Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut saat kondisi geopolitik yang tidak pasti seperti sekarang ini, maka dibutuhkan pemikiran "Abu Nawas" yang cerdik dan lihai untuk hadapi krisis.
"Saya titip ke ekonom, jangan menggunakan pakem-pakem yang ada, jangan menggunakan standar yang ada karena saat ini sangat tidak normal sehingga dibutuhkan pemikiran 'Abu Nawas', yang 'kancil-kancil'," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Rabu.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut dalam "Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022" yang dihadiri para Menteri Kabinet Indonesia Maju, CEO CT Coprs Chairul Tanjung, serta para ekonom lainnya.
"Yang 'kancil-kancil' itu, tapi memang bekerja saat ini tidak bisa makro saja, tetapi harus ditambah mikro, mikro juga belum dapat ya harus makro, mikro, ya detail, fokus, ketemu nanti, satu per satu (caranya) karena sekali lagi keadaan sangat tidak normal," tambah Presiden.
Abu Nawas adalah penyair Timur Tengah yang terkenal dengan kelihaiannya mengemas kritik berbungkus humor. Namanya tercantum dalam dongeng 1001 malam.
"Dunia sekarang ini berubah sangat luar biasa, perubahannya sangat luar biasa. Pertama memang diawali pandemi, kita tahu semuanya dan kita beruntung saat itu awal-awal pandemi Indonesia tidak 'lockdown'," ungkap Presiden.
Presiden menyebut dirinya tidak bisa memperkirakan kalau pemerintah memutuskan untuk "lockdown" saat awal pandemi.
"Ekonomi kita akan seperti apa? Berakibat sosial politik seperti apa? Karena awal-awal (pandemi) hampir mungkin 70 negara semua melakukan 'lockdown', di kabinet sendiri 80 persen minta 'lockdown', survei rakyat minta 80 persen 'lockdown', tapi saat itu saya semedi, saya endapkan betul apa benar harus melakukan itu?" cerita Presiden.
Dari hasil perenungannya, Presiden Jokowi memutuskan agar Indonesia tidak melakukan "lockdown".
"Dan ternyata betul, kalau 'lockdown' mungkin kita bisa minus 17 persen," tambah Presiden.
Dari momen pandemi COVID-19, Presiden Jokowi menyebut Indonesia telah belajar menghadapi guncangan dan belajar mengkonsolidasikan kebijakan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga RT.
"Ormas bergabung dengan TNI/Polri, semua masyarakat bergerak, masyarakat melakukan konsolidasi. Hal seperti itu yang harus diteruskan karena perang, krisis energi, krisis pangan, dan krisis finansial. Ini yang paling bisa kita lakukan, mengkonsolidasikan dari atas sampai bawah karena saya meyakini 'landscape' politik dan ekonomi akan berubah dan bergeser ke arah mana itu yang belum diketahui," jelas Presiden.
Menurut Presiden Jokowi, saat ini semua negara sedang diuji kemampuannya untuk menghadapi kondisi geopolitik global yang sedang tidak jelas dan tidak bisa diperkirakan.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden Jokowi: Butuh pemikiran "Abu Nawas" untuk hadapi krisis
Berita Terkait
Presiden Jokowi sampaikan belasungkawa atas wafatnya Presiden Iran
Senin, 20 Mei 2024 20:41 Wib
Presiden Jokowi mengajak dunia wujudkan tata kelola air inklusif dan berkelanjutan
Senin, 20 Mei 2024 14:15 Wib
World Water Council menjadikan Indonesia Ibu Kota Air Dunia
Senin, 20 Mei 2024 14:04 Wib
Presiden Jokowi sambut pemimpin delegasi jelang pembukaan WWF ke-10 di Bali
Senin, 20 Mei 2024 13:36 Wib
Presiden Jokowi paparkan capaian infrastruktur air kepada kepala negara di WWF
Senin, 20 Mei 2024 13:28 Wib
Presiden Jokowi: Kolaborasi kunci keberhasilan dunia atasi masalah air
Senin, 20 Mei 2024 9:59 Wib
Jokowi memperkenalkan Prabowo presiden RI terpilih di World Water Forum
Senin, 20 Mei 2024 9:37 Wib
Presiden Jokowi memimpin Pertemuan Tingkat Tinggi World Water Forum
Senin, 20 Mei 2024 8:45 Wib