Makassar (ANTARA News) - Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali mengatakan, Kota Makassar harusnya bisa mempelopori proses penyampaian aspirasi dengan menggelar panggung demokrasi.
"Di negara-negara maju seperti Inggris dan Australia sudah menerapkan cara-cara penyampaian informasi dengan cara menggelar panggung demokrasi di satu kawasan khusus," katanya di Makassar, Jumat.
Ia mengatakan, unjuk rasa dengan saling dorong sampai berakhir dengan bentrokan itu tidak lagi menarik simpati dari masyarakat.
Harusnya mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa bisa melakukan proses penyampaian pesan dengan cara yang lebih kreatif dan jauh lebih bagus daripada bentrokan, ujarnya.
Apalagi, aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Makassar sudah membangun citra negatif di daerah luar dari Sulawesi Selatan bahwa aksi unjuk rasa yang dilakukannya selalu berakhir dengan saling dorong dan bahkan bentrokan antara mahasiswa dengan pengawal unjuk rasa.
"Saya sudah banyak berkeliling daerah dan banyak daerah diluar dari Sulsel sering menyoroti aksi unjuk rasa di Makassar yang dianggapnya kurang simpatik," katanya.
Harusnya, mahasiswa bisa melakukan aksi unjuk rasa dengan membangun karakter, tradisi dan melakukan modifikasi.
Padahal, Makassar dikenalnya sudah mempunyai karakter dan tradisi yang khas karena orang-orang di Makassar baik mahasiswa, politisi dan wartawannya setiap berbicara selalu tuntas, lugas dan tegas.
"Tujuan dari aksi yang penting tercapai. Saya tidak melihat aksi itu anarkis atau tidak. Yang lebih penting dari semua itu adalah proses penyampaian pesan yang bisa langsung disikapi oleh pemegang kebijakan," katanya.
Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, ide untuk membuat suatu tempat khusus yang dijadikan sebagai panggung demokrasi itu sudah lama terpikirkan. Namun hingga saat ini, ide itu belum bisa terlaksana.
"Saya sudah mempunyai tempat yang bisa dijadikan sebagai pusat penyampaian aspirasi mahasiswa. Tempat yang paling cocok saya rasa dibawah fly over (jembatan layang) karena tempat itu merupakan salah satu pusat kota dan yang sering dijadikan mahasiswa sebagai tempat unjuk rasa," ujarnya.
Selain karena terlindungi dari sinar panas matahari juga terlindungi dari hujan. Apalagi di bawah jembatan layang itu cukup luas dan tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan sepanjang mahasiswa tidak mengambil sisi badan jalan. (T.KR-MH/R010)

