Malili (ANTARA) - Bupati Luwu Timur HM Thorig Husler mengapresiasi atas semangat umat Sedharma (Hindu) yang dengan tulus dan penuh kebersamaan menggelar upacara Pitra Yadnya atau Ngaben massal umat Sedharma (Hindu) di kabupaten setempat.
"Saya mengapresiasi pelaksanaan ngaben yang dilakukan secara massal dan bersama-sama karena biaya serta beban pekerjaan menjadi ringan bila dilakukan secara gotong royong," kata Husler di sela upacara Pitra Yadnya di Banjar Merta Sari, Desa Solo, Kecamatan Angkona, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Selasa.
Upacara Pitra Yadnya merupakan sarana untuk proses kremasi jenazah atau untuk pembakaran jenazah oleh warga umat Sedarme untuk anggota keluarga yang sudah meninggal.
Pada acara ini Bupati menyaksikan pelepasan menara bade yakni tempat dimana jenazah diletakkan lalu diusung menuju Setra (pemakaman) yang ada di Desa Solo-Lamaeto, berjarak 3 km.
Bupati menyebut Ngaben sebagai salah satu upacara Pitra Yadnya dan rangkaiannya bagi arwah leluhur merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai bentuk bakti, penghormatan dan membayar hutang sebagai anak yang telah dibesarkan oleh para leluhur sesuai ajaran Tri Rna.
Ketua panitia kegiatan, Ketut Sudaya mengatakan upacara pelepasan Pitra Nandya pertama kali dilakukan di Banjar Merta Sari dengan jumlah sebanyak 11 sawa.
Menurut Ketut Sudaya, tak hanya rangkaian upacara ngaben, masyarakat juga secara massal melaksanakan Metatah (Potong gigi), Ngelungah, Ngeroras, Ngelangkir dan mepetik yang diperkirakan menelan anggaran sebesar 146 juta yang sepenuhnya merupakan urunan krama dan berbagai kalangan.
Selain di Desa Solo, Thorig Husler juga menghadiri Ngaben yang dilaksanakan di Desa Mantadulu, Kecamatan Angkona, bahkan diberi kesempatan pertama untuk melakukan prosesi pembakaran mayat.
Kepada warga Hindu di Mantadulu, Bupati menyatakan siap membantu perbaikan tempat pemakaman di Desa Mantadulu.
"silahkan buat proposalnya, nanti pemerintah daerah siap bantu" tandasnya.