Makassar (ANTARA) - Lembaga Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi bekerja sama dengan Kemitraan, dengan dukungan USAID Integritas melaksanakan Festival Anti Korupsi dengan menampilkan sejumlah aksi hasil kolaborasi jaringan orang muda dalam hal pemantauan dan riset dugaan praktik korupsi di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Menurut hemat kami, kasus korupsi bisa dicegah dengan cara pelibatan aktif orang muda khususnya yang ada di Sulsel," kata Direktur ACC Sulawesi Abdul Kadir Wokanubun saat pagelaran festival di halaman kantor ACC Sulawesi Ruko Bisnis Center Jalan Andi Pangeran Pettarani Makassar, Ahad.
Ia mengatakan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel terdapat 2,41 juta orang muda, jika mereka bergerak bersama-sama melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan mulai tingkat desa, kabupaten, kota hingga provinsi, maka peluang pencegahan korupsi dipastikan berjalan baik.
Sejauh ini ACC Sulawesi bersama TI Indonesia telah bekerja sama dalam hal pengorganisasian orang muda dengan melakukan pelatihan audit sosial pemantauan Pengadaan Barang dan Jasa (PJB) di Sulsel.
Peran mahasiswa yang aktif dalam Pers Mahasiswa (Presma) lintas kampus juga dilibatkan sebagai peneliti, dengan harapan orang muda yang dilatih tersebut dapat membagikan ilmunya selama pelatihan dan penelitian audit sosial kepada orang muda lainnya lewat tulisan di kampus masing-masing.
"Pelatihan audit sosial PJB sangat efektif untuk memberikan pemahaman kepada anak muda terkait bagaimana melakukan pengawasan pemerintahan baik di desa, kabupaten, kota dan provinsi, bahkan nasional. Apalagi, kemajuan teknologi informasi kini memudahkan kita mengakses informasi PJB pemerintah, walaupun masih ada beberapa informasi tertutup atau tidak dipublikasikan," katanya.
Badan Pekerja ACC Sulawesi Anggareksa menyebutkan dari data Catatan Akhir Tahun (Catahu) ACC Sulawesi tahun 2023, proyek PJB menempati posisi kedua perkara korupsi terbanyak di Sulsel. Jumlah perkara korupsi di pengadilan tindak pidana korupsi Makassar sebanyak 149 perkara.
Rincian 149 perkara tersebut dikelompokkan dalam beberapa sektor masing-masing untuk BUMN 42 perkara, PBJ 37 perkara, Pemberdayaan 24 perkara, dana desa 12 Perkara, BUMD 12 perkara, sektor pendidikan enam perkara.
Sektor Sumber Daya Alam (SDA) enam perkara, bansos empat perkara, honorarium dua perkara, kesehatan dua perkara, suap dua perkara, dan pungli satu perkara.
"Data ini menunjukkan di Sulsel kasus korupsi masih cukup tinggi," ujarnya.
Festival Hari Anti Korupsi tersebut juga dihadiri pihak Kemitraan Danardono Siradjudin sekaligus membuka kegiatan. Sejumlah aksi dilaksanakan seperti Pembacaan Puisi Mahasiswa UMI, diskusi pemuda dan anti korupsi dengan Nara sumber Anarchie Arus Bakti (Anggota DPRD Sulsel), Andi Tenri Abeng Salangketo (Anggota DPRD Sulsel), Noor Adelia (YIC Sulsel), dan Ali Asrawi Ramadhan (Peneliti ACC Sulawesi).
Dilanjutkan penampilan UKM Seni dan Budaya Talas Unismuh hadir dengan membawakan teatrikal, UKM Seni Esa hadir dengan membawakan Dramatikal reading (Monolog), Garda Tipikor Unhas dengan Dramatikalisasi Puisi, Hipma Pasangkayu dengan Dramatikalisasi puisi dan yang paling fenomenal adalah musik dari Kepiting Band yang membawakan lagu-lagu perjuangan.
Festival diakhiri pembacaan Sumpah Pemuda yang ikuti oleh semua peserta dan selama rangkaian acara juga menampilkan beberapa lukisan anti korupsi dan mural anti korupsi di tembok halaman pekarangan kantor ACC Sulawesi.