Pusat Studi Kebencanaan Unhas petakan titik rawan genangan di Kota Makassar
Makassar (ANTARA) - Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin memetakan wilayah atau titik rawan genangan di Makassar, Sulawesi Selatan, di antaranya wilayah Nipa-Nipa, Perumahan Antang Blok 10, Paccerakkang, Tamalanrea dan Panakkukang.
"Kondisi ini berdasarkan pemetaan daerah yang terdampak banjir dari Citra Satelit Radar (Sentinel 1) yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga menghasilkan delianiasi daerah genangan yang dapat menjadi acuan untuk melakukan evakuasi," kata Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Dr Eng Ilham Alimuddin, MGIS di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan dengan citra satelit ini daerah terdampak dapat di-overlay (tumpang susun) dengan citra satelit yang memperlihatkan jaringan sungai dan kanal serta kolam regulasi yang menjadi wadah tampungan dari curah hujan beberapa hari terakhir dan bats administrasi wilayah Kota Makassar berdasarkan kelurahan dan kecamatannya.
Menurut dia, selain data satelit kondisi rawan banjir terkini juga dilengkapi dari hasil pemantauan foto pesawat tanpa awak dari wilayah terdampak khususnya daerah Nipa Nipa dan Blok 10 Antang, Makassar.
Para peneliti telah melakukan kajian banjir di Kota Makassar, yaitu Dr.Eng Mukhsan Hatta dari Center of Disaster Engineering, Fakultas Teknik Unhas dan Andang Suryana Soma, Ph.D dari Lab DAS Fakultas Kehutanan Unhas.
Keduanya menyatakan bahwa penyebab utama banjir ini selain curah hujan yang tinggi adalah tidak terkendalinya penataan ruang di Kota Makassar khususnya pemberian izin perumahan yang menempati daerah resapan air.
Karena itu direkomendasikan agar penanganan banjir di beberapa lokasi Kota Makassar ini memperhatikan wilayah daerah resapan air yang nantinya dapat dijadikan sebagai kolam retensi.
Karena cakupan daerah terdampak ini harus dilihat sebagai satu kesatuan daerah aliran sungai (DAS), maka penanganannya harus lintas kabupaten/kota atau secara regional dari hulu hingga ke hilir.
"Jadi bukan lagi wilayah Kota Makassar saja sebagai daerah terdampak tapi secara lebih luas daerah Metropolitan Mamminasata," kata Ilham.
Satu hal lain yang perlu diwaspadai pula adalah kondisi tingginya curah hujan yang akan berlanjut beberapa hari ke depan sehingga dikuatirkan daerah genangan akan sampai pada tempat pembuangan khir (TPA) Antang.
Hal ini secara spasial sudah tidak jauh dari wilayah terdampak sekarang ini. Para peneliti juga merekomendasikan agar penanganan tanggap darurat banjir yang terjadi belakangan ini agar lebih terkoordinir.
Termasuk dapat melibatkan semua pihak terkait kebencanaan tidak hanya pada saat terjadi bencana, tapi juga di fase pra-bencana dan pasca-bencana berupa program program yang dapat melibatkan masyarakat terdampak secara langsung.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pusat Studi Kebencanaan Unhas petakan titik rawan genangan di Makassar
"Kondisi ini berdasarkan pemetaan daerah yang terdampak banjir dari Citra Satelit Radar (Sentinel 1) yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga menghasilkan delianiasi daerah genangan yang dapat menjadi acuan untuk melakukan evakuasi," kata Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Dr Eng Ilham Alimuddin, MGIS di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan dengan citra satelit ini daerah terdampak dapat di-overlay (tumpang susun) dengan citra satelit yang memperlihatkan jaringan sungai dan kanal serta kolam regulasi yang menjadi wadah tampungan dari curah hujan beberapa hari terakhir dan bats administrasi wilayah Kota Makassar berdasarkan kelurahan dan kecamatannya.
Menurut dia, selain data satelit kondisi rawan banjir terkini juga dilengkapi dari hasil pemantauan foto pesawat tanpa awak dari wilayah terdampak khususnya daerah Nipa Nipa dan Blok 10 Antang, Makassar.
Para peneliti telah melakukan kajian banjir di Kota Makassar, yaitu Dr.Eng Mukhsan Hatta dari Center of Disaster Engineering, Fakultas Teknik Unhas dan Andang Suryana Soma, Ph.D dari Lab DAS Fakultas Kehutanan Unhas.
Keduanya menyatakan bahwa penyebab utama banjir ini selain curah hujan yang tinggi adalah tidak terkendalinya penataan ruang di Kota Makassar khususnya pemberian izin perumahan yang menempati daerah resapan air.
Karena itu direkomendasikan agar penanganan banjir di beberapa lokasi Kota Makassar ini memperhatikan wilayah daerah resapan air yang nantinya dapat dijadikan sebagai kolam retensi.
Karena cakupan daerah terdampak ini harus dilihat sebagai satu kesatuan daerah aliran sungai (DAS), maka penanganannya harus lintas kabupaten/kota atau secara regional dari hulu hingga ke hilir.
"Jadi bukan lagi wilayah Kota Makassar saja sebagai daerah terdampak tapi secara lebih luas daerah Metropolitan Mamminasata," kata Ilham.
Satu hal lain yang perlu diwaspadai pula adalah kondisi tingginya curah hujan yang akan berlanjut beberapa hari ke depan sehingga dikuatirkan daerah genangan akan sampai pada tempat pembuangan khir (TPA) Antang.
Hal ini secara spasial sudah tidak jauh dari wilayah terdampak sekarang ini. Para peneliti juga merekomendasikan agar penanganan tanggap darurat banjir yang terjadi belakangan ini agar lebih terkoordinir.
Termasuk dapat melibatkan semua pihak terkait kebencanaan tidak hanya pada saat terjadi bencana, tapi juga di fase pra-bencana dan pasca-bencana berupa program program yang dapat melibatkan masyarakat terdampak secara langsung.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pusat Studi Kebencanaan Unhas petakan titik rawan genangan di Makassar