Makassar (Antara Sulsel) - Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal MI mengungkapkan jika kekuatan kota Makassar ada pada kearifan lokalnya seperti budaya "Sipakatau (sifat tanpa membedakan), Sipakalebbi (saling menghargai) dan Sipakainge (Saling mengingatkan).
"Tiga filosofi orang-orang Bugis-Makassar ini harus dilestarikan karena kekuatan kita sebagai orang Makassar itu ada pada sifat dan sikapnya," ujar Deng Ical -- sapaan akrab Syamsu Rizal di Makassar, Senin.
Ia mengatakan, ketiga sifat ini harus dimiliki oleh setiap orang Bugis-Makassar karena itu adalah identitas bagi warga masyarakat dan jika sifat itu tidak lagi dijalankan oleh orang-orang, maka Makassar akan kehilangan jati dirinya.
"Karena dahulu itu Makassar dikenal sebagai kota serambi Madinah, bukan karena banyak masjid dan pesantrennya tetapi karena memang kultur agama Islam dan budayanya yang menjadi penopang Makassar, sehingga harus dijaga dengan baik," katanya saat membuka perlombaan tadarus dan kasidah.
Deng Ical mengungkapkan, tingginya partisipasi masyarakat dalam membangun dan memakmurkan masjid juga berfungsi sebagai tameng ketahanan sosial di kota Makassar.
"Dari jumlah 1.712 masjid yang ada di kota Makassar, hingga kini tidak ada satupun masjid yang di bangun 100 persen oleh pemerintah, tapi semuanya di bangun karena swadaya masyarakat. Dan hal ini sangat disyukuri karena menjadi salah satu indikator masih tingginya tingkat saling peduli," ucapnya.
Ia menyebutkan, masjid menjadi salah satu wadah bagi masyarakat Makassar untuk tetap mempertakankan ketahanan sosial. Jika melihat tingkat kesenjangan sosial yang memasuki rasio 0,42 persen.
"Keberadaan dan kemakmuran masjid diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif memperkuat ketahanan sosial," terangnya.
Sementara itu, ketua panitia, Hj Mahdam mengatakan bahwa tujuan kegiatan lomba tadarus dan kasidah ini untuk menanamkan pribadi Qurani pada diri anak-anak untuk menuju generasi emas di masa mendatang.