London (ANTARA) - Pandemi yang melanda Inggris membuat dua gadis cilik Hanarumai (12) dan Nadhifa (11) menjadi kreatif dan berhasil menerbitkan kisah fiksi berbahasa Inggris yang berjudul Vanilla Velvet.
Kehadiran buku Vanilla Velvet menyambut Hari Aksara Internasional 2020, 8 September yang ditetapkan oleh UNESCO, dimana dunia sedang berperang melawan penyakit Covid-19.
Pada tahun ini UNESCO mengangkat tema “Literacy Teaching and Learning in the Covid-19 Crisis and Beyond”. Dilansir dari UNESCO, tema ini diangkat karena Covid-19 berdampak pada berbagai sektor salah satunya sektor pendidikan.
Pada Hari Aksara Internasional 2020, UNESCO menyoroti perubahan sistem pendidikan dalam masa pandemi. Hal ini berdampak positif bagi kedua gadis cilik yang hidup bertetangga.
Hanarumai yang akrab disapa Hana merupakan putri pasangan Lury Sofyan dan Elly sedangkan Nadhifa, putri pasangan Syahrizal dan Ricke. Dua gadis cilik yang hidup bersama ayah bunda dan saling bertetangga.
Mereka sekarang sama-sama sekolah secondary di sebuah public school di Nottingham kelas tujuh setingkat SMP di Indonesia.
Pandemi Covid19 menimbulkan ide bagi kedua gadis bertetangga untuk membuat buku karena sehari-hari banyak membaca buku. Ide berasal dari buku yang sehari-hari mereka baca.
Beri inspirasi
“Sepertinya motivasi banyak berasal dari buku-buku yang sehari-hari sering mereka baca,” ujar ayah Hana, Lury Sofyan, mengenai keinginan kedua gadis cilik membuat karya fiksi.
“I want to be an author, because it is fun, but also good for women who have to stay home with children,” ujar Hana kepada Antara yang sangat kagum dengan penulis buku Harry Potters.
“I really admire JK Rowling, she really inspires me to accomplish my goal," ujar Hana kelahiran Jakarta yang baru saja merayakan ulang tahun ke 12.
"I like reading and I want to inspire people especially children to read lots of stories and creates their own story too.", ujar Nadhifa.
Menurut Lury Sofyan, keluarganya hidup bertetangga dengan ayah bunda Nadhifa. “Saya dan Pak Syahrizal sedang studi di UK, kebetulan rumah kami di Nottingham bersebelahan,” ujar Lury yang bekerja di Kementerian Keuangan Indonesia yang mendapat beasiswa LPDP.
Diakuinya Hana dan Nadhifa memang senang membaca dan sebelumnya mereka berdua memenangkan kompetisi menulis Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) se United Kingdom di Ramadhan lalu.
Dari situ lah mereka termotivasi untuk mengisi waktu luang di masa karantina (lockdown), saat semua warga di UK harus tinggal di rumah (stay at home). Untuk menjaga protokol kesehatan, mereka berdua berinteraksi via skype dan tidak bertemu fisik selama proses pembuatan buku kurang lebih dua bulan.
“Kami, orang tua mendorong dan memberikan bimbingan teknis penggunaan fasilitas Apps untuk membuat buku. Selebihnya semua mengalir sendiri,” ujar Lury.
Kisah persahabatan
Dikatakannya, Vanilla Velvet, menjadi buku pertama mereka dan mereka menjadi bersemangat ketika bisa memberikan hasil penjualan untuk membantu anak-anak membutuhkan di Indonesia.
Kedua orang tua gadis cilik itu pun bersahabat meskipun berasal dari dua instansi berbeda. “Saya bekerja di Kementerian Keuangan dan istri saya wiraswasta nudgeplus. Sedangkan Pak Syahrizal bekerja di salah satu instansi pemerintah, dan istrinya, Ricke, seorang food blogger dan sebelumnya memiliki usaha kue rumahan Ordinary Kitchen," ujar Lury Sofyan.
Kedua gadis cilik itu pun berencana membuat kampanye sahabat HaNadhifa untuk sarana menyalurkan uang dari penjualan.
“Mereka senang sekali dan berencana membuat kampanye sahabat HaNadhifa untuk menyalurkan uang hasil penjualan,” ujar Lury menambahkan bahwa mereka mulai berfikir membuat buku kedua.
Novel Vanilla Velvet bercerita tentang gadis beranjak remaja yang mempunyai hobi dan bakat di bidang musik. Velvet bercita-cita menjadi guru musik yang terkenal. Salah satu peluang yang ia dapatkan untuk meraih mimpinya adalah dengan berusaha mendapatkan kursi di sekolah musik ternama melalui audisi yang ketat.
Dalam perjalanan meraih mimpinya banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi terutama untuk mengalahkan ketidakpercayaan diri dan retaknya persahabatan.
Cerita dunia anak gadis remaja ini yang coba HaNadhifa tuliskan dengan bahasa yang ringan dan seru untuk dinikmati anak-anak.
Buku novel Vanilla Velvet yang ditulis dalam Bahasa Inggris karena mereka berdua ingin mengaplikasikan bahasa Inggris native yang mereka pelajari dari sekolah dan juga menjadi bahasa untuk komunikasi sehari-hari di Inggris, selain itu juga untuk menambah bacaan bahasa Inggris untuk anak Indonesia.
Apalagi bahan bacaan bahasa Inggris yang dikarang anak Indonesia masih jarang atau mungkin belum ada.
Kedua gadis cilik ini punya hobi yang sama yaitu senang menulis, menggambar, seni (art) dan berkemah dan mendaki gunung (camping and hiking), sementara Nadhifa juga menyukai sains (science).
Momentum perubahan
Di Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-55 Tahun 2020 dapat menjadi momentum perubahan paradigma pendidikan melalui pembelajaran literasi pada masa pandemi COVID-19.
"Saya mengapresiasi luar biasa, meski tengah mengalami berbagai keterbatasan akibat pandemi COVID-19, kita tetap bersemangat untuk mengingat pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat, untuk melakukan komunikasi sehingga kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Mendikbud di Jakarta, Selasa.
Berkaitan dengan tema Hari Aksara Internasional ke-55 yang diusung UNESCO pada tahun ini Kemendikbud bersama Kementerian Dalam Negeri memastikan kebijakan pembelajaran literasi di tengah pandemi terlaksana dengan baik di daerah.
Mendikbud mengatakan, dalam penuntasan buta aksara berbagai strategi dilakukan Kemendikbud, seperti pemutakhiran data buta aksara, memperluas layanan program pendidikan keaksaraan, mengembangkan sinergi dalam upaya penuntasan buta aksara dan pemeliharaan kemampuan keberaksaraan warga masyarakat, serta mengakselerasi inovasi layanan program pada daerah terpadat buta aksara.*