Makassar (ANTARA) - Kemenag Sulsel gelar zikir dan doa kebangsaan menjelang Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Kegiatan zikir dan doa pelaksanaannya dipusatkan di aula lantai 2 Kanwil Kemenag Sulsel diikuti para pegawai lingkup Kanwil Kemenag Sulsel secara offline dan online," kata Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, HM Tonang di Makassar, Kamis.
Zikir dan doa bersama ini juga diisi dengan ceramah agama yang disampaikan oleh mursyid tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makkasary, Habib Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka, atau yang akrab disapa Puang Makka, seorang tokoh kharismatik Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Tonang mengatakan pelaksanaan zikir dan doa ini sebagai wujud rasa syukur segenap insan Kemenag Sulsel dalam menyambut peringatan HUT RI ke-79 pada 2024.
Dia mengatakan sebagai wujud syukur itu dengan mengisi kemerdekaan yang sebelumnya telah ditata dan diperjuangkan oleh para pendahulu.
Dia mengatakan dengan perkembangan dan situasi dunia yang kian tidak menentu saat ini, ASN Kemenag harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya melalui perubahan pola fikir dan pola sikap, karena menurutnya perubahan tersebut bukan hanya berpengaruh terhadap personel, namun juga secara kelembagaan.
Selain itu dibutuhkan perubahan pola pikir dan pola sikap di tengah perkembangan dan perubahan dunia yang kian tidak menentu, sehingga kita senantiasa siap mengemban tugas negara dalam kondisi apapun.
Mantan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Maros itu berharap melalui zikir dan doa kebangsaan itu segenap ASN Kemenag Sulsel diberi kesehatan dan kemampuan dalam mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif melalui tupoksi yang diemban bersama.
“Kita berdoa seluruh ASN Kemenag Sulsel senantiasa diberi kesehatan dan kemampuan dalam menjalankan segala amanah yang negara berikan sesuai tupoksi kita masing-masing,” ujarnya.
Sementara itu, Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka dalam tausiahnya mengatakan, doa dan zikir ini dilaksanakan dengan satu tujuan, yaitu untuk menanamkan sifat kesyukuran dalam diri sebagai anak bangsa.
Sebagai contoh rasa dan sikap syukur dan sabar ditanamkan dalam diri dengan mencontohkan teladan Syekh Yusuf dalam melawan penjajah Belanda hingga harus ditangkap dan diasingkan sampai ke Cape Town Afrika Selatan.
“Syekh Yusuf ditangkap di Batavia, penjajah tidak puas dikirim lagi ke Ceylon hingga diasingkan ke Cape Town. Demi apa? demi bangsa ini. Beliau selalu sabar menjalaninya,” ujarnya.
Dengan kesabaran para pahlawan dan para pejuang kita, sebut Puang Makka, membuahkan hasil, yaitu merdekanya bangsa ini pada 17 Agustus 1945.
Terakhir, Mursyid Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makkasary mengatakan tugas anak bangsa mengisi kemerdekaan ini dengan banyak bersyukur karena kita tidak lagi berjuang secara pisik seperti para pejuang kemerdekaan terdahulu.*