Pj Wali Kota ajak masyarakat cegah dan tanggulangi penyebaran HIV/AIDS
Makassar (ANTARA) - Penjabat (Pj) Wali Kota Makassar M Iqbal Suhaeb mengajak seluruh masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit HIV/AIDS.
"Di Makassar sudah dilakukan terobosan di mana seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, dilakukan pula pemeriksaan HIV," kata Iqbal saat menghadiri Technical Workshop on Fast Track Strategy to End AIDS Epidemic and ASEAN Getting to Zero Mayors Meeting, di Bali, Jumat.
Ia menyebutkan, Makassar adalah yang tertinggi di Sulawesi Selatan dengan angka prevalensi 0,5 per 1.000 penduduk di tiap tahunnya. Tahun 2016 temuan kasus baru HIV sejumlah 773 orang, tahun 2017 meningkat sebanyak 1.038 orang, tahun 2018 sebanyak 772 orang.
Melihat angka-angka itu, pemerintah merasa perlu mengambil tindakan nyata untuk memerangi HIV/AIDS dengan mengajak masyarakat memeranginya. Berbagai program di Indonesia banyak diawali di Makassar sebagai program percontohan atau pilot project.
Salah satunya kebijakan Strategic Use for ARV Ttreatment (SUFA) yang dimulai di tahun 2013 pada delapan kota di Indonesia termasuk Makassar yang menganjurkan pemeriksaan HIV bagi ibu hamil yang melakukan Ante Natal Care di beberapa Puskesmas.
Untuk kawasan timur Indonesia, kata dia, Sulawesi Selatan adalah provinsi terbesar ke dua setelah Provinsi Papua dalam hal penemuan kasus HIV/AIDS.
Penemuan kasus baru HIV di masyarakat dilakukan melalui skrining HIV pada kelompok beresiko sesuai dengan Permenkes tentang program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDA yang telah diatur untuk dilakukan di semua provinsi, dan kabupaten, kota.
Hal itu berimplikasi seluruh Puskesmas di Makassar dapat melakukan pemeriksaan screening HIV untuk ibu hamil.
Adanya perluasan pemeriksaan pada bukan hanya populasi beresiko tersebut, yang juga diikuti dengan screening HIV pada pasien Tuberkulosis, Hepatitis, dan warga binaan terbukti cukup memberi peningkatan penemuan kasus yang signifikan, sehingga intervensi terhadap pengidap HIV AIDS juga lebih cepat dapat dilakukan.
"Pada saat ini, meskipun layanan program HIV telah semakin diperluas ke kabupaten, kota lain, namun masih banyak Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang lebih memilih berobat atau melanjutkan pengobatan di kota Makassar," kata Iqbal Suhaeb.
Hal tersebut, tambah dia, disebabkan oleh karena sarana dan prasana di kota Makassar disertai pula SDM yang terlatih dalam penanganan HIV, dan juga karena adanya kecenderungan bagi ODHA untuk berobat justru bukan di wilayah domisili pasien tersebut
"Di Makassar sudah dilakukan terobosan di mana seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, dilakukan pula pemeriksaan HIV," kata Iqbal saat menghadiri Technical Workshop on Fast Track Strategy to End AIDS Epidemic and ASEAN Getting to Zero Mayors Meeting, di Bali, Jumat.
Ia menyebutkan, Makassar adalah yang tertinggi di Sulawesi Selatan dengan angka prevalensi 0,5 per 1.000 penduduk di tiap tahunnya. Tahun 2016 temuan kasus baru HIV sejumlah 773 orang, tahun 2017 meningkat sebanyak 1.038 orang, tahun 2018 sebanyak 772 orang.
Melihat angka-angka itu, pemerintah merasa perlu mengambil tindakan nyata untuk memerangi HIV/AIDS dengan mengajak masyarakat memeranginya. Berbagai program di Indonesia banyak diawali di Makassar sebagai program percontohan atau pilot project.
Salah satunya kebijakan Strategic Use for ARV Ttreatment (SUFA) yang dimulai di tahun 2013 pada delapan kota di Indonesia termasuk Makassar yang menganjurkan pemeriksaan HIV bagi ibu hamil yang melakukan Ante Natal Care di beberapa Puskesmas.
Untuk kawasan timur Indonesia, kata dia, Sulawesi Selatan adalah provinsi terbesar ke dua setelah Provinsi Papua dalam hal penemuan kasus HIV/AIDS.
Penemuan kasus baru HIV di masyarakat dilakukan melalui skrining HIV pada kelompok beresiko sesuai dengan Permenkes tentang program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDA yang telah diatur untuk dilakukan di semua provinsi, dan kabupaten, kota.
Hal itu berimplikasi seluruh Puskesmas di Makassar dapat melakukan pemeriksaan screening HIV untuk ibu hamil.
Adanya perluasan pemeriksaan pada bukan hanya populasi beresiko tersebut, yang juga diikuti dengan screening HIV pada pasien Tuberkulosis, Hepatitis, dan warga binaan terbukti cukup memberi peningkatan penemuan kasus yang signifikan, sehingga intervensi terhadap pengidap HIV AIDS juga lebih cepat dapat dilakukan.
"Pada saat ini, meskipun layanan program HIV telah semakin diperluas ke kabupaten, kota lain, namun masih banyak Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang lebih memilih berobat atau melanjutkan pengobatan di kota Makassar," kata Iqbal Suhaeb.
Hal tersebut, tambah dia, disebabkan oleh karena sarana dan prasana di kota Makassar disertai pula SDM yang terlatih dalam penanganan HIV, dan juga karena adanya kecenderungan bagi ODHA untuk berobat justru bukan di wilayah domisili pasien tersebut