Makassar (ANTARA) - Masyarakat di Kota Makassar resah karena obat maag Ranitidin belum ditarik di pasaran, padahal BPOM pusat di Jakarta sudah melakukan penarikan obat itu karena dapat membahayakan kesehatan.
"Belum ada sosialisasi penarikan obat Ranitidin dari BPOM pada kami," kata pengelola Toko Obat Rezky, Hj Subaedah di Makassar, Kamis.
Menurut dia, penarikan obat maag itu hanya diketahui dari media sosial yang banyak menginformasikan bahaya Ranitidin yang diduga penyebab kanker, sehingga ditarik oleh BPOM.
Diakui stok obat maag itu masih ada, namun jika ada pembeli mencari obat itu, dianjurkan membeli obat merek lain.
"Kami tidak mau ambil risiko, nanti disalahkan atau dituntut," katanya.
Sementara itu, salah seorang warga Kecamatan Tallo Daeng Ngalusu mengaku selama ini mengomsumsi obat itu, karena diberi resep obat itu oleh dokter di puskesmas setiap datang kontrol.
Berkaitan dengan hal itu, dia berharap agar pihak yang berwenang segera melakukan razia dan menarik obat itu di apotek atau di pasar agar tidak meresahkan masyarakat.
"Jangan sampai karena ketidaktahuan mereka terus membeli dan meminum obat itu," katanya.
Berita Terkait
Pemprov Sulsel dukung pembuat pesawat asal Kabupaten Pinrang
Jumat, 17 Januari 2020 15:04 Wib
Sulsel klaim berhasil tekan angka kekerdilan anak sebesar 5,1 persen
Jumat, 17 Januari 2020 6:18 Wib
Bantuan emergensi kesehatan berbasis aplikasi hadir di Sulawesi Selatan
Jumat, 17 Januari 2020 6:16 Wib
PDGI gelar Operasi Celah Bibir di 24 kabupaten/Kota se Sulsel
Kamis, 16 Januari 2020 19:52 Wib
Konsorsium Internasional Pendidikan Tanggap Bencana libatkan Universitas Hasanuddin
Rabu, 15 Januari 2020 10:48 Wib
Rektor UIM akan ubah proses pembelajaran dari konvensional ke digital
Rabu, 15 Januari 2020 4:26 Wib
Gubernur siap mengirim pelajar SMK Sulsel belajar sutra ke India
Selasa, 14 Januari 2020 17:25 Wib
Rumah rusak akibat abrasi
Selasa, 14 Januari 2020 16:50 Wib