Peserta CRIC: Kolam regulasi Nipa-Nipa bentuk mitigasi bencana
Makassar (ANTARA) - Sejumlah narasumber dan peserta pelatihan tematik Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) yang diselenggarakan UCLG ASPAC mengapresiasi program Lorong Wisata dan Kolam Regulasi Nipa-Nipa sebagai bentuk mitigasi bencana demi wujudkan kota tangguh.
Pascaline Gaborit, perwakilan dari Pilot4Dev, mitra proyek CRIC di Makassar, Kamis, menyampaikan apresiasinya terhadap konsep Lorong Wisata, yang merupakan program inisiatif Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto.
"Dua program yang dijalankan, lorong wisata dan kolam regulasi merupakan respons pemerintah kota dalam melakukan berbagai upaya untuk memitigasi dari bencana," ujarnya.
Pascaline mengatakan kunjungannya bersama peserta menambah wawasannya akan konsep daya tahan.
"Produksi silang begitu menginspirasi, kami berharap dapat memiliki organisasi serupa seperti komunitas yang mandiri sebagai bentuk mitigasi bencana," katanya.
Ia memberi contoh, bank sampah yang ada di lorong wisata sebagai bentuk mitigasi bencana akibat sampah yang tak terorganisir.
Contoh lainnya, keterlibatan masyarakat dalam urban farming merupakan bentuk resilient dari krisis pangan atau bencana El Nino. Dengan hal ini, ia meyakini Kota Makassar menjadi kota yang tangguh.
Selanjutnya, mereka juga berkunjung di Kolam Regulasi Nipa-Nipa yang menjadi salah satu infrastruktur dalam upaya penanggulangan banjir di kota Makassar.
Vishnu Raodari All India Institute of Local Self-Government mengatakan struktur pembangunan Kolam Regulasi Nipa-nipa sudah tepat dan menjadi infrastruktur penyelamat dari bencana banjir di Kota Makassar.
"Menurutku ini unik. Saya tidak melihat sungai mengalir ke sisi samping kita sejauh ini. Kolam ini menjadi keseimbangan yang unggul untuk menanggulangi banjir atau menyimpan air yang akan digunakan saat musim kemarau," jelasnya.
Di salah satu Lorong Wisata yang dikunjungi di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea yakni Dewi Sari Zurich, para peserta disambut hangat oleh Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar, Alamsyah Sahabuddin, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Makassar Ismawaty Nur.
Alamsyah mengatakan lorong wisata sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Makassar dalam mewujudkan Makassar baik untuk semua dengan berdaya tahan tangguh atau resilient terhadap berbagai bencana.
Di lokasi itu, para peserta diajak berkeliling dan melihat beragam komoditas pangan oleh Kelompok Wanita Tani, hasil budi daya pangan, Shelter Warga, produk UMKM, Bank Sampah dan keunggulan lainnya yang ada di Lorong Wisata.
Pascaline Gaborit, perwakilan dari Pilot4Dev yang merupakan lembaga mitra proyek CRIC ini menyampaikan apresiasinya terhadap konsep Lorong Wisata, yang merupakan program inisiatif Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto.
Ia mengatakan Lorong Wisata adalah bentuk upaya berdaya tahan atau resilient terhadap berbagai bencana dengan mengandalkan kekuatan gotong royong masyarakat. Pasalnya, menurut dia, penggunaan pendekatan holistik adalah solusi terbaik dalam menanggulangi mitigasi bencana.
Pada pelatihan selama dua hari itu, melibatkan lebih dari 100 peserta dari 10 kota pilot CRIC yang diselenggarakan oleh Forum Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (UCLG ASPAC).
Sebanyak 10 kota yang menerapkan sistem ketahanan kota yang dibawa oleh CRIC yakni Pekanbaru, Pangkalpinang, Bandar Lampung, Cirebon, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo dan Mataram.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peserta CRIC sebut kolam regulasi Makassar sebagai mitigasi bencana
Pascaline Gaborit, perwakilan dari Pilot4Dev, mitra proyek CRIC di Makassar, Kamis, menyampaikan apresiasinya terhadap konsep Lorong Wisata, yang merupakan program inisiatif Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto.
"Dua program yang dijalankan, lorong wisata dan kolam regulasi merupakan respons pemerintah kota dalam melakukan berbagai upaya untuk memitigasi dari bencana," ujarnya.
Pascaline mengatakan kunjungannya bersama peserta menambah wawasannya akan konsep daya tahan.
"Produksi silang begitu menginspirasi, kami berharap dapat memiliki organisasi serupa seperti komunitas yang mandiri sebagai bentuk mitigasi bencana," katanya.
Ia memberi contoh, bank sampah yang ada di lorong wisata sebagai bentuk mitigasi bencana akibat sampah yang tak terorganisir.
Contoh lainnya, keterlibatan masyarakat dalam urban farming merupakan bentuk resilient dari krisis pangan atau bencana El Nino. Dengan hal ini, ia meyakini Kota Makassar menjadi kota yang tangguh.
Selanjutnya, mereka juga berkunjung di Kolam Regulasi Nipa-Nipa yang menjadi salah satu infrastruktur dalam upaya penanggulangan banjir di kota Makassar.
Vishnu Raodari All India Institute of Local Self-Government mengatakan struktur pembangunan Kolam Regulasi Nipa-nipa sudah tepat dan menjadi infrastruktur penyelamat dari bencana banjir di Kota Makassar.
"Menurutku ini unik. Saya tidak melihat sungai mengalir ke sisi samping kita sejauh ini. Kolam ini menjadi keseimbangan yang unggul untuk menanggulangi banjir atau menyimpan air yang akan digunakan saat musim kemarau," jelasnya.
Di salah satu Lorong Wisata yang dikunjungi di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea yakni Dewi Sari Zurich, para peserta disambut hangat oleh Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar, Alamsyah Sahabuddin, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Makassar Ismawaty Nur.
Alamsyah mengatakan lorong wisata sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Makassar dalam mewujudkan Makassar baik untuk semua dengan berdaya tahan tangguh atau resilient terhadap berbagai bencana.
Di lokasi itu, para peserta diajak berkeliling dan melihat beragam komoditas pangan oleh Kelompok Wanita Tani, hasil budi daya pangan, Shelter Warga, produk UMKM, Bank Sampah dan keunggulan lainnya yang ada di Lorong Wisata.
Pascaline Gaborit, perwakilan dari Pilot4Dev yang merupakan lembaga mitra proyek CRIC ini menyampaikan apresiasinya terhadap konsep Lorong Wisata, yang merupakan program inisiatif Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto.
Ia mengatakan Lorong Wisata adalah bentuk upaya berdaya tahan atau resilient terhadap berbagai bencana dengan mengandalkan kekuatan gotong royong masyarakat. Pasalnya, menurut dia, penggunaan pendekatan holistik adalah solusi terbaik dalam menanggulangi mitigasi bencana.
Pada pelatihan selama dua hari itu, melibatkan lebih dari 100 peserta dari 10 kota pilot CRIC yang diselenggarakan oleh Forum Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (UCLG ASPAC).
Sebanyak 10 kota yang menerapkan sistem ketahanan kota yang dibawa oleh CRIC yakni Pekanbaru, Pangkalpinang, Bandar Lampung, Cirebon, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo dan Mataram.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peserta CRIC sebut kolam regulasi Makassar sebagai mitigasi bencana