"Terkait obat segera di audit. Inspektorat ditempatkan disini untuk memperbaiki itu," kata Kepala Insfektorat Sulsel Azikin Solthan yang juga pelaksana tugas Dirut RS Labuang Baji saat menerima kunjungan Komisi E DPRD Sulsel di Makassar, Selasa.
Hasil audit tersebut, lanjutnya akan dicatat secara berjenjang untuk kemudian dilaporkan kepada gubernur Sulsle.
Keputusan audit tersebut mengemuka dalam rapat yang mengungkap adanya kebobrokan manajemen dalam mengelola anggaran penyediaan obat.
"Sudah berulang-ulang anggota DPRD datang kesini tetapi tidak ada perbaikan. Banyak mark-uf obat. Anggaran obat sudah habis dalam tiga bulan. Amputasi semua bagian obat," kata salah seorang dokter di RS Labuang Baji, dr Udin Armin.
Keluhan juga disampaikan bagian dokter umum, dr Hasmah, yang mengaku prihatin dengan pasien di Unit Gawat Darurat (UGD).
Atas dasar itu, Azikin memberi batas waktu dua hari kepada Wakil Direktur RS Labuang Baji untuk menyekat ruang Unit Gawat Darurat (UGD) yang tidak memiliki sekat.
Para dokter juga mengeluhkan jasa rekam medis yang diterima para dokter spesialis ada yang hanya sampai Rp4.100 dalam tiga bulan.
Azikin yang juga mantan Bupati Bantaeng dua periode mengatakan segera melakukan rehabilitasi terhadap seluruh toilet maupun pipa-pipa pembuangan kotoran akan ditempatkan diluar rungangan dalam rangka mereformasi rumah sakit yang dianggap manajemen dan infrastrukturnya tidak pernah sehat.
Dalam pertemuan tersebut, para dokter spesialis ini meminta agar pimpinan yang menangani, obat, radiologi, kebersihan, dicopot dari jabatannya.
Azikin Zolthan baru sekitar satu bulan lalu ditugaskan Pemprov Sulsel untuk memperbaiki pelayanan di RS Labuang baji sepeninggal dr Bambang yang dicopot dari jabatannya karena diduga melakukan penganiayaan terhadap mantan anggota DPRD Sulsel Husain Djunaid.
"Di instalasi farmasi vitamin C tidak ada. Ada 100 jenis obat dasar yang tidak ada. Bagaimana mungkin mau dikatakan obat terkemuka," ujar Ketua Komisi E HAM Yagkin Padjalangi.
Yagkin yang juga master kesehatan di bidang Farmasi menyebut, sebenarnya masih ada beberapa vitamin C tetapi sudah hampir expayer, sedangkan untuk vitamin K sama sekali sudah expayer.
"Yang konyol, kenapa bagian farmasi masih mau menerima," tegasnya.
Ia juga merasa heran dengan pelayanan serba kurang di RS Labuang Baji, padahal setiap tahun ada sekitar Rp40 miliar dari APBD Sulsel, belum termasuk di APBD perubahan.
Komisi E juga meminta kepada Azikin Solthan untuk bisa mengatasi masalah-masalah urgen dalam jangkan enam bulan.
"Secara fisik RS ini memang sudah sakit. Jangan-jangan orang yang sehat masuk di sini bisa-bisa jadi sakit," sindir anggota Komisi E Muchlis Panaungi yang diiyakan oleh para dokter spesialis dan beberapa kepala bagian RS Labuang Baji yang ikut menerima kunjungan DPRD.(T.pso-099/S016)