Karantina Pertanian gandeng TNI AL gelar operasi lindungi SDA Hayati
Mamuju (ANTARA) - Karantina Pertanian Mamuju Provinsi Sulawesi Barat menggandeng Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Mamuju menggelar operasi patuh bersama untuk melindungi Sumber Daya Alam (SDA) Hayati Sulbar dari penyakit hewan dan tumbuhan.
Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono di Mamuju, Kamis, mengatakan operasi patuh kembali dilaksanakan setelah sempat vakum selama satu tahun akibat gempa bumi yang menyebabkan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan parah, yang juga berimbas pada turunnya lalu lintas komoditas pertanian.
"Hari ini, kami bersama Lanal Mamuju kembali melaksanakan operasi patuh dengan melibatkan personel TNI AL dari Lanal Mamuju," kata Agus Karyono.
Target dalam kegiatan tersebut, kata Agus Karyono, adalah kapal yang mengangkut komoditas pertanian dari Mamuju dan Mamuju Tengah yang berlayar di wilayah Selat Makassar.
"Operasi ini juga sebagai upaya untuk memastikan tidak ada penyelundupan komoditas pertanian terutama komoditas yang berpotensi sebagai media pembawa penyakit mulut dan kuku atau PMK," ujarnya.
Ia mengatakan Karantina Pertanian Mamuju berkomitmen agar Sulbar tetap di zona hijau atau bebas PMK.
"Jangan sampai PMK ini masuk ke Sulbar sehingga memberikan dampak kerugian ekonomi bagi peternak," tutur Agus Karyono.
Selain itu, tambahnya, operasi patuh bersama itu, juga merupakan tindak lanjut Perjanjian Kerja Sama antara Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian dengan TNI Angkatan Laut Nomor: 6787/HK.230/K/08/2021 tentang Pengawasan Perkarantinaan Pertanian Di Wilayah Perairan Indonesia.
"Untuk menegakkan disiplin dan kepatuhan masyarakat dalam perkarantinaan, kami meminta dukungan dari Lanal Mamuju dan juga mengimplementasikan perjanjian kerja sama tersebut untuk menjaga kelestarian SDA Hayati Sulbar dari serangan penyakit hewan dan tumbuhan," terang Agus Karyono.
Ia juga menyampaikan bahwa tindak lanjut dari operasi tersebut adalah melakukan penolakan dan atau melengkapi dokumen yang dipersyaratkan apabila komoditas pertanian tidak bersertifikat serta memberikan sosialisasi kepada pengguna jasa untuk patuh dan tunduk kepada Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Sementara itu, Komandan Lanal Mamuju Letkol Marinir Temmy Irawan menyatakan pada operasi patuh bersama Karantina Pertanian, pihaknya mengerahkan personel dan kapal untuk menyisir perairan Selat Makassar.
"Operasi yang memakan waktu kurang lebih 12 jam ini merupakan bentuk sinergi dan saling dukung antara Lanal Mamuju dan Karantina Pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing," ujar Temmy Irawan.
Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono di Mamuju, Kamis, mengatakan operasi patuh kembali dilaksanakan setelah sempat vakum selama satu tahun akibat gempa bumi yang menyebabkan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan parah, yang juga berimbas pada turunnya lalu lintas komoditas pertanian.
"Hari ini, kami bersama Lanal Mamuju kembali melaksanakan operasi patuh dengan melibatkan personel TNI AL dari Lanal Mamuju," kata Agus Karyono.
Target dalam kegiatan tersebut, kata Agus Karyono, adalah kapal yang mengangkut komoditas pertanian dari Mamuju dan Mamuju Tengah yang berlayar di wilayah Selat Makassar.
"Operasi ini juga sebagai upaya untuk memastikan tidak ada penyelundupan komoditas pertanian terutama komoditas yang berpotensi sebagai media pembawa penyakit mulut dan kuku atau PMK," ujarnya.
Ia mengatakan Karantina Pertanian Mamuju berkomitmen agar Sulbar tetap di zona hijau atau bebas PMK.
"Jangan sampai PMK ini masuk ke Sulbar sehingga memberikan dampak kerugian ekonomi bagi peternak," tutur Agus Karyono.
Selain itu, tambahnya, operasi patuh bersama itu, juga merupakan tindak lanjut Perjanjian Kerja Sama antara Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian dengan TNI Angkatan Laut Nomor: 6787/HK.230/K/08/2021 tentang Pengawasan Perkarantinaan Pertanian Di Wilayah Perairan Indonesia.
"Untuk menegakkan disiplin dan kepatuhan masyarakat dalam perkarantinaan, kami meminta dukungan dari Lanal Mamuju dan juga mengimplementasikan perjanjian kerja sama tersebut untuk menjaga kelestarian SDA Hayati Sulbar dari serangan penyakit hewan dan tumbuhan," terang Agus Karyono.
Ia juga menyampaikan bahwa tindak lanjut dari operasi tersebut adalah melakukan penolakan dan atau melengkapi dokumen yang dipersyaratkan apabila komoditas pertanian tidak bersertifikat serta memberikan sosialisasi kepada pengguna jasa untuk patuh dan tunduk kepada Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Sementara itu, Komandan Lanal Mamuju Letkol Marinir Temmy Irawan menyatakan pada operasi patuh bersama Karantina Pertanian, pihaknya mengerahkan personel dan kapal untuk menyisir perairan Selat Makassar.
"Operasi yang memakan waktu kurang lebih 12 jam ini merupakan bentuk sinergi dan saling dukung antara Lanal Mamuju dan Karantina Pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing," ujar Temmy Irawan.