New York (ANTARA) - Dolar turun tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika para pedagang menunggu data inflasi dan penjualan ritel AS yang sangat dinantikan dalam beberapa hari mendatang, dan Departemen Keuangan melihat permintaan kuat untuk penjualan baru obligasi tiga tahun dan 10 tahun.
Dolar telah rebound tahun ini didorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan inflasi yang lebih tinggi.
Data harga konsumen AS untuk Maret yang akan dirilis pada Selasa waktu setempat adalah fokus ekonomi utama. Investor bertaruh bahwa tekanan harga akan meningkat karena melonjaknya stimulus fiskal dan moneter dan saat bisnis dibuka kembali dari penutupan terkait COVID-19.
Perbandingan dengan tahun lalu juga cenderung kuat, karena inflasi turun tahun lalu ketika bisnis tutup akibat penyebaran virus.
"Dengan data AS yang diperkirakan menguat minggu ini, kami yakin kenaikan dolar dapat berlanjut," kata analis di Brown Brothers Harriman dalam sebuah laporan pada Senin (12/4/2021).
Data penjualan ritel untuk Maret akan dirilis pada Kamis (15/4/2021).
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya melemah 0,04 persen menjadi 92,164. Indeks bertahan di atas level terendah tiga minggu di 91,995 yang dicapai pada Kamis (8/4/2021).
Euro sedikit berubah pada 1,1900 dolar AS.
Imbal hasil obligasi turun dari tertinggi sesi tetapi lebih tinggi pada hari sebelum Departemen Keuangan akan menjual obligasi 30 tahun pada Selasa waktu setempat, dan setelah lelang Senin (12/4/2021) melihat permintaan yang baik.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Minggu bahwa ekonomi AS berada pada "titik perubahan" dan tampaknya akan rebound kuat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi ia juga memperingatkan risiko yang berasal dari pembukaan kembali yang tergesa-gesa.
Presiden Fed Boston, Eric Rosengren juga mengatakan pada Senin (12/4/2021) bahwa ekonomi AS dapat mengalami rebound yang signifikan tahun ini berkat kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif, meskipun pasar tenaga kerja masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan.
Bitcoin melemah di sekitar level 60.000 dolar AS pada Senin (12/4/2021) dan bertahan sedikit di bawah rekor tertinggi 61.782 dolar AS yang dicapai bulan lalu.
Sterling naik 0,22 persen menjadi 1,3724 dolar AS karena para pedagang menyambut baik fase terbaru dari rencana pembukaan kembali ekonomi pemerintah Inggris.
Dolar juga melemah 0,19 persen menjadi 109,44 yen versus mata uang Jepang.
Para analis ING mencatat bahwa spekulan telah memangkas posisi net short dolar mereka selama 12 minggu berturut-turut, yang dapat membuktikan hambatan untuk kenaikan dolar lebih lanjut.
"Pada tahap ini, dolar telah kehilangan semua 'keuntungan' posisinya, memiliki posisi spekulatif netral, yang menunjukkan bahwa kita tidak akan lagi melihat reli dolar terhadap sebagian besar mata uang G10 yang diperburuk oleh pelepasan posisi jual dolar," tulis mereka.
Berita Terkait
Ekspor Sulsel Maret 2024 capai Rp190 juta dolar AS, meningkat 40 persen
Kamis, 2 Mei 2024 20:43 Wib
DJBC: Neraca perdagangan Sulsel surplus 103 juta dolar AS
Senin, 29 April 2024 18:15 Wib
Pengusaha Malaysia sepakat berinvestasi 80 juta dolar AS di Sulsel
Jumat, 26 April 2024 15:23 Wib
Erick Thohir meminta BUMN bijaksana beli dolar sesuai prioritas
Jumat, 19 April 2024 17:59 Wib
Staf khusus III Menteri BUMN: Erick Thohir tidak perintahkan borong dolar
Jumat, 19 April 2024 15:16 Wib
Mantan ajudan SYL mengaku menyerahkan tas berisi dolar AS ke ajudan Firli
Rabu, 17 April 2024 15:38 Wib
BPS sebut ekspor Sulsel Februari 2024 capai 135 juta dolar AS
Selasa, 2 April 2024 15:10 Wib
Kurs rupiah naik 12 poin menjadi Rp15.759 per dolar AS
Rabu, 6 Maret 2024 9:45 Wib