Gowa (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan telah melakukan langkah antisipasi dalam menjaga ketersediaan pangan saat terjadi perubahan cuaca.
Sekretaris Daerah Kabupaten Gowa Muchlis di Gowa, Selasa, mengatakan pada 2019 di wilayah Sulawesi Selatan mulai terjadi perubahan cuaca secara ekstrem, di mana kondisi panas yang cukup berkepanjangan memengaruhi curah hujan yang lambat.
"Kondisi cuaca seperti ini tentunya akan memengaruhi ketersediaan pangan melalui komoditas pertanian, seperti beras dan jagung. SKPD terkait dan seluruh kelompok tani harus segala mengantisipasi keterlambatan terjadinya musim hujan ini," ujarnya.
Muchlis menyatakan pada minggu kedua Desember sudah terjadi hujan, hal yang perlu diantisipasi adalah curah hujan secara terus menerus karena ini memberikan andil besar terjadinya banjir.
Oleh karena itu, kata dia, perlu dilakukan penerapan model pertanian yang berbeda dari sebelumnya. Misalnya, petani harus menghitung betul kapan jadwal menanam dan kapan bisa dilakukan pembukaan pintu air.
"Bentuk antisipasinya harus bisa berubah dengan perubahan iklim yang juga terjadi ini," terangnya.
Muchlis menyatakan kelompok petani dalam jangka waktu yang panjang harus sudah mulai melakukan diversifikasi komoditas atau memperbanyak jenis tanaman pada satu lahan.
Misalnya, di lahan padi juga terdapat komoditas jagung dan sebaliknya. Hal itu berdasarkan fakta, meskipun Kabupaten Gowa telah mencapai swasembada ataupun melampaui produksi pertanian yang ditargetkan nasional, hal itu tidak membuat lebih baik pada pendapatan nilai tukar pertanian.
"Kita harus bisa menemukan jenis komoditas, pola budi daya dan sekaligus membangkitkan kembali apa yang menjadi kearifan lokal. Seperti pada jenis tumbuhan ubi jalar yang mana di wilayah kita ini produksinya bisa lebih banyak, sehingga bisa ditambah menjadi asupan tambahan gizi," ucapnya.
Kadis Ketahanan Pangan dan Holtikultura Kabupaten Gowa Sugeng Priyanto mengungkapkan, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sulsel bahwa telah terjadi pergeseran waktu hujan.
Langkah yang dilakukan, ujarnya, utamanya pada sektor pertanian dengan menerapkan beberapa teknologi pada sistem pertanian.
Ia menyebutkan petani saat ini telah menggunakan benih padi yang lebih mudah dari biasanya sehingga proses menanam yang dilakukan bisa lebih cepat dari sebelumnya dan memengaruhi proses panen pula.
Hal itu, katanya, termasuk beberapa metode tanam yang baru, yaitu proses taman hazton dan jajar legowo, telah dilakukan sehingga target untuk menjaga ketersediaan pangan saat terjadi perubahan cuaca dapat dihadapi.
Ia menyebutkan di wilayah Kabupaten Gowa ketersediaan komoditas yang perlu dijaga saat terjadi perubahan cuaca, yaitu beras dan jagung yang juga sesuai kebutuhan nasional.
Untuk komoditas hortikultura dianggap bukan menjadi hal yang penting dijaga karena sifat panennya jangka pendek dan pada proses produksinya tidak membutuhkan asupan air yang begitu banyak.
"Kita pastikan kebutuhan ketersediaan beras dan komoditas lainnya dapat mencukupi. Mulai dari ketersediaan beras, jagung dan tanaman lainnya," ujarnya.
Berita Terkait
Pemkab Sidrap menggelar gerakan pangan murah untuk cegah inflasi
Selasa, 3 Desember 2024 19:47 Wib
Songsong ketahanan pangan melalui transformasi Bulog
Selasa, 3 Desember 2024 10:54 Wib
Forkopimda Parepare upayakan tanaman cabai mendukung ketahanan pangan
Jumat, 29 November 2024 17:55 Wib
Zulhas minta masyarakat tak khawatir stok pangan jelang Natal dan Tahun Baru
Jumat, 29 November 2024 6:41 Wib
Kementan menjelaskan penghitungan pendapatan Brigade Swasembada Pangan
Minggu, 24 November 2024 12:03 Wib
Bangun kembali Bulog sebagai Raksasa Bisnis Pangan Indonesia
Minggu, 24 November 2024 12:02 Wib
PKK Sulbar berkomitmen tingkatkan kapasitas pengelolaan sapi perah
Sabtu, 23 November 2024 19:59 Wib
Sulbar prioritaskan APBD 2025 untuk program ketahanan pangan
Kamis, 21 November 2024 9:49 Wib