Jakarta (ANTARA) - Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menilai sejumlah perusahaan rintisan atau startup sudah terimbas resesi global sehingga perlu memiliki strategi jitu untuk menghadapinya.
Pandu mencontohkan di Amerika misalnya, valuasi perusahaan startup di bursa saham turun 30 hingga 80 persen sejak awal tahun. Kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda, startup banyak mengalami penurunan walaupun "implied growth" dari perusahaan masih baik.
"Contoh dua tahun terakhir revenue masih naik dua kali lipat, tapi ekspektasi market sudah banyak berubah. Apalagi dengan kenaikan suku bunga. Menurut saya sudah kelihatan beberapa kali seri C atau D perusahaan-perusahaan sudah turun 20 hingga 30 persen," ujar Pandu dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan, dua tahun lalu memang menjadi tahun emas bagi startup karena pandemi dan masyarakat banyak bergantung pada teknologi. Sayangnya tahun emas itu tidak berlangsung lama karena krisis ekonomi yang turut menggoyahkan startup.
Kondisi tersebut, menurut Pandu, diperparah karena banyak pendiri startup belum pernah mengalami peristiwa seperti saat ini.
"Mayoritas founder belum pernah mengalami ini. Menurut saya ini mentally readjustment bahwa market sekarang gini," kata Pandu.
Oleh karena itu, Pandu menyarankan para pendiri atau founder untuk mencari strategi lainnya yang lebih jitu untuk menghadapi kondisi saat ini dan tidak melulu melakukan bakar uang.
Strategi bakar uang dengan melakukan sejumlah promosi besar-besaran selama ini kerap dilakukan startup untuk membangun dan mempertahankan pasar mereka.
Menurut Pandu, salah satu cara yang bisa dilakukan para founder adalah dengan mempekerjakan talenta-talenta terbaik dalam bidangnya.
"Ayo hire A+ people, jangan hiring 9, tapi hiring 10. Orang yang di ranking 1 itu jauh lebih berharga daripada ranking-ranking lainnya. Kita double down on finding the best people for the team," ujar Pandu.
Cara kedua adalah dari sisi unit economics growth, bagaimana dari sisi bisnis para founder startup bisa menghasilkan uang atau orang mau membayar jasa dari startup mereka.
"Anda juga harus prove Anda bisa passed through cost Anda kepada customer. Artinya Anda punya semacam bargaining power atau semacam pricing power di bisnis Anda," ujar Pandu.
Strategi ketiga, lanjut Pandu, para founder startup diharapkan untuk jeli melihat peluang seperti merger dan akusisi (M&A).
"Anda harus melihat cara-cara lain seperti contoh, akuisisi. Bagaimana Anda bisa memikirkan itu. Karena sebagian dari sisi founder belum pernah melakukan dari sisi seperti ini," pungkas Pandu.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perusahaan startup dinilai sudah terimbas resesi global
Berita Terkait
Indonesia berpeluang pimpin blok ekonomi digital regional
Minggu, 4 Juni 2023 18:58 Wib
Analis: Tiga bank AS bangkrut tak berdampak kepada Indonesia
Selasa, 14 Maret 2023 17:12 Wib
SVB runtuh hingga perusahaan rintisan teknologi Kanada kesulitan pembiayaan
Selasa, 14 Maret 2023 9:06 Wib
Dinkop UKM Makassar dorong kaum perempuan tekuni usaha rintisan
Selasa, 8 November 2022 12:12 Wib
Pemerintah Indonesia fokus siapkan infrastruktur untuk pemerataan internet
Jumat, 19 Agustus 2022 17:09 Wib
Kominfo fasilitasi perusahaan rintisan lokal HiPajak dapatkan pendanaan asing
Rabu, 23 Maret 2022 16:23 Wib
Indonesia boyong 10 perusahaan rintisan ke ajang SXSW 2022 di Amerika Serikat
Selasa, 8 Maret 2022 16:46 Wib
Erick Thohir berencana hadirkan BUMN Day untuk usaha rintisan
Senin, 17 Januari 2022 19:17 Wib