Menteri Kelautan resmikan ekspor perdana tuna sirip kuning dari Sulteng ke Jepang
Palu (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meresmikan ekspor perdana ikan tuna sirip kuning (yellow fin) dari Sulawesi Tengah (Sulteng) ke Jepang.
Ekspor perdana melalui jalur udara itu menandakan ikan tuna sirip kuning menjadi komoditas ekspor baru Sulteng di sektor kelautan dan perikanan.
"Ini bukti seluruh komoditas perikanan Sulteng bisa kita ekspor seluas-luasnya meski di tengah pandemi virus corona COVID-19," kata Edhy Prabowo di halaman Kantor Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Palu, Selasa.
Ia menyatakan walau dihantui pandemi COVID-19, tidak menurunkan permintaan komoditas perikanan Indonesia, tidak terkecuali dari Sulteng.
"Bahkan terus melonjak, tandanya dengan peresmian ekspor perdana yellow fin tuna segar Sulteng ke Jepang," ucapnya.
Ia berharap ekspor tersebut berkelanjutan, tidak hanya seremonial belaka dan seluruh pihak dapat meningkatkan ekspor yellowfin tuna Sulteng dan tidak hanya ke Jepang saja.
Edhy juga menyebutkan upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memacu usaha perikanan yakni dengan memangkas pola birokrasi perizinan yang panjang dan juga mengajak dunia swasta berkolaborasi.
“Supaya nelayan dapat melaut kapan saja dan kita tinggal menunggu di darat dengan fasilitas yang lengkap,” ucapnya.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola dalam kesempatan itu menyatakan Sulteng memiliki sumber daya alam di sektor kelautan dan perikanan yang potensial.
Agar potensi itu dapat termanfaatkan, ia mengatakan Sulteng kini dikelilingi 5 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) antara lain WPP 713 di Selat Makasar, WPP 714 di Selat Tolo, WPP 715 di Teluk Tomini, WPP 716 di Laut Sulawesi dan WPP di Perairan Darat atau WPP-PD 421 Pulau Sulawesi.
“Sulawesi Tengah menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang dikelilingi 4 WPP,” ujarnya.
Produksi perikanan tangkap Sulteng pada tahun 2019, lanjutnya menembus lebih dari 196 ribu ton dan perikanan budidaya lebih dari 964 ribu ton.
Ekspor perdana melalui jalur udara itu menandakan ikan tuna sirip kuning menjadi komoditas ekspor baru Sulteng di sektor kelautan dan perikanan.
"Ini bukti seluruh komoditas perikanan Sulteng bisa kita ekspor seluas-luasnya meski di tengah pandemi virus corona COVID-19," kata Edhy Prabowo di halaman Kantor Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Palu, Selasa.
Ia menyatakan walau dihantui pandemi COVID-19, tidak menurunkan permintaan komoditas perikanan Indonesia, tidak terkecuali dari Sulteng.
"Bahkan terus melonjak, tandanya dengan peresmian ekspor perdana yellow fin tuna segar Sulteng ke Jepang," ucapnya.
Ia berharap ekspor tersebut berkelanjutan, tidak hanya seremonial belaka dan seluruh pihak dapat meningkatkan ekspor yellowfin tuna Sulteng dan tidak hanya ke Jepang saja.
Edhy juga menyebutkan upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memacu usaha perikanan yakni dengan memangkas pola birokrasi perizinan yang panjang dan juga mengajak dunia swasta berkolaborasi.
“Supaya nelayan dapat melaut kapan saja dan kita tinggal menunggu di darat dengan fasilitas yang lengkap,” ucapnya.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola dalam kesempatan itu menyatakan Sulteng memiliki sumber daya alam di sektor kelautan dan perikanan yang potensial.
Agar potensi itu dapat termanfaatkan, ia mengatakan Sulteng kini dikelilingi 5 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) antara lain WPP 713 di Selat Makasar, WPP 714 di Selat Tolo, WPP 715 di Teluk Tomini, WPP 716 di Laut Sulawesi dan WPP di Perairan Darat atau WPP-PD 421 Pulau Sulawesi.
“Sulawesi Tengah menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang dikelilingi 4 WPP,” ujarnya.
Produksi perikanan tangkap Sulteng pada tahun 2019, lanjutnya menembus lebih dari 196 ribu ton dan perikanan budidaya lebih dari 964 ribu ton.