Kabupaten Pinrang menerapkan aplikasi penyedotan air limbah domestik
Makassar (ANTARA) - Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Air Limbah Domestik (PALD) Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, menerapkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Air Limbah Domestik (Simpland) yang sudah dirancang untuk pengelolaan data base pelanggan, calon pelanggan, nonpelanggan dan pelayanan penyedotan air limbah tinja.
"Dengan aplikasi ini, data-data tersebut menjadi terhimpun dalam satu wadah," kata perancang aplikasi, Erfan Hasmin saat lokakarya Inspeksi Sanitasi Aman berbasis Simpland dilaksanakan Yayasan BaKTI bekerja sama dengan UNICEF dan Pemkab Pinrang, Selasa di Makassar.
Ia menjelaskan, sebelum ada aplikasi tersebut, data-data rumah tangga yang terkait sanitasi dan pelayanan limbah domestik masih dikerjakan manual, ditulis di kertas atau disimpan dalam file dokumen seperti PDF, word dan excel.
"Melalui aplikasi ini akan lebih efektif dan terorganisir. Kita juga bisa mengetahui data identitas calon pelanggan dan pelanggan sedot lumpur tinja dengan lebih cepat, lokasi dan jadwal rutin penyedotan bagi yang sudah mendaftar program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal atau L2T2," katanya.
Penerapan aplikasi ini setelah Kota Makassar, kata dia, kini giliran Kabupaten Pinrang yang merupakan daerah kedua pemakai aplikasi sejenis Simplad. Sejauh ini, sebanyak 1.009 orang dan 1.051 rumah tangga di kabupaten setempat telah terjangkau layanan program L2T2.
Menurut dia data-data yang sudah terorganisir secara rapi dengan baik dalam aplikasi bisa menjadi dasar pemerintah setempat untuk membuat kebijakan-kebijakan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat terkait penyelenggaraan sanitasi aman.
“Misalnya, segera melakukan program sosialisasi pentingnya penyedotan, penambahan armada mobil penyedot, hibah tangki septik yang aman sesuai SNI dan sebagainya," katanya.
Dari survei yang akan dilakukan oleh sanitarian dan mahasiswa selama lokakarya, kata dia, hasilnya akan diinput ke dalam aplikasi tersebut. Secara otomatis akan diketahu data identitas penduduk beserta model "septic tank" yang dimilikinya.
"Mereka yang mengisi 'questioner survey' dan bersedia untuk disedot lumpur tinjanya, otomatis bisa jadi pelanggan l2T2, dan yang belum bisa jadi target sosialisasi sanitasi aman," kata Erfan Hasmin .
Konsultan Pengelolaan Air Limbah Makassar Muh Arif dalam kesempatan itu menyampaikan masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya penyedotan lumpur tinja. Masyarakat beranggapan kalau bertahun-tahun air dari kakusnya tidak meluber keluar, berarti kakus tangki septik mereka baik-baik saja.
"Padahal, pernyataan tersebut menunjukkan kalau kakus tersebut berarti tidak kedap air, dan limbah tinjanya merembes mencemari air tanah di sekitarnya," katanya.
Ahli kesehatan dr Eko Nugroho dalam lokakarya tersebut menambahkan, air limbah tinja mengandung bakteri E-colli dan bisa menyebabkan penyakit diare, tipes, kolera, stunting dan lain-lain.
"Kalau di sekitar kita masih banyak yang terkena diare dan penyakit tipes, ini bisa jadi disebabkan salah satunya kakus wc yang tidak disedot secara rutin minimal tiga tahun sekali," katanya.
"Dengan aplikasi ini, data-data tersebut menjadi terhimpun dalam satu wadah," kata perancang aplikasi, Erfan Hasmin saat lokakarya Inspeksi Sanitasi Aman berbasis Simpland dilaksanakan Yayasan BaKTI bekerja sama dengan UNICEF dan Pemkab Pinrang, Selasa di Makassar.
Ia menjelaskan, sebelum ada aplikasi tersebut, data-data rumah tangga yang terkait sanitasi dan pelayanan limbah domestik masih dikerjakan manual, ditulis di kertas atau disimpan dalam file dokumen seperti PDF, word dan excel.
"Melalui aplikasi ini akan lebih efektif dan terorganisir. Kita juga bisa mengetahui data identitas calon pelanggan dan pelanggan sedot lumpur tinja dengan lebih cepat, lokasi dan jadwal rutin penyedotan bagi yang sudah mendaftar program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal atau L2T2," katanya.
Penerapan aplikasi ini setelah Kota Makassar, kata dia, kini giliran Kabupaten Pinrang yang merupakan daerah kedua pemakai aplikasi sejenis Simplad. Sejauh ini, sebanyak 1.009 orang dan 1.051 rumah tangga di kabupaten setempat telah terjangkau layanan program L2T2.
Menurut dia data-data yang sudah terorganisir secara rapi dengan baik dalam aplikasi bisa menjadi dasar pemerintah setempat untuk membuat kebijakan-kebijakan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat terkait penyelenggaraan sanitasi aman.
“Misalnya, segera melakukan program sosialisasi pentingnya penyedotan, penambahan armada mobil penyedot, hibah tangki septik yang aman sesuai SNI dan sebagainya," katanya.
Dari survei yang akan dilakukan oleh sanitarian dan mahasiswa selama lokakarya, kata dia, hasilnya akan diinput ke dalam aplikasi tersebut. Secara otomatis akan diketahu data identitas penduduk beserta model "septic tank" yang dimilikinya.
"Mereka yang mengisi 'questioner survey' dan bersedia untuk disedot lumpur tinjanya, otomatis bisa jadi pelanggan l2T2, dan yang belum bisa jadi target sosialisasi sanitasi aman," kata Erfan Hasmin .
Konsultan Pengelolaan Air Limbah Makassar Muh Arif dalam kesempatan itu menyampaikan masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya penyedotan lumpur tinja. Masyarakat beranggapan kalau bertahun-tahun air dari kakusnya tidak meluber keluar, berarti kakus tangki septik mereka baik-baik saja.
"Padahal, pernyataan tersebut menunjukkan kalau kakus tersebut berarti tidak kedap air, dan limbah tinjanya merembes mencemari air tanah di sekitarnya," katanya.
Ahli kesehatan dr Eko Nugroho dalam lokakarya tersebut menambahkan, air limbah tinja mengandung bakteri E-colli dan bisa menyebabkan penyakit diare, tipes, kolera, stunting dan lain-lain.
"Kalau di sekitar kita masih banyak yang terkena diare dan penyakit tipes, ini bisa jadi disebabkan salah satunya kakus wc yang tidak disedot secara rutin minimal tiga tahun sekali," katanya.