Jakarta (Antaranews Sulsel) - Sekarang ini, sebagian orang memanfaatkan bantuan aplikasi ponsel untuk mencari jalan atau menghindari kemacetan ketika hendak melakukan perjalanan.
Di antara aplikasi yang menawarkan bantuan untuk orang-orang yang hendak bepergian, ada Google Maps dan Waze, aplikasi mobilitas berbasis komunitas yang juga merupakan bagian dari Google.
Lalu, apa beda kedua produk Google itu?
Country Manager Waze Indonesia, Marlin R. Siahaan, menjelaskan kedua produk tersebut mempunyai fungsinya masing-masing, dengan Google Maps sebagai aplikasi untuk penjelajahan perjalanan, dan Waze untuk navigasi.
"Google Maps is for discovery, Waze is for navigation. Jadi, orang kalau sudah di mobil biasanya langsung pakai Waze," ujar Marlin di Jakarta, Rabu (28/3).
Marlin menjelaskan bahwa pengguna Waze biasanya telah mengetahui lokasi yang ingin dituju. "Dari titik mana mau ke mana. Saya dari sini mau ke Plaza Senayan, misalnya. Saya sudah tahu, jadi saya pakai Waze, supaya saya tahu jalan ke Plaza Senayan itu lebih cepat lewat mana," kata dia.
Sementara, Google Maps merupakan layanan pemetaan web untuk mengetahui apa saja yang dapat ditemukan dalam perjalanan.
"Di dalam Google Maps kita biasanya bisa tahu suatu lokasi, di situ apakah ada restoran atau yang lainnya. Kemudian, kita ke sana mau naik apa, mau naik mobil, motor, mau jalan kaki misalnya.Itu yang dilakukan orang menggunakan Google Maps," kata Marlin.
Waze diakuisisi Google pada 2013. Layanan buatan perusahaan asal Israel tersebut kini telah dapat digunakan di 185 negara dengan lebih dari 50 bahasa dan suara.
Secara global Waze saat ini memiliki 100 juta pengguna aktif per bulan. Di Indonesia, Marlin mengatakan, Waze telah memiliki empat juta pengguna aktif per bulan.
Sementara Google Maps, menurut siaran GSM Arena pada Kamis, baru saja diperbarui dengan dukungan untuk 39 bahasa, termasuk bahasa Indonesia.