Makassar (ANTARA) - Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) menekankan kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi ancaman Tuberkulosis pada Hari Tuberkulosis (TBC) se-Dunia atau Word TB Day yang diperingati setiap 24 Maret.
Ketua Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi menjelasakan bahwa penyakit yang telah ditemukan sejak tahun 1882 itu masih menjadi ancaman nyata di tengah kehidupan masyarakat.
"Peringatan TB Day ini juga bagian dari upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak kesehatan, ekonomi dan sosial dari penyakit TBC yang butuh kolaborasi dalam penanganannya," ujarnya di Makassar, Jumat.
Kasri mengemukakan, bahwa untuk upaya mencapai eliminasi TB sangat diperlukan keterlibatan lintas sektor dan berbagi peran satu sama lain, untuk upaya penjaringan dan penanganan kasus TB. Termasuk edukasi pencegahan tuberkulosis baik dengan terapi maupun penerapan pola hidup sehat dan bersih.
WHO merilis bahwa Indonesia merupakan negara dengan penyumbang kasus TBC nomor dua di dunia, dengan estimasi kasus TBC di Indonesia adalah 969.000, kematian di angka 144.000 atau 16 orang meninggal setiap jamnya.
"Tentu ini buka sekadar angka-angka saja, namun persoalan besar yang perlu dientaskan," ujar Kasri.
Peringatan TB Day juga dijadikan momentum Yamali TB untuk merefleksi gerakan dalam upaya penanggulangan penyakit menular tersebut.
Ia menegaskan bahwa salah satu yang sedang digiatkan saat ini adalah program pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada Balita.
"Sebuah studi memperkirakan, 120 juta orang di Indonesia mempunyai TBC laten. Kondisi ini dapat diketahui dengan tes mantoux atau tes darah. Indonesia tidak akan berhasil mengatasi TBC jika tidak mengendalikan TBC laten. Saat ini sudah tersedia di Indonesia TPT agar kondisi TBC laten tidak berkembang menjadi penyakit," urainya.
Kasri menilai bahwa jiwa kerelawanan dan dedikasi kader TBC, dukungan pasien dan manajer kasus dalam menemukan kasus, mendorong pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi kontak serumah dengan pasien TBC, dipastikan membawa optimisme bahwa Eliminasi TBC pada tahun 2030 bisa diwujudkan.
Secara terpisah, Penanggungjawab Program TBC Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Andi Julia Junus membukakan data terkait estimasi dan temuan kasus TBC di Sulsel melalui sistem informasi tubekulosis.
"Untuk tahun 2022 lalu, kasus ditemukan itu 20. 388 kasus, baik yang TB sensitif obat maupun TB resisten obat dari 24 kabupaten/kota. Bila dipresentasikan mencapai 65,79 persen dari target penanganan 30.985 kasus," ungkapnya.
Manager Program TB Komunitas Yamali TB Wahriyadi mengatakan bahwa peringatan Hari TBC se-dunia akan menjadi momentum untuk penguatan dan konsolidasi dengan berbagai pihak dan sektor untuk sama-sama memikirkan pengentasan TBC khususnya di Sulsel.
“Masyarakat kita ajak untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan TB. Disamping itu, masyarakat juga bisa terlibat bila menemukan penderita TB yang ada di lingkungan masing-masing agar mau berobat ke Puskesmas terdekat, obatnya juga gratis. Termasuk mendorong anak balita kontak serumah pasien TBC agar diberikan TPT sebagai upaya pencegahan," jelasnya.
Sejumlah rangkaian kegiatan dilakukan Yamali TB dalam peringatan TB Day 2023, kegiatan itu meliputi seminar dan kampanye HTBS 2023, penyuluhan secara terpadu di 92 titik dengan rincian 1.840 warga Kota Makassar yang diedukasi dan skrining pada 6-13 Maret 2023 lalu.
Kemudian workshop dan konsolidasi kader komunitas di Bone, Maros, Wajo, Pinrang, Sidrap, Makassar, Gowa, Bulukumba, dan Jeneponto. Selain yang telah dilaksanakan, juga diagendakan peluncuran rumah singgah pasien TBC pada awal April dan implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TBC di Kota Makassar.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Yamali TB tekankan kolaborasi lintas sektor hadapi ancaman TB