Mamuju (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Sulawesi Barat menggelar pelatihan penyembuhan trauma sebagai upaya memperkuat dan mengembangkan lembaga penyedia layanan anak yang memerlukan perlindungan khusus.
"Pelatihan trauma healing (penyembuhan trauma) bukan hanya berfokus pada pemulihan trauma, tetapi juga pada penguatan kapasitas individu dan komunitas dalam menciptakan sistem dukungan yang berkelanjutan," kata Kepala DP3AP2KB Provinsi Sulbar Amir di Mamuju, Rabu.
Pelatihan yang diikuti 45 peserta dari unsur DP3A, UPTD/P2TP2A, pekerja sosial dari provinsi dan kabupaten itu menghadirkan narasumber dari BPBD, RSUD Regional Sulbar, HIMPSI Mamuju, dan Psikolog Klinis UPTD PPA.
Pelatihan, kata dia, untuk memberikan pemahaman, keterampilan, dan strategi praktis kepada peserta agar mereka mampu membantu diri sendiri atau orang lain dalam menghadapi dan mengatasi dampak trauma.
Pelatihan tersebut, katanya, dirancang untuk memperkuat dukungan psikososial, menciptakan lingkungan pemulihan yang aman dan meningkatkan kapasitas individu maupun kelompok dalam menghadapi trauma.
"Saya berharap, pelatihan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup korban trauma serta masyarakat secara keseluruhan," katanya.
Penyembuhan trauma adalah proses pemulihan fisik, emosional, dan psikologis dari pengalaman traumatis.
Proses penyembuhan bertujuan membantu individu mengatasi dampak negatif dari pengalaman traumatis sehingga dapat kembali menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Pelatihan tersebut, menurut Amir, memiliki makna penting dan mendesak, mengingat dampak psikologis yang dihadapi anak-anak dan perempuan dalam situasi krisis, baik akibat bencana alam maupun kejadian-kejadian darurat lainnya.
Ia mengatakan penyembuhan trauma salah satu bentuk perlindungan dan pemulihan mental yang diperlukan oleh mereka yang terdampak, agar dapat kembali menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan positif.
"Dalam berbagai kondisi darurat yang pernah kita hadapi, kita melihat betapa pentingnya peran pendamping dan tenaga psikososial yang mampu memberikan dukungan emosional dan mental," katanya.
Ia mengharapkan pelatihan tersebut dapat memberikan bekal pengetahuan serta keterampilan praktis bagi peserta dalam menangani dampak psikologis pada korban, khususnya anak-anak dan perempuan yang rentan.
Ia berharap, peserta dapat menerapkan pengetahuan tersebut dengan komitmen dan empati.
Kemampuan dalam memberikan penyembuhan trauma, kata dia, tidak hanya terbatas pada teknik, tetapi juga melibatkan hati dan ketulusan dalam membantu mereka yang membutuhkan.