Jakarta (ANTARA) - Saksi kasus dugaan korupsi penanganan perkara di Mahkamah Agung (MA), Carolina Wahyu Aprilia mengungkapkan Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh pernah menukarkan dolar Singapura ke rupiah dengan total senilai Rp5 miliar hingga Rp6 miliar di tempatnya bekerja.
Carolina, yang merupakan pegawai Money Changer PT Valuta Inti Prima (VIP Money Changer) menjelaskan penukaran tersebut dilakukan beberapa kali oleh Gazalba pada tahun 2020.
"Berapa kali transaksinya saya lupa, tetapi kira-kira lebih dari tiga kali," ujar Carolina dalam sidang pemeriksaan saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan dolar Singapura yang ditukarkan Gazalba saat itu berupa pecahan seribu dolar Singapura. Namun, dirinya mengaku lupa total jumlah uang dalam dolar Singapura yang ditukarkan Gazalba.
Saat itu, kata dia, Gazalba menukarkan uang tersebut sendirian menggunakan kartu tanda penduduk (KTP) pribadinya karena adanya keharusan verifikasi dengan kasir tempat penukaran uang.
Lantaran uang yang ditukarkan Gazalba melebihi Rp500 juta setiap transaksinya, Carolina menuturkan pihaknya melaporkan transaksi tersebut kepada Pusat Pelaporan Transaksi Analisis Keuangan (PPATK).
"Semua transaksi yang dilakukan Pak Gazalba di VIP sudah kami report semua," ucap dia.
Dalam kasus dugaan korupsi penanganan perkara di MA, Gazalba didakwa menerima gratifikasi dan melakukan TPPU dengan total nilai Rp62,89 miliar.
Dugaan penerimaan itu meliputi gratifikasi senilai Rp650 juta serta TPPU terdiri atas 18 ribu dolar Singapura (Rp216,98 juta), Rp37 miliar, 1,13 juta dolar Singapura (Rp13,59 miliar), 181.100 dolar AS (Rp2 miliar), dan Rp9,43 miliar selama kurun waktu 2020-2022.
Gratifikasi yang diberikan kepada Gazalba terkait dengan pengurusan perkara kasasi Jawahirul Fuad yang mengalami permasalahan hukum terkait pengelolaan limbah B3 tanpa izin pada 2017.
Uang gratifikasi itu diduga diterima Gazalba bersama-sama dengan pengacara Ahmad Riyadh selaku penghubung antara Pemilik Usaha Dagang (UD) Logam Jaya Jawahirul Fuad dengan Gazalba pada 2022 setelah pengucapan putusan perkara, yang mana Gazalba menerima Rp200 juta dan Riyadh menerima uang sebesar Rp450 juta, sehingga total gratifikasi yang diterima keduanya sebesar Rp650 juta.
Selanjutnya uang hasil gratifikasi tersebut beserta uang dari penerimaan lain yang diterima Gazalba dijadikan dana untuk melakukan TPPU bersama-sama dengan kakak kandung terdakwa, Edy Ilham Shooleh dan teman dekat terdakwa, Fify Mulyani.
Dengan demikian, perbuatan Gazalba terancam pidana dalam Pasal 12 B juncto Pasal 18 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 dan Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Berita Terkait
Komisi VII DPR RI apresiasi Prabowo larang pejabat pakai mobil mewah impor
Selasa, 29 Oktober 2024 12:24 Wib
Gazalba membantah disebut lakukan pencucian uang saat beli mobil mewah dan tanah
Selasa, 17 September 2024 13:54 Wib
Hakim Agung nonaktif Gazalba keberatan dituntut 15 tahun penjara terkait gratifikasi MA
Selasa, 17 September 2024 13:15 Wib
Bawaslu Sulsel butuh 15.548 orang pengawas TPS Pilkada 2024
Sabtu, 14 September 2024 11:48 Wib
Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh dituntut 15 tahun penjara terkait kasus gratifikasi MA
Kamis, 5 September 2024 15:06 Wib
KY memberi sanksi ringan kepada salah satu hakim soal putusan sela Gazalba Saleh
Selasa, 3 September 2024 15:43 Wib
Bupati Luwu paparkan kinerja Triwulan II 2024 ke Tim Evaluator Kemendagri
Kamis, 22 Agustus 2024 13:07 Wib
Panwascam Wajo dilatih tingkatkan kapasitas pengawasan Pilkada
Senin, 5 Agustus 2024 0:29 Wib