Makassar (ANTARA) - Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar (UNM) telah memulai Bakti Riset 2019 dengan memberdayakan masyarakat.
Pembukaan Bakti Riset bertema Riset Membumi, Masyarakat Berdaya itu diselenggarakan di Ruang Lab SMPN 5 Bacu-bacu, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Rabu.
Bakti riset 2019 LPM Penalaran UNM ini merupakan kelanjutan dari riset yang sebelumnya digelar di tempat itu terkait potensi sumber daya pada sektor pertanian khususnya pada kacang tanah dan padi.
"Desa Bacu-bacu memiliki potensi sumber daya yang memungkinkan untuk dikembangkan. Kacang tanah dan padi mendominasi sektor pertanian," kata Ketua Umum LPM Penalaran UNM Periode 2018/2019, Wahyudin.
Melalui Bakti Riset 2019 yang digelar hingga 31 Agustus itu, akan diolah limbah kulit kacang menjadi media tanam jamur tiram sebagai bentuk ketahanan pangan.
Bukan hanya itu, limbah kulit kacang juga akan dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan Pupuk Organik Cair demi mendukung Sistem Pertanian Organik.
Kearifan lokal dan nilai kebersamaan yang masih terjaga menjadi faktor pendukung dalam memberdayakan masyarakat.
Bakti Riset 2019 ada lima bidang pengabdian yang akan dilaksanakan yaitu Pendidikan, Pariwisata, Lingkungan Hidup, Pangan, dan Kesehatan.
"Kami sebagai lembaga penelitian tentunya berkeinginan agar penelitian yang telah kami buat bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," katanya.
Tidak hanya dibaca
Pada kesempatan itu, Sekretaris Camat Pujananting, Abdul Rahman menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Bakti Riset LPM Penalaran UNM.
"Biasanya penelitian cuma dibaca saja, tetapi kini hasilnya diterapkan juga dan lokasinya di Desa Bacu-bacu, salah satu desa yang masih dikategorikan desa terpencil di Barru," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata, Andi Syarifuddin juga mengungkapkan kebanggaannya terhadap LPM Penalaran UNM karena telah mengoptimalkan potensi sumber daya alam melalui pemberdayaan masyarakat.
Menurut dia, kegiatan Bakti Riset sejalan dengan harapan pemerintah untuk mengubah visi yang awalnya membangun desa menjadi desa membangun.
Berbagai elemen hadir pada pembukaan,mulai dari masyarakat setempat, kelompok tani, pemerintah desa dan kecamatan, pihak sekolah, Kepala Puskesmas Doi-doi, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, hingga Dinas Pariwisata.*