Mamuju (ANTARA Sulbar) - Maradika atau Raja Mamuju, Sulawesi Barat, H Andi Maksum Dai menyematkan gelar kehormatan "To Mallebai Angatang" (Orang yang memiliki keseimbangan) kepada Bupati Mamuju Dr H Suhardi Duka atas pengabdiannya selama menjadi kepala pemerintahan di daerah itu selama 10 tahun.
"Dewan adat telah mempertimbangkan secara matang. Penyematan penghargaan ini hanya diberikan kepada orang-orang yang dianggap berhasil dalam membangun daerah," kata Maradika Mamuju Andi Maksum Dai di Mamuju, Sabtu.
Menurut dia, momentum Hari Jadi Manakarra ke-475 Tahun ini hendaknya menjadi ajang refleksi bagi semua pihak, khususnya kepala pemerintahan yang mendapatkan amanah rakyat.
"Kita berharap penerus Bupati Mamuju semakin inovatif dalam meneruskan cita-cita pendahulunya. Apa yang dicapai selama ini harus ditingkatkan lagi untuk kesejahteraan rakyatnya," ujarnya.
Bupati Suhardi Duka dalam memaknai peringatan hari jadi Mamuju yang juga akrab disebut Manakarra mengatakan, sistem pemerintahan yang moderen sekarang ini tentu tak bisa dilepas dengan budaya yang ada pada suatu daerah.
Sebagai Kepala Pemerintahan di Kabupaten Mamuju, Suhardi Duka yang sukses membawa Mamuju keluar dari kategori daerah tertinggal mengatakan, visi pemerintahan yang moderen tanpa dilandasi dengan nilai kultural akan sulit berkembang.
Sampelnya kata dia, seiring pesatnya perkembangan teknologi, kini terdapat berbagai fitur yang dapat digunakan dalam sistem pemerintahan seperti e-planning, e-budgeting, e-controlling, e-disiplin dan fitur lain.
Menurut dia, perkembangan teknologi tersebut diterapkan dalam birokrasi kelas dunia atau birokrasi yang lebih moderen. Namun, lanjutnya, dalam menciptakan integritas juga ketulusan, teknologi yang modern tersebut mutlak dibarengi dengan nilai budaya.
Olehnya itu kata SDK sapaan akra Suhardi Duka menyebutkan, budaya, prinsip-prinsip hidup, seperti "Tammatindo Dibongi, Tammarare Diallo" maka itu semua menjadi nilai-nilai kultur bagaimana pemimpin harus lebih bekerja keras dan mementingkan rakyatnya dibanding dengan dirinya sendiri.
Tak sampai disitu, dari pandangan SDK, nilai budaya selalu mengarah kepada perwujudan kebaikan, etika, juga perwujudan seni. Sehingga, jika nilai budaya terbalut pada seseorang ataupun pada sistem pemerintahan, maka orang atau sistem tersebut akan menjadi baik dan perasa, sebab seni adalah rasa, termasuk rasa peka terhadap orang lain.
Nilai budaya yang memberi pengaruh positif, mesti beriring dengan sebuah sistem yang moderen.
Suhardi Duka menggambarkan, walaupun orang sangat berbudaya, memiliki nilai seni yang tinggi, tetapi dia tidak moderen dalam artian tidak menguasai sains dan teknologi, tidak mampu menggunakan aplikasi komputer tentu akan lumpuh.
"Apalagi seorang pemimpin maka ia tidak mampu mengontrol bawahannya satu persatu sehingga dibutuhkan e-control, seperti penggunaan CCTV, walaupun kita di Jakarta maka tetap bisa mengetahui pekerjaan bawahan. Inilah birokrasi yang moderen," sebut SDK.
Konsep keseimbangan pemerintahan kata dia, telah diterapkan di Mamuju dan bahkan pengaruhnya bukan hanya dirasakan di lingkup pemerintahan Mamuju, tapi juga oleh pemangku adat.

