Makassar (ANTARA News) - Kisah I Laga Ligo merupakan pijakan akar budaya untuk menjaga eksistensi karakter dan identitas sebagai orang Sulawesi Selatan sekaligus revitalisasi semangat dalam membangun karakter bangsa.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang di Makassar, Kamis, dalam Tudang Sipulung atau musyawarah bersama tentang I La Galigo Sebagai Sumber Nilai-Nilai Luhur Pembentukan Karakter Bangsa di Gedung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Hasanuddin.
"Globalisasi telah membebaskan kita dari isolasi dan mengubah kehidupan budaya dan sulit dielakkan.Perubahan ini melahirkan fenomena kehidupan kebudayaan masyarakat yang cenderung tidak lagi menunjukkan ciri kebudayaan sebagai kelanjutan dari nilai budaya masa lalu," katanya.
Tudang Sipulung ini, lanjutnya, menjadi momen perenungan untuk menggugah kesadaran dalam memelihara nilai-nilai luhur I La Galigo yang telah di wariskan.
Untuk menghadapi globalisasi, kata dia, seluruh komponen masyarakat harus ikut dalam proses perubahan tersebut sebagai subjek serta ikut merencanakan dan melaksanakan sejumlah aksi yang mengacu ke masa depan namun tetap berpijak pada akar budaya sendiri untuk menjaga eksistensi karakter dan identitas sebagai orang Sulsel.
"Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk melakukan berbagai reka bentuk terhadap sejumlah nilai luhur kebudayaan kita untuk diaktualisasikan sesuai konteks ruang dan waktu kekinian," katanya.
I La Galigo, bukan sekadar karya sastra, epik ini adalah karnaval tentang kehidupan manusia tentang karakter manusia Sulsel, kata dia.
"Cerita besar tentang manusia apa adanya yang tidak menutup-nutupi kenyataan bahwa ada sesuatu yang gelap, liar dan tak terduga dalam diri dan hidup manusia, meskipun manusia itu turunan dewa dan berdarah putih. Sebuah penyadaran bahwa manusia tidak ada yang sempurna," jelasnya.
Kisah ini, lanjutnya, telah mengajarkan tentang hakikat hidup sesungguhnya. Sebuah nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku dalam masyarakat Sulsel tentang pantas atau tidak pantas dan tentang boleh atau tidak boleh.
"Kisah ini adalah anugerah kepada kita. Karya sejumlah cerdik pandai masa lalu yang telah melahirkan dan mewariskan kepada kita sebuah karya sastra bernama "Sureq Galigo".
Karya sastra ini menarik karena telah membentangkan kisah hidup dan karakter manusia sepanjang zaman diperankan seorang tokoh bernama I La Galigo bergelar "Datunna Kelling" yang memiliki watak seperti ayahnya Sawerigading, tokoh utama dalam "Sureq Galigo".
Sawerigading adalah awal dari segala penyebab terjadinya semua peristiwa dan kejadian dalam epik ini. (T.KR-RY/Z003)

