Tradisi penamatan baca Alquran potensi wisata religi di Majene Sulbar
Mamuju (ANTARA) - Tradisi penamatan membaca Alquran di Desa Tallu Banua, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) berpotensi dikelola pemerintah menjadi wisata religi.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulbar Syafruddin Baderung di Mamuju, Minggu, mengatakan siswa madrasah di Desa Tallu Banua Majene, memiliki tradisi melakukan arak arakan dengan menggunakan kuda yang dihias, ketika telah selesai atau tamat membaca Alquran.
Ia mengatakan tradisi tersebut merupakan kearifan lokal yang dipadukan dengan nuansa agama, sebagai wujud rasa syukur dan penghargaan setiap siswa madrasah Ibtidaiyah karena telah tamat membaca Alquran.
Menurut dia, setiap siswa yang tamat membaca Alquran diberikan penghargaan sebagai hafiz Alquran yang mesti terus dilestarikan untuk menumbuhkan pendidikan Islam di kalangan generasi muda.
"Penamatan siswa Madrasah Ibtidaiyah dalam bentuk budaya dengan cara arak arakan menggunakan pakaian bernuansa Islam dan budaya tersebut sangat berpotensi menjadi wisata religi yang akan menarik wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia," katanya.
Ia menyampaikan tradisi penamatan membaca Alquran itu dapat menjadi contoh yang nyata, bagaimana membangun pendidikan agama yang kuat dan membentuk karakter yang baik untuk menginspirasi generasi muda dan menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup.
Ia berharap siswa madrasah yang telah tamat membaca Alquran dan telah mendapatkan pendidikan dapat menjadi panutan dalam menyebarkan kebaikan ajaran Islam di tengah masyarakat.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulbar Syafruddin Baderung di Mamuju, Minggu, mengatakan siswa madrasah di Desa Tallu Banua Majene, memiliki tradisi melakukan arak arakan dengan menggunakan kuda yang dihias, ketika telah selesai atau tamat membaca Alquran.
Ia mengatakan tradisi tersebut merupakan kearifan lokal yang dipadukan dengan nuansa agama, sebagai wujud rasa syukur dan penghargaan setiap siswa madrasah Ibtidaiyah karena telah tamat membaca Alquran.
Menurut dia, setiap siswa yang tamat membaca Alquran diberikan penghargaan sebagai hafiz Alquran yang mesti terus dilestarikan untuk menumbuhkan pendidikan Islam di kalangan generasi muda.
"Penamatan siswa Madrasah Ibtidaiyah dalam bentuk budaya dengan cara arak arakan menggunakan pakaian bernuansa Islam dan budaya tersebut sangat berpotensi menjadi wisata religi yang akan menarik wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia," katanya.
Ia menyampaikan tradisi penamatan membaca Alquran itu dapat menjadi contoh yang nyata, bagaimana membangun pendidikan agama yang kuat dan membentuk karakter yang baik untuk menginspirasi generasi muda dan menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup.
Ia berharap siswa madrasah yang telah tamat membaca Alquran dan telah mendapatkan pendidikan dapat menjadi panutan dalam menyebarkan kebaikan ajaran Islam di tengah masyarakat.