya kesepakatan, kami tidak punya kesepakatan - dan itu menimbulkan kekhawatiran," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
Pembicaraan di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, terhenti bulan ini setelah Uni Emirat Arab keberatan untuk memperpanjang pakta pasokan kelompok itu melewati April 2022, dengan mengatakan kesepakatan itu tidak memperhitungkan peningkatan kapasitas produksi UEA.
Di Amerika Serikat, penarikan besar dalam stok minyak mentah tidak banyak mendorong harga karena investor fokus pada kenaikan persediaan bahan bakar dalam seminggu termasuk liburan Empat Juli, ketika mengemudi biasanya melonjak.
"Semua rasa optimisme bensin menguap hanya dalam satu minggu," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. "Jika Anda tidak membutuhkan bensin, Anda tidak perlu minyak mentah untuk membuat bensin, dan itulah satu-satunya matematika yang penting pada akhirnya."
Para pedagang juga khawatir bahwa penyebaran varian Delta dari COVID-19 akan menyebabkan pembatasan ekonomi lebih lanjut, sehingga mengurangi permintaan bahan bakar.
Namun, beberapa bank, termasuk Goldman Sachs, Citi dan UBS memperkirakan pasokan akan tetap ketat dalam beberapa bulan mendatang bahkan jika OPEC+ menyelesaikan kesepakatan untuk meningkatkan produksi.
OPEC, dalam laporan bulanannya, mengatakan masih memperkirakan pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak dunia untuk sisa tahun 2021, dan memperkirakan penggunaan minyak pada 2022 akan mencapai tingkat yang sama dengan sebelum pandemi COVID-19.
Berita Terkait
Kemen ESDM menyoroti pengaruh Selat Hormuz pada stabilitas harga minyak dunia
Selasa, 16 April 2024 13:49 Wib
IKA Smansa Makassar siapkan 1.100 paket sembako murah
Sabtu, 6 April 2024 1:28 Wib
Polda Sulbar membentuk tim khusus awasi distribusi BBM di SPBU
Sabtu, 30 Maret 2024 19:19 Wib
Presiden Jokowi meresmikan pabrik minyak makan merah di Sumatera Utara
Kamis, 14 Maret 2024 11:48 Wib
TPID Gowa temukan kenaikan harga pangan jelang Ramadhan namun masih wajar
Jumat, 8 Maret 2024 18:28 Wib
Pemprov Sulbar kembangkan industri minyak goreng di Majene
Jumat, 23 Februari 2024 0:08 Wib
Angkatan Laut Iran menyita kapal tangki minyak AS di Laut Oman
Jumat, 12 Januari 2024 10:47 Wib
Mendag : Harga Minyakita masih dibahas di rapat Kemenko Perekonomian
Kamis, 30 November 2023 13:12 Wib