Makassar (ANTARA) - Atlet penyandang disabilitas di Provinsi Sulawesi Selatan masih menghadapi kendala minimnya fasilitas olahraga untuk melakukan latihan sehingga bisa menyulitkan mereka untuk berkembang.
"Atlet disabilitas Sulsel masih menghadapi berbagai kendala serius. Salah satu yang menjadi hambatan utama adalah kurangnya fasilitas latihan dan perlengkapan memadai bagi para atlet," kata Ketua I "Non-Playable Character" (NPC) Sulsel, Erlangga Wahyu Pratama di Makassar, Senin kemarin.
Kondisi tersebut, kata dia, karena belum maksimalnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan olahraga paralimpiade. Selain itu, para atlet difabel masih sering dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.
“Masih banyak atlet yang harus berlatih dengan alat seadanya dan tanpa dukungan tempat latihan yang layak. Ini sangat berpengaruh terhadap prestasi mereka,” katanya.
Kebutuhan dasar seperti kursi roda balap, prostetik atletik, serta lintasan khusus masih sulit diperoleh oleh para atlet. Kondisi itu membuat Sulsel kesulitan bersaing dalam ajang paralimpiade tingkat nasional.
Selain sarana latihan, pelatih berlisensi yang memahami karakteristik fisik dan psikologis atlet disabilitas juga masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan pembinaan tidak bisa dilakukan secara maksimal, sehingga performa atlet tidak berkembang optimal.
Berkaitan dengan hal tersebut, NPC Sulsel berharap pemerintah dan institusi pendidikan olahraga turut memperhatikan kebutuhan peningkatan kapasitas pelatih paralimpiade demi kemajuan olahraga disabilitas di daerah.
NPC Sulsel berharap adanya anggaran khusus dari pemerintah daerah untuk pengadaan fasilitas yang sesuai dengan standar paralimpiade.
Penyediaan fasilitas tersebut adalah bentuk keadilan olahraga yang harus diperjuangkan bersama.
Selain itu, cakap Erlangga, pentingnya perubahan pola pikir (mindset) masyarakat terhadap atlet disabilitas yang kerap hanya diposisikan sebagai objek amal dan bantuan.
Padahal prestasi para atlet disabilitas di bidang olahraga harus diakui sebagai bentuk kemampuan dan dedikasi yang patut dibanggakan, bukan sekadar belas kasihan.*