Kupang (ANTARA News) - Kekeringan terjadi di Kompleks Persawahan Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang dan di Tanameang, Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT mengakibatkan petani mengalami gagal panen.
"Sekitar 100 petani di Persawahan Oesao mengalami gagal tanam dan gagal panen akibat kekeringan, karena debit air dari bendungan menurun drastis," kata salah seorang petani di Kelurahan Oesao, Hendrik Bire di Oesao sekitar 30 kilometer dari Kota Kupang, Jumat.
Berdasarkan pantauan ANTARA, air Bendungan Tetkolo yang biasa mengairi areal persawahan petani tidak lagi mengalir, sehingga kompolek persawahan terbesar di daerah itu kering kerontang.
Sejumlah petani sempat menanam padi, jagung dan kol, namun persediaan air yang terbatas sehingga tanaman tersebut meranggas dan layu.
Menurut Hendrik Bire, debit air di Bendungan Tetkolo menyusut, sejak pertengahan bulan Juli 2012, akibatnya tidak bisa lagi mengairi persawahan milik ratusan petani di Kelurahan Oesao dan sekitarnya.
"Saya sempat mengolah sawah, namun tidak sempat ditanami karena tidak ada air. Sementara petani lain sudah menanam padi dan jagung namun mengalami gagal tanam akibat terbatasnya persediaan air," kata Hendrik yang didampingi Adi Nafie, seorang petani jagung.
Sementara Adi Nafie mengatakan, akibat kekeringan, tanah di areal persawahan Oesao mulai retak-retak. Kebanyakan petani memilih tidak mengolah sawah karena takut mengalami gagal panen yang mengakibat kerugian ekonomi.
Menurut Adi, kondisi tersebut akan berlangsung hingga awal musim hujan mendatang.
Ia mengatakan, kendati didera kekeringan, namun ada sejumlah petani memanfaatkan areal untuk ditanami jagung, kacang dan beragam jenis sayuran seperti kol, sawi dan tomat.
"Para petani tersebut mengambil air dari sumur yang masih tersedia air untuk menyiram tanaman," ujarnya.
Sementara itu lima kelompok tani di Tanameang, Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata juga mengalami kekeringan dan gagal panen.
Menurut salah seorang petani dari Desa Laranwutun, Gery Ladjar tanaman jagung yang sudah berumur satu bulan, daunnya mulai layu dan mengering karena persediaan air terbatas.
"Saat ini Pemerintah Kabupaten Lembata sedang mengusahakan mesin pompa air untuk membantu petani menyirami areal pertanian itu dengan mengambil air dari sungai terdekat," kata Gery.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lembata, Bediona Feliks mengatakan, kebun rakyat tersebut merupakan program dari Pemerintah Provinsi NTT, sedangkan Dinas Pertanian dan Perkebunan Lembata hanya membantu memfasilitasi dengan kelompok petani.
Menurut dia sekitar 60 orang petani yang tersebar di lima kelompok tani menggarap lahan seluas empat hektare lebih untuk ditanami jagung.
"Lahan pembibitan jagung di Tanameang itu sudah layu dan mengering karena kekurangan air. Kini Pemerintah Kabupaten Lembata sedang mengusahakan mesin pompa air agar bisa digunakan oleh petani untuk menyiram tanaman itu," kata Bediona.
Ia mengemukakan hal itu ketika dihubungi melalui telepon genggamnya dari Kupang, Jumat.
Bediona mengatakan, sebagai kebun bibit rakyat, setelah dipanen sebagian hasil panen petani itu akan diserahkan dan dijual kembali kepada pemerintah sebagai bibit. (T.pso-296/I006)